Penyelesaian Masalah Penyelesaian masalah dari formulasi yang

16 dialokasikan dari penurapan pada setiap sumur mata air, sumur bor, sumur pasak, dan sumur gali tidak melebihi air yang tersedia di sumur tersebut. Kendala kapasitas penurapan mata air 1 _ 64000 W MA  , 2 _ 52560 W MA  , dan 3 _ 33139 W MA  . Kendala kapasitas sumur bor _ 27360000 j W SB  , untuk setiap j=1,2,3. Kendala kapasitas sumur pasak _ 27360000 k W SP  , untuk setiap k=1,2,3. Kendala kapasitas sumur gali _ 27360000 l W SG  , untuk setiap l=1,2,3. 2. Kendala permintaan Kendala ini memastikan bahwa semua permintaan dari perusahaan dapat dipenuhi. 3 3 3 _ _ _ 1 1 1 i j k W MA W SB W SP i j k         3 _ 1 l W SG D l     3. Kendala Kondisi Logik I Kendala ini menyatakan bahwa air dari suatu sumber penurapan mata air, sumur bor, sumur pasak, dan sumur gali akan terus dialokasikan selama airnya masih ada. Alokasi air dari penurapan mata air 1 1 _ 64000 _ W MA MA    , 2 2 _ 52560 _ W MA MA    ,dan 3 3 _ 33139 _ W MA MA    . Alokasi air dari sumur bor _ 27360000 _ j j W SB SB    , untuk setiap j=1,2,3. Alokasi air dari sumur pasaka _ 27360000 _ k k W SP SP    , untuk setiap k=1,2,3. Alokasi air dari sumur gali _ 27360000 _ l l W SG SG    , untuk setiap l=1,2,3. 4. Kendala Kondisi Logik II Kendala ini menyatakan bahwa jika perusahaan memutuskan untuk memanfaatkan air dari mata air sumur ke 1 i  , maka pengambilan air dari mata air ke i harus dilakukan terlebih dahulu. Kendala ini dapat dinyatakan dengan pertidaksamaan berikut. 3 2 _ _ MA MA     2 1 _ _ MA MA     Kendala ini menyatakan bahwa jika perusahaan memutuskan untuk memanfaatkan air dari sumur bor ke 1 j  , maka pengambilan air dari sumur bor ke j harus dilakukan terlebih dahulu. Kendala ini dapat dinyatakan dengan pertidaksamaan 3 2 _ _ SB SB     2 1 _ _ SB SB     . Kendala ini menyatakan bahwa jika perusahaan memutuskan untuk memanfaatkan air dari sumur pasak ke 1 k  , maka pengambilan air dari sumur bor ke k harus dilakukan terlebih dahulu. Kendala ini dapat dinyatakan dengan pertidaksamaan 3 2 _ _ SP SP     2 1 _ _ SP SP     Kendala ini menyatakan bahwa jika perusahaan memutuskan untuk memanfaatkan air dari sumur gali ke 1 l  , maka pengambilan air dari sumur gali ke l harus dilakukan terlebih dahulu. Kendala ini dapat dinyatakan dengan pertidaksamaan 3 2 _ _ SG SG     1 2 _ _ SG SG     . 5. Kendala Ketaknegatifan Kendala ini memastikan bahwa volume air yang dialokasikan dari setiap sumber lebih besar atau sama dengan nol. _ i W MA  , untuk setiap i=1,2,3. _ j W SB  , untuk setiap j=1,2,3. _ k W SP  , untuk setiap k=1,2,3. _ l W SG  , untuk setiap l=1,2,3.

