Makam T Amir Hamzah Festival Azizi

tetap digemari oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Tak jarang, turis asing yang ingin berwisata ke Aceh NAD terlebih dahulu singgah di mesjid ini. Apalagi, turis Malaysia yang sangat erat hubungannya dengan Kesultanan Langkat, setiap tahun sekali di masa Haul Tuan Guru Besilam, mereka selalu berkunjung ke mesjid ini untuk berwisata. Sejak kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 lalu, Mesjid ini resmi dijadikan tempat ibadah tanpa memasukan unsur-unsur politis di dalamnya. Sejak Indonesia merdeka, bangunan ini resmi menjadi mesjid sampai sekarang.

4.1.1 Makam T Amir Hamzah

Saat kita memasuki gerbang pagar beton Mesjid Azizi dan berjalan sekitar belasan meter ke arah sebelah kiri, tampak menjulang gagah menara masjid setinggi sekitar 60-an meter. Mesjid ini berikut perkarangannya mampu menampung 2.000 orang jemaah. Sedangkan sebelah kanan terhampar halaman rumput luas yang di tengahnya terdapat empat makam pahlawan Langkat yang masih berdarah Sultan yaitu T Harun Azis Bin Sultan Abdul Aziz Abdul Djalil Rachmad Shah wafat saat revolusi tahun 1946, T Abdurrahman wafat 1909, T Soelaiman bin Tengku Syahruddin bin Tengku Al Haj Aminulah dibunuh saat huru-hara 1946 dan di sampingnya T Rusian bin T Ahmad Alfatiha. Sedangkan di halaman samping kanan mesjid juga terlihat kuburan sang pujangga “religius” sekaligus pahlawan bangsa terkenal, Tengku Amir Hamzah. Makam ini kondisinya cukup terawat. Tengku Amir Hamzah merupakan sastrawan angkatan Pujangga Baru yang dikenal lewat beragam karyanya antara lain Buah Rindu, Bhagawad Gita dan Nyanyi Sunyi. Selain dikenal 32 Universitas Sumatera Utara sebagai sastrawan Amir Hamzah juga dikenal sebagai ahli Sufi, yang bekas bekasnya bias dilihat dari banya karangannya. Di sebelah kiri kuburan keluarga T Amir Hamzah, kita pun melewati pagar tembok dan begitu memasuki sisi kanan mesjid, bersemayam tiga makam dari Kesultanan Langkat yang memerintah negeri Melayu. Mereka yaitu Tengku Sultan H Musa, Tengku Sultan Abdul Aziz dan Tengku Sultan Mahmud yang dikelilingi makam anak dan cucunya.Semua makam ini putih bersih bagaikan kapas dan sudah dipagar khusus.

4.1.2 Festival Azizi

Setiap tahun wafatnya haul Tuan Guru “Besilam Babussalam” Syeikh Abdul Wahab Rokan, tercatat pada penanggalan tahun ArabHijriyah, masjid ini berfungsi sebagai wisata religius umat Islam di seluruh tanah air bahkan umat Islam dari negara-negara Asia Tenggara, seperti, Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam dan Thailand. Syeikh ini dikenal sebagai ulama yang menyebarkan “Tariqat Naqsabandiah” yang memilki pengikut tersebar dari Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi hingga negara-negara di Asia Tenggara tersebut. Jatuhnya peringatan haulnya syeikh itu juga bertepatan dengan eventFestival Azizi yang rutin setiap tahunnya diselenggarakan di mesjid ini. Perlombaan-perlombaan pada festival ini seperti marhaban, berzanzi, azan, pemilihan dai cilik, baca puisi religius juga pameran dan bazar. Disaksikan para pengunjung atau wisatawan dalam dan luar negeri yang tumpah ruah datang ke Kota Tanjungpura. Festival bernuansa Islami itu sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Mesjid Azizi dan sejarahnya. Hanya karena bertempat di Mesjid Azizi, maka disebut Festival Azizi 33 Universitas Sumatera Utara Keanggunan dan keindahan Mesjid Azizi ini memang tak diragukan lagi. Pelancong dari berbagai negara menjadikan Mesjid Azizi sebagai tempat wisata rohani. Sayang keberadaan mesjid ini masih belum mendapat perhatian serius dari pemerintah. Seperti dikatakan Bahrum, pihak kenaziran berharap pemerintah Kabupaten Langkat diharapkan dapat merenovasi kembali mesjid berusia lebih seratus tahun ini. Menurut rumor yang beredar di sekitar, bahwa ada Bantuan terakhir yang diterima kenaziran dari Pemkab Langkat lima tahun lalu. Jumlahnya Rp 200 juta untuk pengecatan dan perbaikan Mesjid Azizi , namun sampai saat ini belum ada tanda-tanda akan direalisasikan. Kepala Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Langkat saat itu H Abdul Aziz mengakui sampai saat ini, Pemkab belum berencana memberi bantuan perawatan pada Mesjid Azizi. Menurut Aziz, sejak tahun 1981 hingga 2005 sejumlah bantuan telah diterima baik dari Pemkab, Pemprovsu dan Pemerintah Pusat maupun donatur lainnya. Sejauh ini memang belum ada rencana untuk merenovasi bangunan mesjid. Karena kami menilai kondisi mesjid utama masih bagus. Penerangan baik di dalam maupun di luar mesjid sudah cukup. Perpustakaan dan tempat parkir masih terawat. Menilik Sejarah dan kisah yang menyertainya, seharusnya bangunan tua nan megah itu tidak cukup hanya dikagumi. Atau sekadar menjadi tempat yang dibanggakan tanpa dimaknai apa-apa. Hendaknya, bangunan Mesjid Azizi mampu menjadi contoh bagaimana berbagai perbedaan budaya bisa hidup berdampingan dengan tenang, bahkan saling menguatkan. 34 Universitas Sumatera Utara

4.2 Upaya dan Usaha Pengembangan Mesjid Azizi di Kabupaten Langkat