Pada ileum tikus percobaan, selain pada kelompok kontrol negatif dan kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC, setiap kelompok memiliki kerusakan
vili yang berbeda nyata antara satu dan yang lainnya. Urutan kelompok perlakuan dengan kerusakan vili yang terkecil sampai yang terbesar, yaitu L. fermentum +
EPEC, L. fermentum, L. plantarum, L. plantarum + EPEC dan kontrol negatif, kemudian kontrol positif. Kerusakan vili kelompok perlakuan L. plantarum +
EPEC tidak berbeda nyata p0.05 dengan kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa L. plantarum mampu mempertahankan kondisi vili ileum terhadap
serangan EPEC seperti kondisi kontrol negatif. Jaringan duodenum, jejunum, dan ileum pada kelompok kontrol positif EPEC hari ke-22 mengalami kerusakan vili
yang nyata p0.05 paling tinggi dibandingkan dengan dengan kelompok perlakuan lainnya. Ini membuktikan bahwa EPEC menyebabkan kerusakan yang
berlanjut pada vili usus halus, walaupun pemberian dari luar telah dihentikan Gambar 15.
Hasil di atas menunjukkan bahwa pemberian probiotik dengan jumlah yang tepat bisa memperbaiki kondisi kesehatan mukosa saluran usus halus, sedangkan
yang tidak diberi probiotik mengalami kerusakan vili yang berlanjut. Penelitian Peran et al. 2005 menunjukkan bahwa pemberian L. fermentum selama 3
minggu bisa memperbaiki mukosa usus besar pada tikus colitis dengan merangsang pertumbuhan sel epitel dan sel goblet.
2. Kandungan Cu,Zn-SOD jaringan usus halus
Hasil pewarnaan imunohistokimia terhadap Cu,Zn-SOD pada jaringan usus halus menunjukkan lokasi enzim Cu,Zn-SOD yang terdapat pada jaringan usus
halus. Enzim Cu,Zn-SOD pada jaringan usus halus terdistribusi pada bagian mukosa epitel vili, lamina propria, kripta, dan kelenjar liberkun, submukosa, dan
tunika muskularis. Keberadaan enzim Cu,Zn-SOD di jaringan usus halus ditandai dengan adanya warna coklat di dalam sel jaringan usus halus tersebut.
Kandungan terbanyak ditemukan pada kelenjar liberkun mukosa, dan tunika muskularis. Hanya sedikit enzim Cu,Zn-SOD yang ditemukan di epitel vili
mukosa, lamina propria mukosa, dan submukosa. Sedangkan pada tunika serosa
tidak ditemukan adanya enzim Cu,Zn-SOD. Hal ini ditandai dengan tidak adanya warna coklat pada jaringan tunika serosa.
Enzim Cu,Zn-SOD merupakan enzim antioksidan endogen yang mempunyai peranan penting secara langsung melindungi sel terhadap gangguan
radikal bebas, dan secara tidak langsung memelihara keseimbangan oksigen yang bersifat toksik Wresdiyati et al. 2002. Enzim Cu,Zn-SOD bekerja melalui
sistem pertahanan preventif, menghambat atau merusak proses pembentukan radikal bebas, serta mengkatalisasi radikal bebas anion superoksida dan
mengubahnya menjadi hidrogen peroksida Carroll et al. 2004, yang selanjutnya diubah lagi oleh enzim katalase menjadi air dan oksigen yang stabil Gurer
Ercal 2000. Kandungan enzim Cu,Zn-SOD pada usus halus tikus percobaan dapat
dilihat pada Tabel 4. Pada duodenum dan ileum hari ke-8, kelompok perlakuan L. fermentum menunjukkan kandungan enzim Cu,Zn-SOD yang paling banyak
dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Kelompok perlakuan lain menunjukkan kandungan enzim Cu,Zn-SOD yang sama dengan kelompok kontrol
negatif. Hal ini dimungkinkan karena jangka waktu pemberian L. plantarum dan L. fermentum tergolong masih singkat, sehingga belum menunjukkan pengaruh
yang nyata terhadap peningkatan kandungan enzim Cu,Zn-SOD pada usus halus. Selain itu, kelompok perlakuan kontrol positif EPEC, L. plantarum + EPEC, dan
L. fermentum + EPEC belum diberi cekok EPEC Gambar 16 dan Gambar18. Di jejunum, kelompok perlakuan L. fermentum dan L. fermentum + EPEC
menunjukkan kandungan enzim Cu,Zn-SOD yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa L. fermentum sudah
memberikan pengaruh baik terhadap kandungan enzim Cu,Zn-SOD di jejunum dalam waktu satu minggu. Kelompok perlakuan yang diberi L. plantarum
kelompok perlakuan L. plantarum dan L. plantarum + EPEC memiliki kandungan enzim Cu,Zn-SOD yang sama dengan kelompok kontrol negatif dan
kontrol positif. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian L. plantarum dalam waktu satu minggu belum memberikan efek terhadap kandungan enzim Cu,Zn-SOD di
jejunum Gambar 17.
