Budidaya Kerang spat Mutiara 1. Aspek Biologi

meningkat karena akan mengganggu kelestarian sumberdaya ikan, CPUE pasti menurun, 5 Over exploited; stok sumberdaya sudah menurun karena tereksploitasi melebihi MSY, upaya penangkapan harus diturunkan karena kelestarian sumberdaya ikan sudah terganggu, 6 Depleted; stok sumberdaya ikan dari tahun ke tahun mengalami penutunan secara drastis, upaya penangkapan sangat dianjurkan untuk dihentikan karena kelestarian sumberdaya sudah sangat terancam. 2.3. Budidaya Kerang spat Mutiara 2.3.1. Aspek Biologi Kerang mutiara pearl oyster merupakan salah satu moluska laut, dengan tubuh dilindungi atau ditutupi oleh sepasang cangkang, masuk dalam kelas Bivalvia dan ordo Pteriida, family Pteriidae. Genus yang dikenal sebagai penghasil mutiara dengan kualitas tinggi adalah genus Pinctada dan Pteria. Beberapa jenis tiram mutiara yang terdapat di perairan Indonesia adalah Pinctada maxima, P. pucata, P. chemnitzi, Pteria penguin. Klasifikasi kerang mutiara menurut Newell 1969 adalah sebagai berikut: Filum : Mollusca Kelas : Bivalvia Ordo : Pteriida Famili : Pteriidae Genus : Pinctada Spesies : Pinctada maxima Tiram mutiara memiliki sepasang cangkang yang tidak sama bentuknya inequivalve. Cangkang sebelah kanan agak pipih dan cangkang kiri lebih cembung. Kedua cangkang tersebut pada bagian punggung dorsal dihubungkan oleh sepasang engsel ligamen, sehingga cangkang dapat membuka dan menutup. Untuk membedakan antara jenis yang satu dengan yang lain dapat dilakukan dengan melihat warna cangkang dan nacre, ukuran, serta bentuk. Adapun tiram yang dibudidayakan di Teluk Semangka adalah P. maxima dengan karakteristik mempunyai diameter dorsal-ventral dan anterior-posterior hampir sama sehingga bentuknya hampir bundar. Bagian dorsal berbentuk datar dan panjang serta dihubungkan oleh semacam engsel berwarna biru. Tiram muda warna cangkangnya kuning pucat, kadang-kadang kuning kecoklatan, dan terdapat garis-garis radier yang menonjol seperti sisik sebanyak 10-12 buah dengan ukuran lebih besar dibandingkan spesies lain. Warna garis radier coklat kemerahan, merah anggur atau kehijauan. Tiram dewasa cangkangnya berwarna kuning tua sampai kuning kecoklatan, warna garis radier biasanya sudah memudar. Cangkang bagian dalam nacre berkilau dengan warna keperak-perakan, bagian tepi nacre nacreous-lip berwarna keemasan sehingga sering disebut ”gold-lip Pearl Oyster” atau berwarna perak silver-lip Pearl Oyster. Pada bagian luar nacre non-nacreous border berwarna kuning kecoklatan. Cangkang merupakan bagian di luar tubuh tiram yang melindungi mantel dan organ bagian dalam yang tersusun oleh lapisan induk mutiara mother of pearl . Mantel membungkus organ bagian dalam dan menggantung seperti tabir pada bagian belahan mantel sebelah kanan dan kiri, keduanya berhubungan antara satu dengan yang lain di sepanjang garis punggung bagian tengah. Fungsi mantel adalah menyeleksi unsur-unsur yang terhisap menangkap makanan dan menyemburkan kotoran ke luar, serta menjalankan kegiatan utama pada pernafasan. Secara histologis, mantel merupakan selaput jaringan penghubung yang dilindungi oleh sel-sel epitel. Bagian yang berhubungan dengan cangkang sebelah dalam disebut epitel dalam yang bertugas mengeluarkan zat kapur untuk membentuk cangkang dan menghasilkan kalsium karbonat CaCO 3 dalam bentuk kristal aragonite atau lebih dikenal sebagai nacre. Sel-sel ini juga mengeluarkan zat organik conchiolin C 32 H 48 N 2 O 11 dengan bahan kristal yang mengandung kapur sebagai perekat dan wujud seperti lendir Watabe 1983. Mantel tiram mutiara terdiri dari tiga