Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Analisis Data

BAB III BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di tiga tempat berbeda, yaitu : 1. Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, 2. Laboratorium Instrumen, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan 3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Juli 2011.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun M. leucadendron Linn. dengan umur 5 bulan yang diperoleh dari BKPH Jatimunggul, KPH Indramayu, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis mutu minyak kayu putih, diantaranya larutan resorsinol 50, aquades, NaOH 2 N dan etanol 70. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah plastik, timbangan, alat penyulingan sistem kukus serta peralatan untuk melakukan analisis mutu minyak kayu putih seperti gelas ukur, gelas piala, corong pemisah, timbangan analitik, labu erlenmeyer, piknometer, kaca pengaduk, refraktometer dan pipet.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Penyimpanan

Penyimpanan daun kayu putih dilakukan sebelum daun kayu putih diolah untuk diambil minyaknya. Penyimpanan ini dilakukan pada suhu ruangan dengan cara dihamparkan di atas alas berupa plastik. Penyimpanan dilakukan pada daun kayu putih yang memiliki umur daun 5 bulan. Dari daun kayu putih ini diambil masing-masing 2,5 kg untuk dilakukan penyimpanan selama 1 hari, 2 hari dan 3 hari. Panjang interval penyimpanan ini diambil berdasarkan dari waktu penyimpanan yang dilakukan di pabrik minyak kayu putih. Pada masing-masing penyimpanan diberikan perlakuan pengadukan daun dan tidak. Pengadukan dilakukan selama 6 kali dimulai dari jam 07.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB. Pada penelitian ini dilakukan ulangan sebanyak dua kali untuk tiga faktor yang akan diteliti, yaitu lama penyimpanan, perlakuan penyimpanan dan volume air penyulingan. Selain itu, juga dilakukan penyulingan untuk daun 0 hari. Waktu 0 hari ini merupakan waktu setelah daun mengalami penebangan, pengangkutan dan pemisahan daun dari ranting yang besar.

3.3.2 Penyulingan

Penyulingan daun kayu putih dilakukan dengan sistem penyulingan kukus. Jumlah daun yang disuling sebanyak 2,5 kg untuk setiap tangki penyulingan. Jumlah tangki penyulingan yang digunakan sebanyak dua buah, dimana untuk masing-masing tangki penyulingan diisi dengan 2,5 kg daun kayu putih. Lama penyulingan yang dilakukan selama 4 jam dari awal pemasakan sampai akhir selesai pemasakan Sunanto 2003. Setelah penyulingan selesai akan diperoleh hasil berupa minyak kayu putih yang tercampur dengan sebagian air dari penyulingan. Cara untuk memisahan air dari minyak kayu putih dapat dilakukan dengan menggunakan corong pemisah dan dengan menggunakan pipet untuk air yang masih ada di dalam minyak kayu putih tetapi jumlahnya sedikit.

3.3.3 Analisis Sifat Fisika dan Kimia

Pengujian sifat fisika dan kimia minyak kayu putih dapat dilakukan sesuai dengan standar nasional Indonesia, yaitu SNI 06-3954-2006. Sifat fisika yang diuji dari minyak kayu putih, diantaranya bobot jenis, indek bias dan putaran optik. Sedangkan untuk pengujian sifat kimia minyak kayu putih yang diuji adalah kadar sineol minyak kayu putih dan kelarutan dalam etanol. Selain itu juga dilakukan perhitungan nilai rendemen yang dihasilkan dari masing- masing contoh uji minyak kayu putih.

3.3.3.1 Rendemen

Rendemen merupakan nilai yang menunjukkan berapa banyak minyak kayu putih yang dihasilkan dari penyulingan daun kayu putih. Nilai rendemen ini dinyatakan sebagai persentase dari perbandingan antara berat minyak kayu putih hasil penyulingan atau output dengan berat daun kayu putih yang disuling atau input. Perhitungan nilai rendemen dapat mengikuti rumus di bawah ini : Berat minyak kayu putih output Rendemen = x 100 Berat daun kayu putih input

3.3.3.2 Bobot Jenis

Penentuan nilai bobot jenis minyak kayu putih merupakan salah satu cara yang digunakan untuk analisis mutu minyak kayu putih secara fisika yang dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat kemurnian minyak yang dihasilkan. Cara menentukan nilai bobot jenis dengan menggunakan piknometer. Setelah piknometer dibersihkan lalu ditimbang berat kosong piknometer. Setelah itu, piknometer diisi dengan air suling atau aquades dan dilakukan penimbangan, lalu piknometer dibersihkan. Piknometer yang telah bersih kemudian diisi dengan minyak kayu putih dan ditimbang kembali. Setelah selesai maka nilai bobot jenis minyak kayu putih dapat diketahui dengan melakukan perhitungan dengan rumus di bawah ini : m 2 – m Bobot jenis = m 1 – m Keterangan : m = Nilai berat piknometer kosong. m 1 = Nilai berat piknometer dengan isi air suling. m 2 = Nilai berat piknometer dengan isi minyak kayu putih.