Pada hari ke-15, kelompok perlakuan L. fermentum pada duodenum, jejunum, dan ileum menunjukkan kandungan enzim Cu,Zn-SOD yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Kelompok perlakuan L. plantarum juga memiliki kandungan enzim Cu,Zn-SOD yang tinggi pada duodenum dan
jejunum, namun tidak sebanyak kelompok perlakuan L. fermentum. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian tunggal L. fermentum dan L. plantarum selama dua minggu memberikan efek yang baik terhadap peningkatan kandungan enzim
Cu,Zn-SOD pada semua jaringan usus halus.
Tabel 4 Kandungan enzim Cu,Zn-SOD pada jaringan usus halus tikus percobaan
Perlakuan Kandungan Cu,Zn-SOD
Duodenum Jejunum
Ileum
Hari ke-8 sebelum pemberian EPEC Kontrol negatif
++ ++
++ L.plantarum
++ ++
++ L.fermentum
+++ +++
+++ L.plantarum+EPEC
++ ++
++ L.fermentum+EPEC
++ +++
++ Kontrol positif
++ ++
++ Hari ke-15 pemberian EPEC
Kontrol negatif ++
++ ++
L.plantarum +++
+++ ++
L.fermentum ++++
++++ ++++
L.plantarum+EPEC ++
++ ++
L.fermentum+EPEC +++
++++ +++
Kontrol positif EPEC -+
-+ -+
Hari ke-22 setelah pemberian EPEC Kontrol negatif
++ ++
++ L.plantarum
+++ +++
++ L.fermentum
++++ +++
+++ L.plantarum+EPEC
++ ++
++ L.fermentum+EPEC
+++ +++
+++ Kontrol positif EPEC
+ +
-+
Ket: Tanda + menunjukkan adanya kandungan enzim antioksidan Cu,Zn-SOD. Semakin banyak tanda + berarti semakin tinggi kandungan enzim tersebut.
Gambar 16 Foto mikrograf duodenum tikus pada hari ke-8 yang diwarnai secara imunohistokimia terhadap Cu,Zn-SOD. Warna coklat
menandakan adanya kandungan enzim Cu,Zn-SOD di dalam sel. Dapat dilihat bahwa kandungan enzim tertinggi terdapat pada
kelompok perlakuan L. fermentum C. Kandungan enzim Cu,Zn- SOD kelompok perlakuan lain sama seperti kontrol negatif A.
A
: kelompok kontrol negatif, B: kelompok perlakuan L. plantarum, C: kelompok perlakuan L. fermentum, D: kelompok
perlakuan L. plantarum + EPEC, E: kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC, F: kontrol positif EPEC. Skala =200
µm.
