Garam Proses Produksi Garam

memotong dan meledakkan cut and blast mining dan pertambangan berkelanjutan continous mining Sedivy, 2009. Di sekitar pantai, air garam dapat diambil langsung dari laut. Untuk daerah yang jauh dari pantai, sumber air asin dapat diperoleh dari mata air yang terdapat di pedalaman. Hal ini dapat terjadi apabila terdapat batuan garam batu dekat permukaan. Air hujan yang merembes melalui tanah akan melarutkan garam batu sehingga terbentuk aliran garam bawah tanah, yang dikenal di Cheshire. Air garam alam dapat dipompa dari aliran garam bawah tanah tersebut. Air garam alam hasil proses tersebut dapat menjadi delapan kali lebih asin daripada air laut. Fielding, 2006.

2.7 Kebutuhan Garam di Indonesia

Garam merupakan salah satu komoditas yang sedang diprioritaskan untuk dikembangkan oleh Kementerian Perindustrian dan Kementrian Kelautan dan Perikanan Kemenperin. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kemenperin Tabel 1, luas produksi garam yang produktif saat ini di Indonesia adalah sekitar 20.000 ha, kemampuan produksi rata-rata berkisar antara 1,1 – 1,4 juta ton per tahun, sedangkan kebutuhan untuk tahun 2010 diperkirakan 3 juta ton yang antara lain digunakan untuk konsumsi rumah tangga, industri makanan dan minuman, pengeboran minyak, serta industri chlor alkali plant CAP. Kebutuhan akan garam diperkirakan akan terus meningkat menjadi 5 juta ton pada tahun 2015 seiring dengan pertumbuhan industri penggunanya. Tabel 1. Kebutuhan garam di Indonesia sumber: www.kemenperin.go.id Uraian Tahun 2007 2008 2009 2010 Pasokan Dalam Negeri 1.150.000 1.199.000 1.371.000 1.400.000 Kebutuhan Garam Dalam Negeri 2.619.000 2.667.000 2.888.000 2.985.000 - Industri CAP 1.320.000 1.350.000 1.560.000 1.638.000 - Garam Konsumsi 680.000 687.000 693.000 707.000 - Industri Pangan 444.000 455.000 460.000 465.000 - Pengeboran Minyak 125.000 125.000 125.000 125.000 - Aneka 50.000 50.000 50.000 50.000 Selama kurun waktu enam tahun terakhir, harga garam mengalami peningkatan dimana pada tahun 2004 harganya berkisar Rp. 50,- s.d Rp. 60,-kg sedangkan saat ini harganya sudah meningkat menjadi Rp. 300,- s.d Rp. 350,-kg. Hal ini menunjukkan bahwa pengendalian impor garam secara signifikan dapat meningkatkan harga garam. Garam yang diimpor pada umumnya adalah garam yang kualitasnya belum dapat diproduksi di dalam negeri karena membutuhkan kemurnian yang tinggi seperti untuk industri kimia dan farmasi. Untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas garam, perlu dilakukan intensifikasi lahan penggaraman dan meningkatkan produksi garam melalui ekstensifikasi khususnya untuk daerah- daerah sentra produksi potensial yang belum memanfaatkan lahan secara optimal. Walaupun Indonesia termasuk negara maritim, namun usaha meningkatkan produksi garam belum diminati, termasuk dalam usaha