3.3.3.3 Indeks Bias

Indeks bias dapat ditentukan dengan dasar pengukuran langsung sudut bias minyak dengan mempertahankan kondisi suhu yang tetap. Nilai indeks bias minyak kayu putih atau minyak atsiri lainnya dapat diketahui dengan menggunakan alat refraktometer. Sebelum sampel atau contoh minyak diletakkan di dalam alat ini, minyak tersebut harus berada pada suhu yang sama dengan suhu lingkungan tempat melakukan pengukuran nilai indeks bias ini. Pembacaan nilai indeks bias pada refraktometer dilakukan bila keadaan suhu telah stabil.

3.3.3.4 Putaran Optik

Putaran optik minyak kayu putih dapat ditentukan dengan alat polarimeter. Penetuan nilai putaran optik minyak kayu putih ini didasarkan pada pengukuran sudut bidang dimana sinar terpolarisasi diputar oleh lapisan minyak dengan tebal dan suhu tertentu. Nilai putaran optik diperoleh dari rata-rata 3 kali ulangan pembacaan alat polarimeter. Selain itu, putaran optik harus dinyatakan dalam derajat lingkar sampai mendekati 0,01 o dan harus diperhatikan tanda positif pada putaran optik dekstrorotary dan tanda negatif pada putaran optik levorotary.

3.3.3.5 Kelarutan dalam Etanol 70

Kelarutan minyak kayu putih dalam etanol merupakan kelarutan minyak kayu putih terhadap etanol dengan konsentrasi tertentu yang dinyatakan dalam perbandingan pada keadaan jernih. Kelarutan dalam etanol ini dapat diuji dengan mencampurkan minyak kayu putih dengan tetesan etanol dengan konsentrasi tertentu dan dilakukan pengocokan sampai diperoleh larutan yang sebening mungkin.

3.3.3.6 Kadar Sineol

Kadar sineol minyak kayu putih merupakan nilai yang sangat penting dan berpengaruh terhadap mutu atau kualitas minyak kayu putih. Nilai kadar sineol dalam minyak kayu putih dapat dicari dengan menggunakan metode kristalisasi resorsinol. Metode kristalisasi ini dilakukan dengan penambahan larutan resorsinol 50 yang dibuat dengan melarutkan 6 gram resorsinol ke dalam 6 ml aquades. Larutan resorsinol yang telah dibuat kemudian dituangkan pada pinggan porselin yang berisi 5 ml contoh minyak kayu putih . Setelah itu pinggan porselin dimasukkan ke dalam lemari es sampai 2 jam dan terbentuk kristal resorsin-sineol. Kristal yang telah terbentuk ditapis dengan cawan atau gelas masir G 1 atau G 2 . Kristal yang sudah terpisah dilarutkan dengan NaOH 2 N kemudian dituangkan ke dalam labu cassi 50 ml dan dilakukan penambahan aquades sampai batas skala. Setelah 1 jam atau larutan dapat terpisah sempurna dengan kandungan sineol maka dapat dilakukan perhitungan kadar sineol dalam minyak kayu putih dengan rumus di bawah ini : ml pembacaan Kadar sineol = x 100 5

3.4 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif berupa kecenderungan trend data dalam bentuk tabel dan grafik.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rendemen

Rendemen minyak kayu putih yang dihasilkan dari penyulingan daun kayu putih berumur 5 bulan dengan menggunakan metode penyulingan kukus pada penelitian ini berkisar antara 1,011 sampai dengan 1,157. Dari kisaran data rendemen yang dihasilkan, nilai rendemen pada percobaan ini lebih besar jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Dari hasil penelitian Sihaya 2005, kisaran rendemen minyak kayu putih yang dihasilkan dari penyulingan daun kayu putih dari Propinsi Maluku antara 0,74 sampai dengan 0,81. Begitu juga pada hasil penelitian Yusliansyah 2006, kisaran rendemen yang dihasilkan dari penyulingan daun kayu putih dari Samarinda dan Tanjung Redeb yaitu antara 0,72 sampai dengan 0,86. Perbedaan hasil rendemen minyak kayu putih yang dihasilkan dari percobaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor lama waktu pemasakan dan asal bahan baku daun kayu putih. Pada penelitian Yusliansyah 2006, metode penyulingan yang digunakan sama dengan metode penyulingan yang digunakan pada penelitian ini, yaitu metode penyulingan kukus tetapi lama waktu penyulingan yang digunakan berbeda. Menurut Sunanto 2003, dari pengamatan rendemen dan kualitas minyak diketahui bahwa lama penyulingan daun kayu putih yang optimum untuk menghasilkan minyak kayu putih adalah 3 sampai 4 jam. Pada penelitian ini digunakan lama waktu penyulingan selama 4 jam sedangkan pada penelitian Yusliansyah hanya dilakukan penyulingan selama 2 jam. Hal inilah yang menjadikan nilai rendemen pada penelitian yang dilakukan Yusliansyah lebih kecil. Data rendemen minyak kayu putih yang dihasilkan pada penelitian ini, dapat dilihat pada Tabel 3.