Gambar 17 Foto mikrograf jejunum tikus pada hari ke-8 yang diwarnai secara imunohistokimia terhadap Cu,Zn-SOD. Warna coklat menandakan
adanya kandungan enzim Cu,Zn-SOD di dalam sel. Dapat dilihat bahwa kandungan enzim tertinggi terdapat pada kelompok
perlakuan L. fermentum C dan L. fermentum + EPEC E. Kandungan enzim Cu,Zn-SOD kelompok perlakuan lain sama
seperti kontrol negatif A. A: kelompok kontrol negatif, B: kelompok perlakuan L. plantarum, C: kelompok perlakuan L.
fermentum, D: kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC, E: kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC, F: kontrol positif
EPEC. Skala =200 µm.
Gambar 18 Foto mikrograf ileum tikus pada hari ke-8 yang diwarnai secara imunohistokimia
terhadap Cu,Zn-SOD.
Warna coklat
menandakan adanya kandungan enzim Cu,Zn-SOD di dalam sel. Dapat dilihat bahwa kandungan enzim tertinggi terdapat pada
kelompok perlakuan L. fermentum C. Kandungan enzim Cu,Zn- SOD kelompok perlakuan lain sama seperti kontrol negatif A.
A
: kelompok kontrol negatif, B: kelompok perlakuan L. plantarum, C: kelompok perlakuan L. fermentum, D: kelompok
perlakuan L. plantarum + EPEC, E: kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC, F: kontrol positif EPEC. Skala =200
µm.
Pada duodenum, jejunum, dan ileum kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC menunjukkan kandungan enzim Cu,Zn-SOD yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok kontrol positif dan kontrol negatif. Pada kelompok perlakuan L.plantarum + EPEC kandungan enzim Cu,Zn-SOD nya
sama dengan kelompok kontrol negatif, namun lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol positif. Hal ini menunjukkan bahwa pada duodenum, jejunum,
dan ileum, pemberian L. fermentum dan L. plantarum bisa menjaga kandungan enzim
Cu,Zn-SOD jaringan usus halus yang dipapar EPEC Gambar 19, Gambar 20, dan Gambar 21.
Kelompok kontrol positif pada terminasi hari ke-15 kehilangan sebagian besar kandungan enzim Cu,Zn-SOD di dalam jaringan usus halusnya. Menurut
Cheng et al. 2006, invasi bakteri dan fungi patogen ke dalam tubuh inang menyebabkan kandungan SOD menurun. Menurut Yan Polk 2008
penempelan EPEC pada permukaan sel epitel akan mengaktifkan mekanisme inflamasi yaitu teraktivasinya dendritik sel yang kemudian menyebabkan
peningkatan sekresi sitokin. Mekanisme ini menyebabkan infiltrasi leukosit, terutama neutrofil dan makrofag di mukosa dan infiltrasi limfosit B dan limfosit T
di submukosa. Neutrofil dan makrofag ini akan memfagosit bakteri EPEC. Menurut Roitt 2002, ketika fagositosis dimulai, terjadi peningkatan
kegiatan hexose monophosphate shunt yang membangun NADPH. Kemudian elektron-elektron keluar dari NADPH menuju ke membran flavoprotein yang
mengandung FAD dan selanjutnya menuju ke sitokrom dan membran plasma. Elektron tersebut membuat terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas yang
dihasilkan berupa reactive oxigen species ROS dan reactive nitrogen species RNS, contohnya hidrogen peroksida H
2
O
2 ,
nitrit oksida NO, dan anion superoksida Mikelsaar Zilmer 2009.
Radikal bebas biasanya dinetralisir oleh antioksidan seperti enzim Cu,Zn- SOD. Jumlah bakteri EPEC yang banyak akan meningkatkan jumlah radikal
bebas, sehingga enzim antioksidan Cu,Zn-SOD yang dipakai untuk menetralisir radikal bebas tersebut juga meningkat. Hal inilah yang menyebabkan kandungan
enzim Cu,Zn-SOD pada jaringan usus halus tikus yang dipapar EPEC menjadi lebih sedikit.
