65,9 mempunyai pengetahuan rendah. Hasil analisa statistik munujukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan berobat. Hal ini mendukung
Kepmenkes RI Nomor 494MenkesSKVII2006 tentang pelayanan terapi rumatan metadon serta pedoman program terapi rumatan metadon bahwa pelayanan metadon
memerlukan kesungguhan dalam dalam meningkatkan pengetahuan penasun karena sifat terapinya yang membuat kepatuhan penyedia jasa layanan dan pasien pada
ketentuan terapi harus dijalankan sesuai program berdasarkan pedoman.
5.3 Hubungan Sikap dengan Kepatuhan Berobat di PTRM Puskesmas Tanjung Morawa
Hasil uji statistik chi square menunjukkan ada hubungan antara sikap responden dengan kepatuhan berobat ke Klinik PTRM Puskesmas Tanjung Morawa
p0,05. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa sikap pengguna narkoba suntik tentang terapi metadon yang dilakukan di Klinik PTRM Puskesmas
Tanjung Morawa akan mendukung kepatuhannya dalam berobat. Berdasarkan hasil analisis statistik tersebut menggambarkan bahwa sikap
terhadap metadon sebagai pengganti heroin yang biasa digunakannya dan klinik PTRM di puskesmas sebagai sarana pelayanan beserta dengan petugas kesehatan
yang melayaninya perlu diperbaiki sehingga setiap pengguna narkoba suntik bersikap baik dan mematuhi prosedur terapi metadon yang dilakukan.
Upaya mengubah sikap pengguna narkoba suntik terhadap terapi metadon harus dimulai dari peningkatan kompetensi petugas kesehatan yang memberikan
Universitas Sumatera Utara
pelayanan di PTRM. Sesuai dengan KK Menkes RI Nomor 494MenkesSKVII2006 bahwa kompetensi yang harus ada dari seorang dokter umumspesialis dalam
memberikan pelayanan PTRM adalah : a sikap dan profesionalisme dengan menghargai pasien dan tidak menghakimi, kenali keterbatasan diri dan
konfidensialitas, mampu berkomunikasi pada pasien, anggota keluarganya dan mereka yang berarti dalam hidup pasien, guna memastikan perawatan optimal,
mampu berkomunikasi dengan terapis lain yang diperlukan pasien, mampu merujuk sesuai dengan kebutuhan kesehatan pasien. b kemampuan menilai : kesehatan fisik,
mental , sosial dan lingkungan pasien, masalah pasien dan membuat diagnosis. c membuat rencana terapi dengan membuat pilihan terapi yang dapat diterapkan dan
dipenuhi pasien, perencanaan penatalaksanaan sesuai perjalanan terapi dan keadaan pasien, melakukan informed consent, memfasilitasi masuk terapi dengan aman.
d melakukan penatalaksanaan kondisi yang menyertai gangguan penggunaan napza dengan mengenal dan memulai penatalaksanaan masalah medik, psikiatrik dan sosial,
mengintegrasikan rehabilitasi napza dalam kerangka kerja rawatan medik bagi pasien. e penatalaksanaan pasien dengan melakukan penyampaian informasi farmakologik
pada setiap pemberian farmakoterapi, melakukan pemberian farmakoterapi dengan mempertimbangkan keamanan, melakukan pengelolaan pemindahan ke farmakoterapi
lain jika diperlukan, melakukan pemutusan farmakoterapi, melakukan penilaian ulang, pemantauan dan evaluasi perjalanan kesehatan pasien, melakukan terapi
terstruktur yang tepat.
Universitas Sumatera Utara
Dibandingan dengan Kepmenkes yang telah diuraikan di atas, maka pelaksanaan pelayanan program PTRM di Puskesmas Tanjung Morawa yang telah
memenuhi peraturan tersebut adalah : sikap dan profesionalisme petugas, kemampuan petugas dalam menilai pasien serta membuat rencana terapi, sedangkan aspek yang
ditemukan kurang sesuai dalam hal : melakukan penatalaksanaan kondisi yang menyertai gangguan penggunaan napza serta penatalaksanaan pengobatan pasien.
