Latar Belakang Optimization of The Utilization Fisheries Resource and Spat of Pearl Oyster Cultivation (Case Study Semangka Bay of Tanggamus District)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Teluk Semangka terletak di bagian Selatan Provinsi Lampung, memiliki luas 1.799 km 2 atau 179.900 ha, dengan panjang garis pantai 202 km. Secara admistratif Teluk Semangka masuk ke dalam Kabupaten Tanggamus, dengan posisi geografis terletak antara 104 18` - 105 12` Bujur Timur dan antara 5 05` - 5 Umumnya usaha perikanan tangkap di Perairan Teluk Semangka masih merupakan usaha perikanan berskala kecil dengan menggunakan alat tangkap sederhana dan armada penangkapan ikan yang berukuran kurang dari 30 Gross Ton GT. Pada 2006 armada tangkap di Lampung sebanyak 1.464 unit. Pada 2007, jumlah armada itu mengalami peningkatan sebesar 35 menjadi 1.980 unit. Peningkatan armada berimplikasi pada jumlah fishing ground dan meningkatnya lalu lalang armada menuju fishing ground. Pengelolaan usaha penangkapan ini juga masih sangat sederhana dan keterbatasan modal yang membuat potensi sumberdaya perikanan yang berlimpah belum mampu dimanfaatkan secara optimal dan memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan masyarakat nelayan pada 56` Lintang Selatan BPS Kabupaten Tanggamus 2008. Pemanfaatan Teluk Semangka yang telah berlangsung lama adalah perikanan tangkap. Potensi produksi perikanan tangkap di teluk ini berdasarkan data Dinas Perikanan Kabupaten Tanggamus 2008 sebesar 83.130,4 ton. Pada 2008 produksi perikanan tangkap sebesar 18.953,85 ton atau baru termanfaatkan sebesar 22,79 dari potensi yang ada. Jenis ikan yang tertangkap berupa ikan layang, tongkol, kembung, layur, kakap, kerapu, samba, tembang, teri, petek, selar dan marlin dengan alat tangkap yang digunakan nelayan bervariasi seperti pancing ulur, pancing rawai, bagan tancap, bagan apung, bagan perahu, jaring insang pursine, bubu dan sero. Armada penangkapan ikan yang melakukan operasi antara lain perahu tanpa motor, motor temple dan kapal motor. Menurut hasil penelitian Iskandar 2001 hasil tangkapan dominan dengan bagan motor adalah ikan tembang Sardinella fimbriata, kembung Rastrelliger sp. dan layang Decapterus sp.. khususnya. Hal ini terlihat dari kontribusi sub sektor perikanan product domestic regional bruto PDRB Kabupaten Tanggamus pada 2008 yang hanya 9,91 dan mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir. Ini artinya pemanfaatan potensi sumberdaya di daerah tersebut belum dilakukan secara optimal, termasuk potensi sumberdaya yang ada di Teluk Semangka. Usaha penangkapan ikan di Teluk Semangka seperti di daerah lain di Indonesia, masih belum menjadi perhatian yang serius dari pihak pemerintah. Keberpihakan terhadap nelayan masih dirasa kurang sehingga nelayan masih berputar pada masalah kemiskinan dan berbagai masalah sosial lain seperti tingkat pendidikan yang rendah, terbelit hutang pada rentenir karena akses perbankan yang tidak menyentuh usaha mereka. Padahal bila dicermati usaha perikanan tangkap di Teluk Semangka ini memberi kontribusi yang besar dengan memasok ikan ke daerah lain baik dalam maupun luar Kabupaten Tanggamus seperti Gisting, Talang Padang, Pringsewu, Gading Rejo, Gedong Tataan bahkan hingga Tanjung Karang. Masalah lain yang sering muncul di Teluk Semangka adalah banyaknya penangkapan ikan dengan cara-cara merusak ekosistem antara lain pengeboman atau menggunakan racun sianida. Perilaku segelintir orang tak bertanggung jawab ini sulit diatasi dan menyebabkan hasil tangkapan nelayan menurun http:www.kompas.com [16 Juni 2009]. Untuk menanggulangi masalah- masalah di atas, maka pemerintah Kabupaten Tanggamus melakukan upaya pengentasan kemiskinan masyarakat, pengembangan kegiatan ekonomi berbasis masyarakat, dan pemanfaatan sumberdaya alam kelautan perikanan di Teluk Semangka antara lain melalui upaya optimasi perikanan tangkap dan budidaya yang tertuang dalam Rencana Strategis Pesisir dan Laut Terpadu Kabupaten Tanggamus 2009. Seiring rencana pemerintah tersebut, hasil penelitian stakeholder setempat menunjukkan bahwa lokasi perairan Teluk Semangka merupakan perairan yang cocok untuk budidaya kerang mutiara seperti kualitas air yang relatif masih belum tercemar dan kuat arus yang tidak terlalu kuat. Peta menunjukkan bahwa di mulut luar teluk terdapat Pulau Tabuan yang berfungsi menahan arus masuk ke dalam teluk secara langsung. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Effendi dan Nikijulluw 2004 bahwa lokasi budidaya kerang mutiara hendaknya berada di perairan atau pantai yang memiliki arus tenang dan terlindung dari pengaruh angin musim, kualitas air di sekitar budidaya tiram mutiara juga harus terbebas dari polusi atau pencemaran serta juah dari perumahan penduduk. Potensi budidaya di Teluk Semangka seluas 4.500 ha, dan baru 134 ha atau 2,9 yang dimanfaatkan Dahuri 2003. Potensi yang besar tersebut disertai nilai ekonomi mutiara di pasar yang cukup tinggi berdasarkan kualitas tingkat kecerahan warna mutiara dan ukuran mutiara, http:www.bi.go.id [20 Mar 2009] dan memiliki prospek usaha untuk dikembangkan maka tidak heran pemerintah setempat menggalakkan usaha budidaya kerang mutiara di Teluk Semangka sebagai salah satu penggerak ekonomi daerah, membuka lapangan kerja dan kesempatan berusaha.

1.2. Perumusan Masalah