Gambar 4 Pengaruh lama penyimpanan daun dan volume air penyulingan terhadap putaran optik minyak kayu putih.
Pada perlakuan pengadukan dan tanpa pengadukan didapatkan hasil nilai putaran optik yang berbeda. Nilai putaran optik pada minyak kayu putih yang
diperoleh dari daun yang diberikan perlakuan pengadukan lebih tinggi daripada nilai putaran optik minyak kayu putih dari daun tanpa pengadukan Gambar 4.
Hal ini diperkirakan terjadi karena pada daun yang diberikan perlakuan pengadukan terjadi kehilangan komponen penyusun minyak kayu putih yang
semakin rata dan seragam. Kehilangan komponen penyusun minyak kayu putih yang semakin seragam ini mengakibatkan nilai putaran optik yang dihasilkan
semakin tinggi pada minyak kayu putih yang diperoleh dari daun yang diberikan perlakuan pengadukan daripada minyak kayu putih yang diperoleh dari daun
tanpa pengadukan. Selain itu, kenaikan nilai putaran optik juga bisa terjadi akibat adanya pengotoran pada minyak kayu putih yang dihasilkan Trifa 2009.
4.5 Kelarutan dalam Etanol 70
Pada penelitian ini juga dilakukan pengujian kelarutan minyak kayu putih dalam etanol 70. Berdasarkan hasil penelitian Tabel 7 nilai kelarutan minyak
kayu putih terhadap etanol 70 berkisar antara 1:7 sampai dengan 1:8,5 jernih.
Nilai kelarutan minyak kayu putih pada penelitian ini semua masuk kedalam standar nasional Indonesia untuk minyak kayu putih SNI 06-3954-2006 yang
mensyaratkan nilai kelarutan minyak kayu putih dalam etanol 70 sebesar 1:1
4,00
SNI EOA
sampai dengan 1:10 jernih. Tetapi nilai kelarutan ini tidak masuk dalam standar EOA yang mensyaratkan nilai kelarutan minyak kayu putih larut dalam 1 volume.
Tabel 7 Nilai kelarutan minyak kayu putih dalam etanol 70
Kelarutan minyak kayu putih dalam etanol 70 jernih Waktu hari
Volume air penyulingan 2,5 kg daun liter 3
4 1
1:7 1:8
Pengadukan 2
1:7,5 1:8
3 1:8
1:8 1
1:7 1:8
Tanpa pengadukan 2
1:8 1:8
3 1:8,5
1:8,5 Kontrol
1:7 1:8
Dari pengujian nilai kelarutan minyak kayu putih dalam etanol 70 didapatkan hasil nilai kelarutan yang cenderung menurun dengan semakin lama
penyimpanan daun. Hal ini diperkirakan terjadi karena adanya proses polimerisasi yang terjadi selama penyimpanan daun berlangsung. Menurut Guenther 1987,
adanya polimerisasi yang terjadi akan mengakibatkan turunnya nilai kelarutan minyak kayu putih dalam etanol 70. Selain itu, Guenther juga menyebutkan
bahwa kelarutan minyak atsiri terhadap etanol tergantung terhadap kecepatan daya larut dan kualitas minyak itu sendiri. Pada minyak atsiri yang kaya akan
komponen oxygenated lebih mudah larut daripada minyak atsiri yang memiliki kandungan terpen yang tinggi. Berdasarkan nilai kelarutan minyak kayu putih
dalam etanol 70 yang rendah dapat diperkirakan kandungan terpen pada minyak kayu putih yang dihasilkan pada penelitian ini lebih banyak dibandingkan
kandungan komponen oxygenated. Pada perlakuan penggunaan air untuk penyulingan didapatkan hasil bahwa
pada penyulingan dengan menggunakan air 4 liter memberikan hasil nilai kelarutan minyak kayu putih yang lebih rendah daripada penyulingan dengan
menggunakan air penyulingan 3 liter. Hal diperkirakan terjadi karena pada penyulingan dengan menggunakan air 4 liter kondisi tabung penyulingan lebih
jenuh karena volume air penyulingan yang digunakan lebih banyak. Kondisi ketel
yang jenuh dengan suhu yang tinggi mengakibatkan proses polimerisasi yang terjadi di dalam ketel yang menggunakan air penyulingan 4 liter lebih besar.
Sedangkan pada penyulingan dengan menggunakan air 3 liter kondisi tabung penyulingannya memiliki kejenuhan yang lebih rendah daripada penyulingan
yang menggunakan air 4 liter. Hal inilah yang mengakibatkan laju polimerisasi pada penyulingan dengan menggunakan air 3 liter lebih rendah. Semakin besar
laju polimerisasi maka mengakibatkan nilai kelarutan minyak kayu putih yang dihasilkan dalam etanol 70 semakin rendah Tabel 7.
Sedangkan pada
perlakuan penyimpanan
dengan menggunakan
pengadukan daun dan tanpa pengadukan daun ketika penyimpanan memberikan hasil nilai kelarutan minyak kayu putih dalam etanol 70 yang berbeda. Pada
minyak kayu putih yang diperoleh dari daun yang diberikan perlakuan pengadukan memberikan nilai kelarutan dalam etanol 70 yang lebih tinggi
daripada minyak kayu putih yang diperoleh dari daun tanpa pengadukan. Dengan dilakukannya pengadukan dapat mengurangi laju terjadinya polimerisasi pada
daun kayu putih yang disimpan sehingga mengurangi terjadinya penurunan nilai kelarutan minyak kayu putih dalam etanol 70. Menurut Guenther 1987,
kondisi penyimpanan yang kurang baik dapat mempercepat laju polimerisasi seperti faktor cahaya, udara dan adanya air biasanya menimbulkan pengaruh yang
tidak baik.
4.6 Kadar Sineol