Gambar 19 Foto mikrograf duodenum tikus pada hari ke-15 yang diwarnai secara imunohistokimia terhadap Cu,Zn-SOD. Warna coklat
menandakan adanya kandungan enzim Cu,Zn-SOD di dalam sel. Dapat dilihat bahwa kandungan enzim tertinggi terdapat pada
kelompok perlakuan L. fermentum C, diikuti kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC E dan L. plantarum B.
Kandungan enzim Cu,Zn-SOD kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC sama seperti kontrol negatif A. Kelompok kontrol
positif F memiliki kandungan enzim Cu,Zn-SOD paling sedikit. Skala =200 µm.
Gambar 20 Foto mikrograf jejunum tikus pada hari ke-15 yang diwarnai secara imunohistokimia terhadap Cu,Zn-SOD. Warna coklat menandakan
adanya kandungan enzim Cu,Zn-SOD di dalam sel. Dapat dilihat bahwa kandungan enzim tertinggi terdapat pada kelompok
perlakuan L. fermentum C, diikuti kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC E dan L. plantarum B. Kandungan enzim
Cu,Zn-SOD kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC sama seperti kontrol negatif A. Kelompok kontrol positif F memiliki
kandungan enzim Cu,Zn-SOD paling sedikit. Skala =200 µm.
Gambar 21 Foto mikrograf ileum tikus pada hari ke-15 yang diwarnai secara imunohistokimia terhadap Cu,Zn-SOD. Warna coklat menandakan
adanya kandungan enzim Cu,Zn-SOD di dalam sel. Dapat dilihat bahwa kandungan enzim tertinggi terdapat pada kelompok
perlakuan L. fermentum C, diikuti kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC E. Kandungan enzim Cu,Zn-SOD kelompok
perlakuan L. plantarum dan L. plantarum + EPEC sama seperti kontrol negatif A. Kelompok kontrol positif F memiliki
kandungan enzim Cu,Zn-SOD paling sedikit. Skala =200 µm.
Pada duodenum hari ke-22, kelompok perlakuan L. fermentum memiliki kandungan enzim Cu,Zn-SOD paling tinggi dibandingkan dengan kelompok
perlakuan lain. Kelompok perlakuan L. plantarum, dan L. fermentum + EPEC memiliki kandungan enzim Cu,Zn-SOD yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok kontrol negatif dan kontrol positif. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian L. fermentum dan L. plantarum memberikan efek terhadap tingginya
kadungan enzim Cu,Zn-SOD jaringan usus halus. Usus halus kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC memiliki kandungan enzim Cu,Zn-SOD yang
sama dengan kelompok kontrol negatif. Ini menunjukkan bahwa pemberian L. plantarum bisa menjaga kandungan enzim Cu,Zn-SOD pada duodenum yang
dipapar EPEC Gambar 22. Hartanti 2010 menyatakan bahwa probiotik mampu menstimulasi sistem
imun dengan meningkatkan fungsi fagositosis dari monosit. Menurut Baratawidjaja 2006, monosit bisa memproduksi sitokin IL-6 dan TNF-
α dan mengerahkan pertahanan sebagai respon terhadap infeksi. IL-6 interleukin-6
dan TNF- α tumor necrosis factor-α dapat memodulasi penyediaan tembaga Cu
dan seng Zn. Tersedianya Cu dan Zn tersebut berperan untuk pembentukan atau pengaktivan enzim Cu,Zn-SOD karena Cu,Zn-SOD membutuhkan Cu dan Zn
untuk melakukan aktivitas biologisnya Li et al. 2010. Berarti keberadaan probiotik mampu meningkatkan jumlah enzim Cu,Zn-SOD. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Zubillaga et al. 2001 yang menyebutkan bahwa pangan fungsional yang mengandung probiotik dapat meningkatkan ekspresi enzim superoksida
dismutase. Kandungan enzim Cu,Zn-SOD di jejunum sama dengan kandungan enzim
Cu,Zn-SOD di duodenum. Kelompok perlakuan L. fermentum, L. plantarum, dan L. fermentum + EPEC memiliki kandungan enzim Cu,Zn-SOD yang paling
banyak dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC memiliki kandungan enzim Cu,Zn-SOD yang sama dengan
kelompok kontrol negatif Gambar 23. Di ileum, kelompok perlakuan L. fermentum dan L. fermentum + EPEC
memiliki kandungan enzim Cu,Zn-SOD paling tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa L. fermentum memiliki
Gambar 22 Foto mikrograf duodenum tikus pada hari ke-22 yang diwarnai secara imunohistokimia terhadap Cu,Zn-SOD. Warna coklat
menandakan adanya kandungan enzim Cu,Zn-SOD di dalam sel. Dapat dilihat bahwa kandungan enzim tertinggi terdapat pada
kelompok perlakuan L. fermentum C, diikuti kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC E dan L. plantarum B.