4.3 Penyelesaian Masalah Penyelesaian masalah dari formulasi yang

telah dibuat dapat dikerjakan dengan menggunakan program LINGO 8.0. Metode branch and bound digunakan oleh software tersebut untuk menyelesaikan masalah. Penulisan program dan solusi yang didapatkan dalam LINGO 8.0 direpresentasikan dalam diagram dan tabel, dapat dilihat dalam Lampiran 3. Berdasarkan hasil running program yang disajikan pada Tabel 11 maka kita dapat membuat kesimpulan yaitu sebagai berikut: 1. Jika permintaan kurang dari atau sama dengan kapasitas sumber air dari 17 penurapan mata air, maka air akan diperoleh dari penurapan mata air. 2. Jika permintaan sama dengan atau lebih besar dari kapasitas penurapan mata air, maka air akan diperoleh dari sumur bor. 3. Jika ternyata permintaannya melebihi kapasitas baik dari penurapan mata air maupun penggalian sumur bor, maka perusahaan tersebut dapat memperoleh suplai air dari penggalian sumur pasak. 4. Namun bila permintaannya melebihi kapasitas dari ketiga sumber penurapan mata air, sumur bor, dan sumur pasak, maka perusahaan dapat memanfaatkan sumur gali sampai pada kapasitas maksimum dari sumur ketiganya. 5. Urutan pemanfaatan air yaitu dari penurapan mata air, sumur bor, sumur pasak, baru kemudian sumur gali. 6. Pemanfaatan dari setiap sumber dari sumur pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut. Dengan demikian perusahaan masih mempunyai peluang untuk memperbesar skala produksi karena sumber daya airnya saat ini masih melimpah. V SIMPULAN Gaya hidup praktis yang saat ini dijalani oleh sebagian besar masyarakat kota salah satunya ditandai dengan kebutuhan akan air minum dalam kemasan yang semakin meningkat. Suatu wilayah yang berada di sekitar daerah aliran sungai sangat potensial menghasilkan air bawah tanah yang melimpah sebagai sumber air bersih yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai air minum dalam kemasan. Untuk memanfaatkan air bawah tanah ada beberapa alternatif cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan AMDK, di antaranya melakukan penurapan mata air, pembuatan sumur bor, sumur pasak, dan sumur gali. Perbedaan teknis pemanfaatan air mengakibatkan jenis dan besaran biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan pun berbeda. Untuk menghitung biaya alokasi air dari setiap sumber air ke suatu perusahaan AMDK dapat diselesaikan dengan LINGO 8.0 yang menggunakan metode branch and bound. Dalam karya ilmiah ini penulis melakukan penelitian terhadap kebutuhan air PT Tang Mas Cidahu yang berada di Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa biaya minimum alokasi air bawah tanah oleh PT Tang Mas Cidahu dapat diperoleh jika perusahaan memanfaatkan penurapan mata air sumur pertama, kedua, dan ketiga, sumur bor pertama, kedua, dan ketiga, sumur pasak pertama, kedua, dan ketiga, baru kemudian sumur gali pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut jika permintaan terus meningkat. Dengan melihat persediaan air bawah tanah yang melimpah, dapat disimpulkan bahwa daerah tersebut masih sangat potensial memproduksi air kemasan yang saat ini sangat dibutuhkan masyarakat. 18 DAFTAR PUSTAKA Asdak C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Dinas Pertambangan. 2001. Tentang Retribusi Izin dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah. Dinas Pertambangan. [Deptan] Departemen Pertanian. 2009. Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal. Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air. Departemen Pertanian. Garfinkel RS, Nemhauser GL. 1972. Integer Programming. New York: John Wiley Sons. Karyono, Ginoga K. 2006. Dampak Pemanfaatan Sumber Daya Air terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukabumi. Bogor: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan. Kodoatie RJ, Syarif R. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta: CV. ANDI. Nash SG, Sofer A. 1996. Linear and Nonlinear Programming. New York: McGraw-Hill. Pawitan HB, Setiawan I, Kartiwa B, Subagyono K, dan Rejekiningrum P. 2008. Model Pengelolaan Air Partisipatif Berbasis Kearifan Lokal untuk Keberlanjutan Pengembangan Sumberdaya Air DAS. Laporan Hasil Kegiatan. Bogor: LPPM-IPB dan Balitbang Pertanian. Taha HA. 1996. Pengantar Riset Operasi. Alih Bahasa: Daniel Wirajaya. Binarupa Aksara, Jakarta: Terjemahan dari: Operations Research. Winston WL. 2004. Operations Research: Applications and Algorithms 4 th ed. New York: Duxbury. 19 LAMPIRAN 20 LAMPIRAN Lampiran 1 Solusi Optimal untuk Pemrograman Linear-Relaksasi a. Solusi optimal pemrograman linear-relaksasi max z=x+y st 2x+5y=16 6x+5y=30 x=0 y=0 end Global optimal solution found at iteration: 2 Objective value: 5.300000 Variable Value Reduced Cost X 3.500000 0.000000 Y 1.800000 0.000000 Row Slack or Surplus Dual Price 1 5.300000 1.000000 2 0.000000 0.5000000E-01 3 0.000000 0.1500000 4 3.500000 0.000000 5 1.800000 0.000000 b. Solusi optimal untuk Subproblem 2 max z=x+y