suhu yang tinggi akibat pemanasan radiasi surya yang menyebabkan suhu udara dalam ruang evaporasi meningkat. Dengan adanya kondensasi pada bagian
penutup yang memiliki suhu lebih rendah bila dibandingkan dengan suhu pada evaporator, maka akan memurunkan suhu pengembunan sehingga menyebabkan
suhu evaporator tersebut berada di bawah titik uap air secara normal. Kuantitas air hasil destilasi pada penelitian ini belum maksimal sehingga
masih dapat ditingkatkan lagi bila uji coba dilakukan pada musim kemarau. Kondisi sinar matahari yang maksimal akan mengakibatkan penguapan uap air
yang maksimal. Uap air yang banyak akan menghasilkan embun atau air tawar yang banyak pula. Menurut Lakitan 2002 laju evaporasi di Indonesia terjadi
secara bervariasi tergantung ketinggian tempat dan waktu. Pada bulan Januari –
April laju evaporasi masih rendah, puncaknya terjadi pada bulan Juni –
September. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret – April 2005. Ini
berarti pada periode dimana terjadi kondisi laju penguapan rendah.
4.3 Hubungan Antara Selisih Suhu Kaca dan Lingkungan Dengan Volume Air Destilasi
Volume air hasil destilasi berhubungan positif dengan selisih suhu kaca dengan lingkungan. Hal tersebut bisa dilihat pada Gambar 13. Persamaan regresi
yang diperoleh adalah y=10,08x+104,9; dimana y adalah rata-rata volume air hasil destilasi dan x adalah beda suhu antara kaca dengan lingkungan. Setiap
kenaikan beda suhu antara kaca dengan lingkungan ∆T sebesar 1
o
C, meningkatkan laju pertambahan volume air hasil destilasi sebanyak 10,08 ml.
Nilai koefisien korelasinya sebesar 0,75, berarti terdapat hubungan yang erat
antara beda suhu antara kaca dengan lingkungan dengan volume air hasil destilasi. Pengaruh beda suhu antara kaca dengan lingkungan terhadap volume air hasil
destilasi adalah sebasar 56, sedangkan sisanya sebesar 44 dipengaruhi oleh faktor lain.
Gambar 13 . Hubungan Antara ∆T dengan Rata-rata Volume Air Hasil Destilasi
y=10,08x+104,9 R
2
=0,5633 y=0,008x
5
-0,463x
4
+10,24x
3
-101,5x
2
+451,6x-558,2 R
2
=0,8377
4.4 Kualitas Air
Penurunan kadar garam pada model ini dapat dihitung berdasarkan persentase penurunan kadar garam setelah melalui model destilator. Dari Tabel 2
dapat dihitung bahwa persentase penurunan kadar garam setelah melewati model adalah 100. Setelah melalui proses destilasi, pH mengalami penurunan dari 8
menjadi 6,8. Nilai TSS juga mengalami penurunan dari 0,0739 menjadi 0,0112. Untuk parameter yang diuji, air hasil destilasi sudah memenuhi standar untuk
dapat dikonsumsi. Tabel 2. Kualitas Air
Parameter Sampel Air
Standar Konsumsi
Air Laut Air Tawar
Warna tidak berwarna
tidak berwarna tidak berwarna
Bau tidak berbau
tidak berbau tidak berbau
Salinitas 33
0,5 pH
8 6,8
6 – 8,5
TSS mgL 0,0112
0,0739 -
Pada proses penguapan air dimana terjadi perubahan bentuk air dari bentuk cair menjadi bentuk gas, secara otomatis akan terjadi perubahan berat jenis dari air
tersebut. Berat jenis air dalam bentuk uap akan lebih kecil dari berat jenis air dalam bentuk cair. Ketika terjadi penguapan air maka unsur-unsur penyusun air
alam dan berbagai impurities berupa unsur logam, garam, bahan padat, dan lain- lain yang memiliki berat jenis lebih besar dari berat jenis uap akan tertinggal
sebagai refinat atau residu.
4.5 Kualitas Garam