bagian yaitu tepi mantel marginal mantel , otot distal, dan mantel bagian dalam. Bagian luar mantel bentuknya tebal atau banyak terdapat urat-urat tebal, mengandung pigmen kuning, putih, coklat tua di sepanjang epiteliumnya, serta terdapat tentakel bercabang-cabang yang sangat sensitif. Organ dalam letaknya agak tersembunyi setelah mantel dan merupakan pusat aktivitas kehidupan tiram yang terdiri dari insang, mulut, jantung, susunan syaraf, alat perkembangbiakan, otot, lambung, usus, dan anus. Tiram mutiara bersifat protandrous-hermaphrodite diawal kehidupan berkelamin jantan, kemudian berubah seiring waktu menjadi betina dengan kecenderungan perbandingan jantan : betina adalah 1 : 1 dengan adanya peningkatan umur. Pemijahan sering terjadi akibat perubahan suhu yang ekstrim atau terjadi perubahan lingkungan yang tiba-tiba. Pemijahan tiram mutiara di perairan tropis tidak terbatas hanya satu musim, tapi bisa sepanjang tahun. P. margaritifera mendekati matang gonad pada tahun kedua, sedangkan P. maxima jantan matang gonad setelah berukuran cangkang 110-120 mm dalam tahun pertama hidupnya http:sea.sheddaquarium.org[20 Juni 2010]. Pertumbuhan merupakan aspek biologi yang paling penting bagi pembudidaya, terkait dengan pendugaan keberhasilan usaha budidaya. Tiram mutiara P. margaritifera mencapai ukuran diameter cangkang 7-8 cm dalam tahun pertama, dan mendekati ukuran sekitar 11 cm pada tahun kedua. Pertumbuhan jenis P. maxima mencapai diameter cangkang 10-16 cm pada tahun kedua. Laju pertumbuhan P.maxima lebih tinggi bila dibandingkan P.margaritifera.

2.3.2. Aspek Ekologi

Kegiatan budidaya kerang mutiara memerlukan ketepatan dalam pemilihan lokasi. Menurut Effendi dan Nikijulluw 2004 bahwa lokasi budidaya kerang mutiara hendaknya berada di perairan atau pantai yang memiliki arus tenang dan terlindung dari pengaruh angin musim. Selain itu, kualitas air di sekitar budidaya tiram mutiara harus terbebas dari polusi atau pencemaran serta jauh dari perumahan penduduk, karena polusi dan pencemaran dapat mengakibatkan kegagalan usaha. Lebih lanjut Effendi 2004 menjelaskan perairan laut yang terlindung untuk keperluan budidaya di laut yakni berupa: 1 Teluk: Teluk adalah perairan laut yang menjorok masuk ke dalam daratan. Oleh karena itu, perairan teluk relatif terlindung dari ombak besar, badai dan angin ribut. Mulut teluk relatif lebar dan terbuka sehingga pengaruh angin dalam membentuk ombak laur relatif besar dan sifat keterlindungan menjadi hilang bila teluk tersebut memiliki areal yang sangat luas. Sirkulasi air di teluk banyak dipengaruhi oleh arus akibat pasang surut air laut. Teluk yang memiliki pasang surut air laut dengan kisaran yang kecil umumnya memiliki arus laut yang relatif lambat 0,01-0,10mdetik sehingga sirkulasi air di perairan ini relatif kecil. Teluk demikian sering kali sangat subur bahkan terlalu subur eutrofikasi bila menerima banyak nutrient dari daratan. 2 Selat: Selat adalah perairan laut di antara dua atau beberapa pulau. Adanya pulau-pulau tersebut yang mengapit dan mengelilingi perairan laut ini menyebabkan selat relatif terlindung dari angin dan ombak badai. Keberadaan pulau tersebut memecah dan membelokkan orientasi massa air laut dan angin sehingga menjadi tidak merusak. Namun demikian, perairan selat adakalanya memiliki arus laut yang sangat kuat 0,5mdetik bila selat tersebut relatif sempit dan memiliki kisaran pasang surut air laut sangat lebar 3-5m. 3 shallow sea: Shallow sea atau perairan laut dangkal umumnya berlokasi di dekat pantai. Dari pantai, perairan ini memiliki lebar beberapa meter hingga beberapa