Putaran Optik HASIL DAN PEMBAHASAN

pengadukan lebih tinggi daripada nilai indeks bias minyak kayu putih dari daun yang diberi perlakuan tanpa pengadukan, baik pada penyulingan dengan menggunakan air 3 liter dan 4 liter. Hal ini diperkirakan karena semakin rata dan seragamnya fraksi ringan yang hilang pada daun yang diberikan perlakuan pengadukan selama penyimpan berlangsung sehingga fraksi berat pada minyak kayu putih yang dihasilkan semakin dominan. Semakin dominan kandungan komponen fraksi berat pada minyak kayu putih ini mengakibatkan semakin naiknya nilai indeks bias minyak kayu putih.

4.4 Putaran Optik

Putaran optik merupakan nilai yang diperoleh dari polarisasi cahaya yang diputar ke arah kanan dextrorotary atau ke arah kiri laevorotary oleh minyak atsiri yang ditempatkan dalam sinar atau cahaya Guenther 1987. Nilai putaran optik yang diperoleh dari minyak kayu putih dalam penelitian ini berkisar antara 0,35 o sampai dengan 2,37 o untuk arah kiri laevorotary. Kisaran nilai putaran optik yang diperoleh dari minyak kayu putih ini memenuhi standar nasional Indonesia untuk minyak kayu putih SNI 06-3954-2006 dan juga standar EOA. Dalam standar nasional Indonesia SNI 06-3954-2006 dan EOA disyaratkan nilai putaran optik minyak kayu putih antara -4 o sampai dengan 0 o . Nilai putaran optik untuk minyak kayu putih yang diperoleh dari penyimpanan daun, memiliki kecenderungan yang semakin naik dengan semakin lama penyimpanan daun kayu putih. Kenaikan nilai putaran optik ini diperkirakan karena komponen minyak kayu putih yang tersuling semakin tidak lengkap. Menurut Sumangat dan Ma’mun 2003, minyak atsiri yang komponen- komponennya tersuling dengan lengkap maka nilai putaran optiknya akan semakin kecil. Sedangkan minyak atsiri yang komponen-komponen atau senyawa penyusunya tidak tersuling secara menyeluruh maka nilai putaran optiknya akan semakin besar. Hal ini karena nilai putaran optik yang terukur adalah nilai putaran optik gabungan antara komponen penyusun minyak atsiri. Tabel 6 Putaran optik minyak kayu putih Putaran optik minyak kayu putih - atau laevorotary Waktu hari Volume air penyulingan 2,5 kg daun liter 3 4 1 1,88 o 1,75 o Pengadukan 2 2,20 o 2,20 o 3 2,92 o 2,50 o 1 1,65 o 1,25 o Tanpa pengadukan 2 2,14 o 2,10 o 3 2,37 o 2,35 o Kontrol 0,80 o 0,35 o Komponen penyusun minyak kayu putih pada daun yang disimpan diperkirakan berkurang atau hilang akibat adanya proses penguapan, oksidasi dan resinifikasi yang terjadi sehingga mengakibatkan komponen minyak kayu putih yang dihasilkan semakin tidak lengkap dengan semakin lama penyimpanan daun Guenther 1987. Hilangnya beberapa komponen penyusun minyak kayu putih inilah yang mengakibatkan semakin naiknya nilai putaran optik minyak kayu putih dari bahan yang disimpan. Pada minyak kayu putih yang dihasilkan dari penyulingan dengan menggunakan air 4 liter memberikan hasil nilai putaran optik yang lebih kecil daripada nilai putaran optik yang dihasilkan dari minyak kayu putih yang diperoleh dari penyulingan dengan air 3 liter Tabel 6. Pada kontrol penyulingan dengan menggunakan air 3 liter diperoleh nilai putaran optik sebesar 0,80 o sedangkan pada kontrol 4 liter dihasilkan nilai putaran optik sebesar 0,35 o . Hal ini memberikan hasil bahwa penyulingan dengan air 4 liter dapat menghasilkan minyak kayu putih yang memiliki komponen penyusun lebih lengkap daripada penyulingan dengan menggunakan air 3 liter. Gambar 4 Pengaruh lama penyimpanan daun dan volume air penyulingan terhadap putaran optik minyak kayu putih. Pada perlakuan pengadukan dan tanpa pengadukan didapatkan hasil nilai putaran optik yang berbeda. Nilai putaran optik pada minyak kayu putih yang diperoleh dari daun yang diberikan perlakuan pengadukan lebih tinggi daripada nilai putaran optik minyak kayu putih dari daun tanpa pengadukan Gambar 4. Hal ini diperkirakan terjadi karena pada daun yang diberikan perlakuan pengadukan terjadi kehilangan komponen penyusun minyak kayu putih yang semakin rata dan seragam. Kehilangan komponen penyusun minyak kayu putih yang semakin seragam ini mengakibatkan nilai putaran optik yang dihasilkan semakin tinggi pada minyak kayu putih yang diperoleh dari daun yang diberikan perlakuan pengadukan daripada minyak kayu putih yang diperoleh dari daun tanpa pengadukan. Selain itu, kenaikan nilai putaran optik juga bisa terjadi akibat adanya pengotoran pada minyak kayu putih yang dihasilkan Trifa 2009.

4.5 Kelarutan dalam Etanol 70