diperoleh hasil bahwa minyak kayu putih pada daun tersebut mengandung 32 jenis komponen sedangkan dari penyulingan daun M. Folium kering diperoleh 26
jenis komponen yang menyusun minyak kayu putih yang dihasilkan dari penyulingan.
Dari beberapa komponen penyusun minyak kayu putih yang diperoleh dari penyulingan daun kayu putih terdapat 7 komponen penyusun utama minyak kayu
putih dari daun segar, yaitu : 1. α-pinene, 2. Sineol, 3. α-terpineol, 4. Kariofilen, 5.
α-karyofilen, 6. Ledol dan 7. Elemol Siregar Nopelena 2010. Menurut Guenther 1990, menyebutkan bahwa komponen utama penyusun minyak kayu
putih adalah sineol C
10
H
18
O, pinene C
10
H
8
, benzaldehide C
10
H
5
HO, limonene C
10
H
16
dan sesquiterpentes C
15
H
24
. Komponen yang memiliki kandungan cukup besar di dalam minyak kayu putih, yaitu sineol sebesar 50
sampai dengan 65. Dari berbagai macam komponen penyusun minyak kayu putih hanya kandungan komponen sineol dalam minyak kayu putih yang dijadikan
penentuan mutu minyak kayu putih. Sineol merupakan senyawa kimia golongan ester turunan terpen alkohol yang terdapat dalam minyak atsiri, seperti pada
minyak kayu putih. Semakin besar kandungan bahan sineol maka akan semakin baik mutu minyak kayu putih Sumadiwangsa et al. 1973.
2.7 Rendemen dan Mutu Minyak Kayu Putih
Tanaman kayu putih merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak diolah dan dimanfaatkan untuk menghasilkan minyak kayu putih.
Rendemen dan mutu minyak atsiri sangat bervariasi karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut Guenther 1987, perlakuan terhadap bahan baku
penghasil minyak atsiri, jenis alat penyulingan, perlakuan minyak atsiri setelah ekstraksi, pengemasan dan penyimpanan bahan ataupun produk berpengaruh
terhadap kualitas minyak atsiri. Selain faktor-faktor yang disebutkan di atas juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rendemen dan mutu minyak kayu
putih, diantaranya cara penyulingan, lingkungan tempat tumbuh, waktu pemetikan bahan dan penanganan bahan sebelum penyulingan Nurdjannah 2006.
Rendemen minyak kayu putih yang diperoleh dari hasil survei ke Pabrik Minyak Kayu Putih Jatimunggul, yaitu sebesar 0,8 dan nilai rendemen ini bisa
mengalami penurunan sampai 0,6. Di bawah ini terdapat standar penentuan mutu minyak kayu putih berdasarkan pada SNI 06-3954-2006 Tabel 1.
Tabel 1 Standar mutu minyak kayu putih SNI 06-3954-2006
No Jenis Uji
Satuan Persyaratan
1 Keadaan
- -
1.1 Warna
- Jernih sampai kuning kehijauan
1.2 Bau
-
khas kayu putih 2
Bobot jenis 20°C20°C -
0,900 - 0,930 3
Indeks bias nD
20
- 1,450 - 1,470
4 Kelarutan dalam etanol 70
-
1:1 sampai 1:10 jernih 5
Putaran optic -
-4° sd 0° 6
Kandungan sineol 50-65
Sumber : BSN Badan standardisasi Indonesia 2006.
Mutu minyak kayu yang ada di Indonesia paling banyak mengacu ke standar nasional Indonesia dalam penentuannya. Pada waktu dulu mutu minyak kayu
putih dibagi kedalam 2 klasifikasi, yaitu : 1. Mutu utama dan 2. Mutu pertama. Penentuan klasifikasi mutu utama dan pertama ini berdasarkan jumlah kandungan
sineol pada minyak kayu putih. Semakin tinggi kandungan sineol dalam minyak kayu putih maka akan semakin bagus mutu minyak kayu putih. Tetapi saat ini
standar nasional Indonesia SNI sudah tidak mengacu terhadap nilai kadar sineol ini. Di bawah ini dapat dilihat klasifikasi mutu minyak kayu putih berdasarkan
EOA essential oil association of USA Tabel 2. Tabel 2 Standar mutu minyak kayu putih EOA
No. Jenis uji
Kualitas Utama
1 Warna dan penampilan
Cairan kuning, hijau atau kuning 2
Kadar sineol 50 sampai 65
3 Kelarutan dalam alkohol 80
Larut dalam 1 volume 4
BJ pada 25 °C 0,908-0,925
5 Indeks bias 20 °C
1,4660-1,4720 6
Putaran optik ±0
o
sd 4
o
Sumber : Kartikasari 2007.
BAB III BAHAN DAN METODE