kilometer. Di dalam kawasan perairan laut dangkal ini terdapat bagian dangkal reef flat, mud flat dan bagian yang relatif dalam lagunagoba, galer serta karang yang melindungi barrier reef perairan ini dari ombak laut lepasterbuka. Ombak dan arus laut lepas yang bersifat turbulen mengaduk ketika mencapai dan menghantam karang pelindung berubah menjadi ombak dan arus laut yang bersifat laminer semilir dan mengendapkan. Kondisi ombak dan arus demikian lebik baik untuk lokasi marikultur dibandingkan dengan ombak dan arus yang bersifat turbulen. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi budidaya kerang mutiara berdasarkan panduan Sistem Informasi Pola PembiayaanLending Model Usaha Kecil yang diambil pada web http:www.bi.go.id [20 Maret 2009] , yaitu : 1 Faktor Ekologi: Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang mutira, diantaranya kualitas air, pakan, dan kondisi fisiologis organisme. Batasan faktor ekologi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi lokasi budidaya adalah : 1. Lokasi terlindung: Lokasi usaha untuk budidaya kerang mutiara ini berada di perairan laut yang tenang. Pemilihan lokasi pembenihan maupun budidaya berada dekat pantai dan terlindung dari pengaruh angin musim dan tidak terdapat gelombang besar. Lokasi dengan arus tenang dan gelombang kecil dibutuhkan untuk menghindari kekeruhan air dan stress fisiologis yang akan mengganggu kerang mutiara, terutama induk. 2. Dasar perairan: Dasar perairan sebaiknya dipilih yang berkarang dan berpasir. Lokasi yang terdapat pecahan-pecahan karang juga merupakan alternatif tempat yang sesuai untuk melakukan budidaya kerang mutiara. 3. Arus air: Arus tenang merupakan tempat yang paling baik, hal ini bertujuan untuk menghindari teraduknya pasir perairan yang masuk ke dalam kerang mutiara dan mengganggu kualitas mutiara yang dihasilkan. Pasang surut air juga perlu diperhatikan karena pasang surut air laut dapat menggantikan air secara total dan terus-menerus sehingga perairan terhindar dari kemungkinan adanya limbah dan pencemaran lain. Kecepatan arus yang baik bagi organisme filter feeder untuk membantu tersaringnya makanan nutrient alami adalah 15-25 cmdetik. 4. Salinitas: Dilihat dari habitatnya, kerang mutiara lebih menyukai hidup pada salinitas yang tinggi. Kerang mutiara dapat hidup pada salinitas 24 ppt dan 50 ppt untuk jangka waktu yang pendek, yaitu 2 - 3 hari. Pemilihan lokasi sebaiknya di perairan yang memiliki salinitas antara 32 - 35 ppt. Kondisi ini baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang mutiara. 5. Suhu: Perubahan suhu memegang peranan penting dalam aktivitas biofisiologi kerang mutiara di dalam air. Suhu yang baik untuk kelangsungan hidup kerang mutiara adalah berkisar 25 - 30 6. Kecerahan air: Kecerahan air akan berpengaruh pada fungsi dan struktur invertebrata dalam air. Lama penyinaran akan berpengaruh pada proses pembukaan dan penutupan cangkang. Cangkang kerang mutiara akan terbuka sedikit apabila ada cahaya dan terbuka lebar apabila keadaan gelap. C. Suhu air pada kisaran 27 - 31°C juga dianggap layak untuk kerang mutiara. Pemeliharaan sebaiknya kecerahan air antara 4,5 - 6,5 m. Jika kisaran melebihi batas tersebut, maka proses pemeliharaan akan sulit dilakukan. Untuk kenyamanan, induk kerang mutiara harus dipelihara di kedalaman melebihi tingkat kecerahan yang ada. 7. Derajat keasaman: Derajat keasaman air yang layak untuk kehidupan kerang mutiara P. maxima berkisar antara pH 7,8 - pH 8,6 agar kerang mutiara dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada prinsipnya, habitat kerang mutiara di perairan adalah dengan pH lebih tinggi dari 6,75. Kerang tidak akan dapat berproduksi lagi apabila pH melebihi 9,00. Aktivitas kerang mutiara akan meningkat pada pH 6,75 - 7,00 dan menurun pada pH 4,0 - 6,5. 