4.4 Kualitas Air
Penurunan kadar garam pada model ini dapat dihitung berdasarkan persentase penurunan kadar garam setelah melalui model destilator. Dari Tabel 2
dapat dihitung bahwa persentase penurunan kadar garam setelah melewati model adalah 100. Setelah melalui proses destilasi, pH mengalami penurunan dari 8
menjadi 6,8. Nilai TSS juga mengalami penurunan dari 0,0739 menjadi 0,0112. Untuk parameter yang diuji, air hasil destilasi sudah memenuhi standar untuk
dapat dikonsumsi. Tabel 2. Kualitas Air
Parameter Sampel Air
Standar Konsumsi
Air Laut Air Tawar
Warna tidak berwarna
tidak berwarna tidak berwarna
Bau tidak berbau
tidak berbau tidak berbau
Salinitas 33
0,5 pH
8 6,8
6 – 8,5
TSS mgL 0,0112
0,0739 -
Pada proses penguapan air dimana terjadi perubahan bentuk air dari bentuk cair menjadi bentuk gas, secara otomatis akan terjadi perubahan berat jenis dari air
tersebut. Berat jenis air dalam bentuk uap akan lebih kecil dari berat jenis air dalam bentuk cair. Ketika terjadi penguapan air maka unsur-unsur penyusun air
alam dan berbagai impurities berupa unsur logam, garam, bahan padat, dan lain- lain yang memiliki berat jenis lebih besar dari berat jenis uap akan tertinggal
sebagai refinat atau residu.
4.5 Kualitas Garam
Dari hasil pengujian selama enam hari diperoleh jumlah garam sebesar 621 gram dari 20 liter sampel air laut. Kandungan garam yang dihasilkan dari alat ini
masih kurang bagus untuk memenuhi SNI garam kualitas I. Kandungan NaCl dari garam hasil destilasi masih dibawah standar garam, hal ini dikarenakan masih
adanya zat pengotor. Untuk itu perlu dilakukan proses lebih lanjut seperti pencucian.
Tabel 3. Kualitas Garam Materi
Kandungan yang Dihasilkan Standar Mutu Garam Kualitas
1 NaCl
70,30 Minimal 97,46
CaCl
2
1,52 Maksimal 0,72
CaSO
4
0,80 Maksimal 0,41
MgSO
4
0,53 Maksimal 0,04
Lain-lain 26,85
Maksimal 1,37
4.6 Nilai Ekonomis
Hasil penelitian menunjukan bahwa ternyata destilator tenaga surya dengan disain seperti pada Gambar 1, rata-rata menghasilkan air tawar dari air laut
sebanyak 3,2 literhari. Alat ini masih dapat memproduksi air lebih banyak lagi apabila lama penyinaran matahari lebih banyak dan intensitas matahari lebih
besar. Kondisi ini akan terjadi pada musim kemarau sekitar bulan Juni - September. Pada bulan
– bulan ini sebagian besar wilayah Indonesia mengalami musim kemarau yang kering. Pada daerah tertentu seperti Gunung Kidul, DIY,
atau pulau-pulau kecil ketersediaan air tawar menjadi sangat langka. Oleh karena itu pemanfaatan destilator tenaga surya menjadi layak dipertimbangkan untuk
digunakan di daerah sulit air seperti di Gunung Kidul atau daerah sulit air lainnya. Destilator tenaga surya memiliki keunggulan komparatif dalam hal
penggunaan energi matahari yang murah dan melimpah. Ketersediaan alamiah energi panas matahari yang sustainable telah lebih dari cukup jika dimanfaatkan
secara maksimal Purnomo dan Adi, 1994. Disamping itu, destilator tenaga surya memiliki disain dan konstruksi yang sederhana. Mudah dibuat dari bahan
–bahan yang tersedia di desa oleh tenaga lokal. Hampir tidak diperlukan keahlian khusus
untuk membuat dan mengoperasikan destilator tenaga surya dimaksud. Irianto 2004 mengemukakan bahwa kebutuhan air yang dimasukan
dalam tubuh tergantung dari jumlah air yang dikeluarkan tubuh. Air yang dimasukan dalam tubuh dapat berupa air minum, makanan dan buah-buahan.
Pengeluaran air dari tubuh sebagai bentuk sisa metabolisme atau karena penyakit tertentu. Penderita penyakit muntah berak Cholera akan mengeluarkan banyak
cairan dari dalam tubuh. Kekurangan cairan dari dalam tubuh dapat menyebabkan dehidrasi yang dapat mengakibatkan kematian. Air didalam tubuh memiliki fungsi
a membantu proses pencernaan yang memungkinkan terjadinya rekasi biokimia dalam tubuh, b menjaga kerja alat tubuh tidak terganggu, dan c membuang zat
sisa dari dalam tubuh serta menjaga suhu tubuh agar tetap normal. Alat pemisah garam dan air tawar ini cukup baik untuk memproduksi
garam karena dengan alat ini produksi garam dapat dilakukan sepanjang tahun, tidak hanya pada musim kemarau. Produksi garam dengan cara tradisional akan
gagal apabila pada saat penjemuran terjadi hujan, sedangkan dengan alat ini produksi garam masih dapat dilanjutkan sampai penjemuran selesai.
42
5. KESIMPULAN DAN SARAN