Secara garis besar dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan tugas dan tanggungjawab para petugas PTRM mengalami tugas rangkap. Hal ini dikarenakan jumlah petugas yang
terbatas hanya terdiri dari dua tim sedangkan pelayanan PTRM dilakukan setiap hari termasuk hari libur. Menurut penuturan informan hal ini menyebabkan petugas
tidak memiliki hari libur, dan apabila petugas yang ada lebih banyak maka dapat dibuat pembagian waktu shift kerja terutama pada hari libur. Hal serupa juga
dikeluhkan petugas keamanan yang hanya berjumlah dua orang, sedangkan mereka tak hanya bertugas di PTRM saja, tetapi juga bertugas untuk menjaga keamanan
keseluruhan di Puskesmas Tanjung Morawa. Prosedur alur pasien yang terdapat pada PTRM Puskesmas Tanjung Morawa
berdasarkan hasil observasi adalah dimulai dengan pasien datang ke loket dan mengantri dengan tertib, peserta menyebutkan nomor identitas kepada petugas untuk
pasien baru atau yang belum dihafal petugas, petugas melakukan pencatatan dan registrasi disertai tandatangan peserta, selanjutnya pasien membayar biaya retribusi
kepada kasir, kemudian petugas farmasi atau apoteker memberikan obat metadon sesuai dosis pasien, pasien minum metadon di depan petugas, kemudian pulang. Akan
Universitas Sumatera Utara
tetapi bagi pasien yang ingin atau harus berkonsultasi dengan dokter perihal kesehatan, keluhan yang dialami, dan pertimbangan dosis obat ingin menambah atau
mengurangi dosis, maka prosedur alur pasien hampir sama dengan alur tersebut. Kesulitan dan hambatan yang dialami petugas berdasarkan hasil wawancara
dengan petugas PTRM, sebagian besar menyatakan kesulitan dari segi waktu. Sebagian besar petugas PTRM memiliki pekerjaan dan kesibukan di tempat lain,
sehingga pemberian pelayanan diakui tidak optimal, petugas sudah lelah ketika harus bertugas di PTRM dikarenakan pekerjaan sebelumnya dan jarak tempuh yang telah
dilalui. Kesibukan ditempat lain, terkadang juga menjadi kendala bagi dokter PTRM yang ingin memantau pasien yang dianggap perlu, namun ketika tiba di PTRM, si
pasien tersebut telah pulang, dan esok harinya dokter sudah tidak ingat lagi. Selain itu, petugas menjadi tidak fokus atau konsentrasi terpecah dengan pekerjaan lain.
Waktu pelayanan PTRM yang singkat juga memberikan pengaruh kepada pelayanan PTRM, terutama untuk pelayanan konsultasi. Hanya tiga jam waktu yang dimiliki
oleh petugas, hal ini membuat pasien kelelahan dan pasien mengantri panjang untuk meminum metadone, termasuk mengantri untuk konsultasi dengan dokter. Banyak
pasien yang akhirnya membatalkan niat mereka untuk berkonsultasi ketika melihat antrian peserta lain yang ingin berkonsultasi pula.
Kesulitan lain yang dialami yaitu, karakteristik peserta yang cenderung emosional. Dalam kondisi lelah, petugas harus mampu melapangkan dada dalam
menghadapi mereka. Terkadang terdapat pula peserta yang memberikan ancaman- ancaman kepada petugas. Bagi petugas keamanan peserta yang susah diatur menjadi
Universitas Sumatera Utara
kesulitan baginya. Peserta yang telah minum metadon hendaknya segera pulang, akan tetapi masih banyak peserta yang sulit diatur dan masih tetap berkumpul dan
mengobrol dengan teman-teman lain yang berakibat pada kesulitan dalam proses pengobatan.
5.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Berobat di PTRM Puskesmas Tanjung Morawa