8. Oksigen terlarut: Oksigen terlarut dapat menjadi faktor pembatas kehidupan organism akuatik. Kerang mutiara akan dapat hidup baik pada perairan dengan kandungan oksigen terlarut berkisar 5,2 - 6,6 ppm. P. maxima untuk ukuran 40 - 50 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,339 ll, ukuran 50 - 60 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,650 ll, untuk ukuran 60 - 70 mm mengkonsumsi sebanyak 1,810 ll. 2 Faktor Risiko 1. Pencemaran: Lokasi budidaya kerang mutiara harus bebas dari pencemaran, misalnya limbah rumah tangga, pertanian, maupun industri. Limbah rumah tangga dapat berupa deterjen, zat padat, berbagai zat beracun, dan patogen yang menghasilkan berbagai zat beracun. Pencemaran yang berasal dari kegiatan pertanian berupa kotoran hewan, insektisida, dan herbisida akan membahayakan kelangsungan hidup kerang mutiara. 2. Manusia: Pencurian dan sabotase merupakan faktor yang juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan lokasi budidaya mutiara. Risiko ini terutama pada saat akan panen atau setelah satu tahun penyuntikan inti bulat nucleus.

2.3.3. Aspek Teknis

Menurut Sudradjat 2008 untuk menghasilkan sebutir mutiara laut dari spat hatchery diperlukan waktu sekitar empat tahun. Teknologi budidaya mutiara laut terdiri atas pembenihan, pembesaran benih, produksi mutiara, dan panen. 1. Penyediaan Benih: Awal pengembangan benih yang digunakan berasal dari penangkapan dari alam. Penangkapan dilakukan dengan menggunakan spat collector yang terbuat dari jarring nilon bermata jala halus. Kolektor tersebut dibentangkan di daerah penyebaran tiram mutiara. Dalam waktu 2-4 minggu, benih tiram spat akan menempel pada kolektor tersebut. Dewasa ini, dengan kemajuan ilmu dan teknologi, spat tiram mutiara sudah dapat dihasilkan melalui proses pembenihan di hatchery. Proses dimulai dengan pemilihan induk yang sudah matang gonad. Sebaiknya induk-induk tersebut berasal dari populasi yang berbeda untuk menghasilkan benih yang berkualitas. 2. Pembesaran: Di nursery, benih dipelihara sampai mencapai dewasa dan berukuran 10-12 cm selama 12-18 bulan. Pada ukuran tersebut proses produksi mutiara sudah dapat dilaksanakan. Adapun tahap produksi mutiara sebagai berikut. a. Memilah-milah tiram dewasa untuk disuntik. Pemilahan didasarkan atas ukuran, umur, dan kondisi kesehatan tiram. b. Menyiapkan potongan mantel berukuran sekitar 4-5 mm 2 c. Preconditioning melemahkan tiram untuk memudahkan pembukaan cangkang sewaktu penyuntikan inti dan transplantasi potongan mantel atau shaibo . dan inti berukuran 3,03-9,09 mm. potongan mantel shaibo tersebut diambil dari tiram yang secara sengaja disiapkandikorbankan untuk keperluan itu. d. Melakukan torehan pada pangkal kaki menuju dekat gonad, ke dalam torehan tersebut disisipkan inti dan shaibo yang diletakkan bersinggungan. e. Mengangkat ganjal baji dan menutup cangkang, lalu meletakkan tiram ke dalam keranjang yang terbuat dari jaring berbentuk empat persegi panjang. Untuk tiap keranjang diletakkan 10 ekor tiram. f. Merawat tiram dengan cara membersihkan keranjang dan cangkang luar, membalikkan tiram, dan memeriksa apakah mutiara sudah terbentuk atau belum dengan menggunakan sinar x-ray. Perawatan ini dilakukan setiap empat hari selama dua bulan, kecuali pemeriksaan dengan sinar x-ray. g. Memindahkan tiram ke dalam wadah pemeliharaan berbentuk keranjang berkantong terbuat dari jaring. Dalam tiap lempeng