Pemrosesan jaringan Kiernan 1990 Pewarnaan

Semua tikus diberi ransum standar dan air minum ad libitum. Kultur Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus fermentum yang diberikan sebanyak 1 mL dengan populasi 10 8 cfumL, sedangkan kultur enteropathogenic E. coli yang digunakan sebanyak 1 mL dengan populasi 10 6 cfumL untuk satu kali cekok. Lactobacillus plantarum, Lactobacillus fermentum, dan EPEC diberikan pada tikus percobaan secara per oral menggunakan sonde lambung Oyetayo 2004. Proses terminasi pengakhiran perlakuan dan sampling organ usus halus dilakukan tiga kali, yaitu pada hari ke-8 T1, hari ke-15 T2, dan hari ke-22 T3. Saat tikus diterminasi, organ usus halusnya diambil kemudian dicuci dengan NaCl 0.9. Organ lalu disimpan dan difiksasi selama 24 jam dalam larutan Bouin untuk mencegah terjadinya autolisis.

4. Pemrosesan jaringan Kiernan 1990

Organ usus halus yang telah difiksasi kemudian dipotong dan diambil masing-masing bagianya duodenum, jejunum, dan ileum. Potongan jaringan duodenum, jejunum, dan ileum kemudian didehidrasi penarikan molekul air dari dalam jaringan dengan alkohol bertingkat 70, 80, 90, 95 masing- masing selama 24 jam dan alkohol absolut I, II, dan III masing-masing selama 1 jam. Selanjutnya dilakukan penjernihan clearing dalam larutan xylol I, II, III, masing-masing selama 1 jam. Tahap berikutnya adalah infiltrasi parafin kedalam jaringan dengan memasukkan sampel jaringan ke dalam parafin cair I, II, III, masing-masing selama 1 jam dengan suhu 60 o C. Setelah itu dilakukan penanaman organ dalam parafin embedding, kemudian dibuat blok-blok jaringan sesuai ukuran organ. Blok jaringan dipotong setebal 4 µm dengan mikrotom putar. Hasil potongan direndam dalam akuades suhu ruang, kemudian dimasukkan ke dalam akuades yang dipanaskan dalam waterbath suhu 37 o C. Selanjutnya potongan jaringan terbaik diletakkan pada gelas objek. Untuk pewarnaan imunohistokimia, gelas objek yang digunakan dilapisi dilem dengan neophren in toluene neophren : toluene = 0.2 mL : 1.8 mL. Preparat kemudian dimasukkan ke dalam inkubator 40 o C selama minimal 24 jam.

