pengadukan dan tanpa pengadukan dapat dilihat pada Gambar 1. Pada perlakuan pengadukan ketika penyimpanan berfungsi untuk menyeragamkan kadar air bahan
atau daun kayu putih Triwahyudi et al. 2009. Selain itu, dengan pengadukan dapat mengurangi laju terjadinya penguapan, oksidasi, resinifikasi dan reaksi
kimia lain yang dapat mengurangi kadar minyak atsiri dalam daun kayu putih yang disimpan.
Menururt Guenther 1987, pada daun yang terlalu tebal ketika penumpukan penyimpanan akan mengakibatkan peningkatan suhu yang berakibat
laju penguapan, oksidasi dan resinifikasi pada daun akan meningkat sehingga akan berakibat turunnya nilai rendemen minyak atsiri yang dihasilkan. Pada daun
kayu putih yang disimpan tanpa pengadukan, terjadinya penguapan, oksidasi dan resinifikasi akan lebih tinggi. Hal ini juga terlihat dari nilai kadar air bahan yang
rendah pada pengujian kadar air sebelum bahan disuling. Tingginya laju penguapan, oksidsasi dan resinifikasi pada daun yang disimpan tanpa pengadukan
mengakibatkan turunnya nilai rendemen minyak kayu putih yang dihasilkan.
4.2 Bobot Jenis
Bobot jenis minyak kayu putih yang dihasilkan dari penyulingan daun kayu putih pada penelitian ini berkisar antara 0,912 sampai dengan 0,917.
Menurut nilai standar nasional Indonesia nilai bobot jenis minyak kayu putih antara 0,900 sampai dengan 0,930 sedangkan untuk standar EOA antara 0,908
sampai dengan 0,925. Jadi nilai bobot jenis minyak kayu putih yang dihasilkan dari penelitian ini, semua masuk kedalam standar nasional Indonesia untuk
minyak kayu putih SNI 06-3954-2006 dan juga masuk ke dalam standar EOA. Nilai bobot jenis minyak kayu putih yang dihasilkan pada penelitian ini, semakin
naik dengan semakin lama waktu penyimpanan daun kayu putih. Hal ini sesuai dengan pernyataan Guenther 1987, bahwa pada bahan yang dikeringkan akan
mengalami kenaikan nilai bobot jenis. Pada serangkain percobaan yang dilakukan Schimmel dalam Guenther 1987, memberikan hasil bahwa pada minyak akar
angelica segar memiliki nilai bobot jenis sebesar 0,857 sampai dengan 0,866 dan pada minyak akar angelica kering memiliki bobot jenis sebesar 0,876 sampai
dengan 0,902.
Kenaikan nilai bobot jenis yang semakin tinggi dengan semakin lama waktu penyimpanan daun kayu putih ini diperkirakan karena pada minyak kayu
putih yang diperoleh dari penyulingan daun yang telah disimpan akan memiliki komponen penyusun fraksi berat yang semakin banyak sehingga nilai bobot jenis
minyak akan semakin tinggi Sumangat Ma’mun 2003. Dapat dijelaskan bahwa pada daun yang disimpan komponen minyak kayu putih yang berupa
senyawa dengan fraksi ringan telah berkurang akibat terjadinya proses penguapan, resinifikasi, polimerisasi atau proses oksidasi yang terjadi selama penyimpanan
sehingga ketika daun disuling komponen penyusun minyak yang paling banyak keluar atau lebih dominan dari daun adalah komponen dengan fraksi berat
sehingga terjadi kenaikan nilai bobot jenis minyak kayu putih. Tabel 4 Bobot jenis minyak kayu putih
Bobot jenis minyak kayu putih Waktu hari
Volume air penyulingan 2,5 kg daun liter 3
4 1
0,914 0,913
Pengadukan 2
0,915 0,914
3 0,917
0,914 1
0,913 0,912
Tanpa pengadukan 2
0,914 0,913
3 0,916
0,913 Kontrol
0,914 0,912
Nilai bobot jenis minyak kayu putih tertinggi dihasilkan dari kombinasi perlakuan berupa penyulingan dengan air 3 liter, penyimpanan 3 hari dan
perlakuan pengadukan selama penyimpanan. Sedangkan nilai bobot jenis terendah diperoleh dari kontrol penyulingan 4 liter dan kombinasi perlakuan penyulingan
dengan air 4 liter, penyimpanan 1 hari dan tanpa pengadukan. Jika dilihat pada Gambar 2, penyulingan dengan menggunakan volume air penyulingan sebesar 3
liter memiliki rata-rata nilai bobot jenis yang lebih tinggi daripada penyulingan dengan menggunakan air 4 liter. Hal ini karena pada penyulingan dengan volume
air 4 liter akan mengakibatkan kondisi ketel penyulingan yang lebih jenuh.
Kondisi ketel yang jenuh ini mengakibatkan terjadinya proses hidrolisis yang lebih ekstensif Guenther 1987. Menurut Ferdiansyah 2010, semakin banyak air
di dalam ketel dan suhu yang tinggi maka proses hidrolisis akan semakin besar. Proses hidrolisis ini mengakibatkan larutnya sebagian fraksi berat yang ada pada
daun kayu putih yang disuling. Hal ini menyebabkan nilai bobot jenis minyak kayu putih yang dihasilkan menjadi lebih rendah jika dibandingkan dengan
minyak kayu putih yang dihasilkan dari penyulingan dengan air 3 liter.
Gambar 2 Pengaruh lama penyimpanan daun dan volume air penyulingan terhadap bobot jenis minyak kayu putih.
Dari Gambar 2 dapat diketahui bahwa pada perlakuan pengadukan dan tanpa pengadukan daun ketika penyimpanan memberikan hasil yang berbeda
untuk nilai bobot jenis minyak kayu putih yang dihasilkan. Nilai bobot jenis minyak kayu putih yang diperoleh dari daun yang diberi perlakuan pengadukan
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai bobot jenis minyak kayu putih yang diperoleh dari daun tanpa pengadukan. Hal ini bisa terjadi karena perlakuan
pengadukan dapat mengakibatkan hilangnya komponen penyusun minyak kayu putih berupa fraksi-fraksi ringan yang lebih seragam dari daun kayu putih yang
disimpan sehingga fraksi-fraksi berat pada minyak kayu putih yang dihasilkan menjadi lebih dominan. Semakin dominannya fraksi berat pada minyak kayu
putih ini mengakibatkan nilai bobot jenis minyak kayu putih yang dihasilkan dari
EOA SNI
daun yang diberi perlakuan pengadukan lebih besar daripada minyak kayu putih yang dihasilkan dari daun tanpa pengadukan.
4.3 Indeks Bias