terdapat empat buah kantong. Setiap kantong diisi seekor tiram. Wadah tersebut digantung pada bentangan tambang atau longline. Tiram dan kantong dibersihkan setiap bulan. Selama proses pembesaran tiram mutiara, adakalanya spat tiram terserang hama. Hama umumnya menyerang bagian cangkang. Hama tersebut berupa jenis teritip, cacing, dan polichaeta yang mampu mengebor cangkang tiram. Hama yang lain berupa hewan predator seperti gurita dan ikan sidat. Upaya pencegahannya adalah dengan cara membersihkan hama-hama tersebut dengan manual pada periode waktu tertentu. Penyakit tiram mutiara umumnya disebabkan parasit, bakteri, dan virus. Parasit yang sering ditemukan adalah Haplosporidium nelsoni. Bakteri yang sering menjadi masalah antara lain Pseudomonas enalia, Vibrio anguillarum, dan Achromobachter sp. Sementara itu, jenis virus yang biasanya menginfeksi tiram mutiara adalah virus herpes. Upaya untuk mengurangi serangan penyakit pada tiram mutiara antara lain: a menjaga salinitas dalam kisaran yang dibutuhkan untuk kesehatan tiram, b menjaga agar fluktuasi suhu air tidak terlalu tinggi, seperti pemeliharaan tiram tidak terlalu dekat ke permukaan air pada musim dingin, c lokasi budidaya yang dipilih memiliki kecerahan air yang cukup bagus, dan d tidak memilih lokasi pada perairan dengan dasar pasir berlumpur. Sistem budidaya menurut Effendi 2004 dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu sistem akuakultur berbasiskan daratan land-based aquaculture dan sistem akuakultur berbasiskan air water-based aquaculture. Kelompok pertama antara lain terdiri dari kolam air tenang, kolam air deras, tambak, bak, aquarium, dan tangki, sedangkan kelompok kedua terdiri dari jaring apung, jaring tancap, karamba, kombongan, long line, rakit, pen culture dan enclosure. Sistem akuakultur berbasiskan air dilakukan pada badan air dan bersisfat open system . Pada sistem ini, interaksi antara ikan kultur dengan lingkungan sangat kuat dan hampir tidak ada pembatasan. Pada sistem akuakultur berbasiskan air ini umumnya dilakukan di perairan multifungsi milik umum. Pemanfaatan air untuk banyak kepentingan lainnya akan mempengaruhi ikan kultur, demikian pula sebaliknya. Keberadaan unit produksi akuakultur di suatu perairan akan berdampak terhadap lingkungannya. Longline adalah sistem teknologi budidaya dengan menggunakan tambang sebagai komponen utama wadah produksi. Tambang berfungsi sebagai tempat untuk menembatkan biota akuakultur, baik secara langsung maupun tidak langsung. organisme budidaya tersebut antara lain rumput laut, kerang mutiara, dan kerang konsumsi lainnya oyster, abalone. Sistem rakit untuk kegiatan budidaya sesungguhnya sama dengan sistem longline , hanya saja bahan yang digunakan berupa bambu yang dirangkai menjadi seperti rakit. Bambu sepanjang 6-10 m sebanyak 4 unit dirangkai menjadi berbentuk empat persegi panjang dikuatkan dengan cara melintangkan pendek di setiap sudut empat persegi panjang tersebut. Perangkaian bambu dilakukan dengan menggunakan pasak dan tali ijuk. Tempat pelekatan biota akuakultur berupa tambang tambang ris yang diikatkan pada rakit bambu. Bambu berfungsi sebagai pelampung sistem dan juga melindungi biota akuakultur dari ombak riak yang merusak. Supaya tidak terbawa arus laut maka rakit ini diikatkan pada jangkar atau patok yang ditancapkan ke dasar laut dengan menggunakan tambang jangkar. Sistem longline dan rakit ini bisa digunakan untuk budidaya kerang mutiara atau kerang konsumsi lainnya. Tambang dan rakit berfungsi sebagai tempat untuk menggantungkan keranjang basket yang berisi biota akuakultur tersebut. keranjang digantungan ke dalam air laut sedalam 2-5 m, dan biota akuakultur di dalam keranjang secara pasif menyaring plankton yang terdapat dalam badan perairan tersebut. 2.3.4. Aspek Ekonomi Sudradjat 2008 menjelaskan bahwa budidaya tiram mutiara merupakan usaha yang cukup menguntungkan jika dikelola secara serius. Usaha budidaya spat ini membutuhkan modal cukup besar sehingga pembudidaya yang memiliki modal kecil tampaknya agak kesulitan jika tidak dilakukan secara berkelompok. Oleh sebab itu peran pemilik modal dalam hal ini memegang peranan penting. Selain itu pihak pemerintah juga harus turut dalam memfasilitasi upaya pengembangan budidaya tiram mutiara, baik dari segi regulasi atau aturan maupun teknis budidaya di lapangan. Analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui keberhasilan yang telah dicapai selama usaha berlangsung. Dengan analisis usaha, pembudidaya dapat membuat perhitungan dan menentukan tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan dalam usahanya. Untuk memperoleh keuntungan yang besar, dapat dilakukan dengan cara menekan biaya produksi. Biaya produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk membudidayakan tiram mutiara hingga panen. Biaya pembuatan rakit, biaya untuk perawatan sampai hasil panen termasuk biaya produksi. Biaya produksi dapat dibedakan antara biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi, antara lain biaya pembuatan rakit, sarana transportasi, generator set, dan biaya peralatan lainnya. Biaya tetap ini sering juga disebut biaya investasi. Sementara itu, biaya tidak tetap merupakan biaya yang habis dalam satu kali produksi seperti biaya untuk benih, pakan, pemberantasan hama, upah tenaga kerja, sumbangan, pajak usaha, iuran, biaya panen, dan biaya penjualan. Dalam perhitungan biaya produksi, biaya tetap diperhitungkan dalam bentuk penyusutan per satuan waktu, bulan atau tahun. Ada beberapa cara untuk menghitung penyusutan, satu diantaranya yang paling mudah dipahami adalah metode garis lurus. Pada metode ini penyusutan dianggap sama besarnya untuk setiap waktu. Penyusutan berdasarkan metode garis lurus, disajikan dalam rumus berikut. ……………………………………………………..…… 3 Dimana: P = nilai penyusutan rupiah Hb = nilai atau harga pembelian rupiah Hs = nilai atau harga sisa rupiah Lp = jangka waktu pemakaian bulan atau tahun Nilai penyusutan peralatan juga dihitung sama walaupun harga atau nilai sisa sama dengan nol. Adapun biaya produksi pada dasarnya adalah sebagai berikut. a. Pembelian benih, bahan kimia untuk pengobatan dan pestisida b. Tenaga kerja a. Penyusutan rakit c. Penyusutan peralatan d. Lain-lain pajak usaha, iuran, sumbangan, bunga bank Dalam usaha budidaya laut, hasil yang bisa dijual hanya dalam bentuk sesuai ukuran yang telah ditetapkan. Apabila besar penerimaan dan biaya produksi telah diketahui, dapat dihitung besarnya keuntungan yang diperoleh dalam usaha budidaya. Besarnya keuntungan yang diperoleh dalam usaha budidaya laut selalu berubah dari tahun ke tahun sejalan dengan terjadinya perubahan harga sarana produksi maupun penjualan yang dihasilkan. Besarnya keuntungan, break event point BEP, dan return of investment ROI menurut Sudradjat 2008 mengikuti rumus berikut. ………………… 4 Dimana: Π = keuntungan rupiah S1 = jumlah benih ekor S2 = jumlah tiram yang dijual ekor P1 = harga benih per ekor rupiah P2 = harga tiram yang dijual perekor rupiah Jtk = jumlah tenaga kerja U = upah tenaga kerja rupiahorangbulan Lp = lama pemeliharaan bulan Ss = penyusutan rakit dan peralatan Dll = dan lain-lain pajak usaha, iuran, sumbangan, bunga bank

2.4. Kebijakan Pemanfaatan