5. Pewarnaan

Pewarnaan dimulai dengan deparafinisasi potongan jaringan dalam xylol III, II, I masing-masing 5 menit. Rehidrasi jaringan dilakukan dengan merendam preparat dalam alkohol absolut III, II, I, 95, 90, 80, 70 masing masing 3 menit. Setelah itu dilakukan pencucian dengan air kran selama 5 menit dilanjutkan pencucian dengan akuades selama 3 menit. 5.1 Pewarnaan hematoksilin-eosin HE Kiernan 1990 Pewarnaan jaringan diawali dengan pemberian hematoksilin selama 3 menit, lalu direndam dalam air kran selama 10 menit dan akuades 5 menit, dilanjutkan dengan pemberian Eosin selama 2 menit. Tahap pewarnaan diakhiri dengan dehidrasi pada alkohol bertingkat 70, 80, 90, 95, absolut I, II masing- masing beberapa detik, kemudian absolut III satu menit. Dilanjutkan dengan clearing pada xylol I, II, beberaapa detik dan xylol III satu menit, diakhiri dengan mounting penutupan sediaan dengan coverglass. 5.2 Pewarnaan imunohistokimia cooper,zinc superoxide dismutase Cu,Zn- SOD Wresdiyati et al. 2002 Proses pewarnaan imunohistokimia diawali dengan tahap penghilangan peroksidase endogen dengan merendam preparat dalam campuran metanol 30 mL dan H 2 O 2 0.3 mL selama 15 menit. Kemudian dilakukan pencucian dengan akuades dan PBS masing-masing dua kali selama 10 menit. Setelah itu, setiap preparat ditetesi dengan 50-60 µl serum normal dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 60 menit. Lalu dilakukan pencucian dengan PBS sebanyak tiga kali masing-masing 5 menit. Tahap selanjutnya adalah penetesan antibodi primer Cu,Zn-SOD SIGMA S2147 sebanyak 50-60 µl pada masing-masing preparat, lalu diinkubasi pada suhu 4 o C selama 2 malam 44 jam. Setelah inkubasi, preparat dicuci dengan PBS sebanyak tiga kali masing- masing selama 10 menit. Selanjutnya preparat ditetesi dengan 50-60 µl antibodi sekunder Dako Envision Peroxidase System K1491 pada kondisi gelap, kemudian diinkubasi selama 60 menit pada suhu 37 o C. Sediaan dicuci kembali dengan PBS sebanyak tiga kali masing-masing selama 5 menit. Setelah itu, dilakukan visualisasi dengan meneteskan kromogen DAB+H 2 O 2 ke preparat pada kondisi gelap dan diamkan selama 30 menit pada suhu ruang. Preparat lalu dicuci dengan air bebas ion MiliQ sebanyak tiga kali masing-masing 5 menit. Preparat tersebut kemudian diwarnai di-counterstain dengan hematoksilin agar terlihat warna yang kontras antara inti sel yang mengadung SOD dan yang tidak. Preparat lalu dicelupkan ke dalam akuabides untuk memperkuat warna biru yang dibentuk oleh hematoksilin. Selanjutnya preparat didehidrasi pada alkohol bertingkat 70, 80, 90, 95, dan absolut I, II masing-masing beberapa detik, kemudian absolut III selama 1 menit. Proses dilanjutkan dengan clearing pada xylol I, II beberapa detik dan xylol III selama 1 menit, dan diakhiri dengan mounting.

6. Analisis data

Dokumen yang terkait

Deteksi secara imunohistokimia antioksidan superoxide dismutase (sod) pada jaringan tikus hiperkolesterolemia

0 7 2

Deteksi secara imunohistokimia antioksidan superoksida dismutase (sod) pada jaringan tikus hiperkolesterolemia yang diberi pakan rumput laut

0 3 2

Deteksi secara imunohistokimia antioksidan superoksida dismutase (sod) pada jaringan kelinci hiperkolesterolemia yang diberi pakan klorofil daun singkong

0 9 2

Efek Probiotik pada Profil Imunohistokimia Antioksidan Superoxide Dismutase (SOD) di Ginjal Tikus yang Dipapar Enteropathogenic E. coli (EPEC)

1 7 220

Aktivitas Antioksidan Superoksida Dismutase Pada Hati Tikus Hiperkolesterolemia Yang Diberi Ekstrak Kulit Mahoni (Swietenia macrophylla)

1 6 70

Efek probiotik indigenus pada profil imunohistokimia antioksidan superoksida dismutase (SOD) di hati tikus yang dipapar enteropathogenic Escherichia coli (EPEC)

0 8 146

Deteksi Secara Imunohistokimia Imunoglobulin A (IgA) pada Usus Halus Tikus yang Diberi Bakteri Asam Laktat (BAL) dan Enteropatogenik Escherichia coli (EPEC)

3 10 60

Efek Pemberian Teripang Pasir (Holothuria scabra J) terhadap Profil Imunohistokimia Antioksidan Dismutase (SOD) pada Pankreas Tikus Diabetes

0 3 35

Probiotik Indigenus Meningkatkan Profil Kesehatan Usus Halus Tikus yang Diinfeksi Enteropathogenic E. coli | Wresdiyati | Majalah Kedokteran Bandung 110 369 2 PB

0 0 8

Level Antioksidan Superoksida Dismutase(SOD) Menurun Pada Jaringan Ginjal Tikus Hiperkolesterololemia : Suatu Kajian Imunohistokimia | Wresdiyati | Jurnal Sain Veteriner 426 241 1 PB

0 0 9