Kandungan enzim Cu,Zn-SOD kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC D sama seperti kontrol negatif A. Kelompok kontrol
positif F memiliki kandungan enzim Cu,Zn-SOD paling sedikit. Skala =200 µm.
Gambar 23 Foto mikrograf jejunum tikus pada hari ke-22 yang diwarnai secara imunohistokimia terhadap Cu,Zn-SOD. Warna coklat menandakan
adanya kandungan enzim Cu,Zn-SOD di dalam sel. Dapat dilihat bahwa kandungan enzim tertinggi terdapat pada kelompok
perlakuan L. fermentum C, L. fermentum + EPEC E, dan L. plantarum B. Kandungan enzim Cu,Zn-SOD kelompok
perlakuan L. plantarum + EPEC D sama seperti kontrol negatif A. Kelompok kontrol positif F memiliki kandungan enzim
Cu,Zn-SOD paling sedikit. Skala =200 µm.
Gambar 24 Foto mikrograf ileum tikus pada hari ke-22 yang diwarnai secara imunohistokimia terhadap Cu,Zn-SOD. Warna coklat menandakan
adanya kandungan enzim Cu,Zn-SOD di dalam sel. Dapat dilihat bahwa kandungan enzim tertinggi terdapat pada kelompok
perlakuan L. fermentum C dan L. fermentum + EPEC E. Kandungan enzim Cu,Zn-SOD kelompok perlakuan L. plantarum
B dan L. plantarum + EPEC D sama seperti kontrol negatif A. Kelompok kontrol positif F memiliki kandungan enzim Cu,Zn-
SOD paling sedikit. Skala =200 µm.
efek meningkatkan kandungan enzim Cu,Zn-SOD di ileum pada hari ke-22. Kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC, dan L. plantarum menunjukkan
kandungan enzim Cu,Zn-SOD yang sama dengan kontrol negatif namun lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol positif. Hal ini menunjukkan
pemberian L. plantarum bisa mempertahankan kandungan enzim Cu,Zn-SOD pada jaringan ileum yang dipapar EPEC seperti kondisi kelompok kontrol negatif.
Kandungan enzim Cu,Zn-SOD pada kontrol positif paling rendah dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya Gambar 24.
Menurut Adebayo-tayo dan Onilude 2008 serta Fukuda et al. 2010, L. fermentum dapat menghasilkan eksopolisakarida EPS. EPS yaitu polisakarida
berantai panjang dan bercabang yang terdiri atas unit-unit gula atau turunan gula glukosa, galaktosa, dan rhamnosa. EPS merupakan polimer yang dihasilkan
oleh bakteri asam laktat. EPS disekresikan oleh probiotik BAL ke permukaan sel dan membentuk kapsul, atau disekresikan ke lingkungan ekstraseluler dalam
bentuk lendir. Eksopolisakarida EPS dapat menurunkan stres oksidatif secara nyata Sengul et al. 2010. EPS dapat memperbaiki kerusakan oksidatif dari
mukosa, sehingga bisa membantu pemulihan sel-sel yang mengalami stress oksidatif. Hal ini sejalan dengan pendapat Mikelsaar dan Zilmer 2009 yang
menyatakan bahwa L. fermentum berfungsi sebagai probiotik antimikrobial dan antioksidatif.
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan