2004 bahwa lokasi budidaya kerang mutiara hendaknya berada di perairan atau pantai yang memiliki arus tenang dan terlindung dari pengaruh angin musim,
kualitas air di sekitar budidaya tiram mutiara juga harus terbebas dari polusi atau pencemaran serta juah dari perumahan penduduk.
Potensi budidaya di Teluk Semangka seluas 4.500 ha, dan baru 134 ha atau 2,9 yang dimanfaatkan Dahuri 2003. Potensi yang besar tersebut disertai nilai
ekonomi mutiara di pasar yang cukup tinggi berdasarkan kualitas tingkat kecerahan warna mutiara dan ukuran mutiara, http:www.bi.go.id [20 Mar 2009]
dan memiliki prospek usaha untuk dikembangkan maka tidak heran pemerintah setempat menggalakkan usaha budidaya kerang mutiara di Teluk Semangka
sebagai salah satu penggerak ekonomi daerah, membuka lapangan kerja dan kesempatan berusaha.
1.2. Perumusan Masalah
Potensi mutiara dari hasil budidaya di Indonesia masih sangat besar untuk dikembangkan, baik dilihat dari ketersediaan areal budidaya di Indonesia
diperkirakan mencapai 24.528.178 ha dan untuk Teluk Semangka 4.500 ha, tenaga kerja yang dibutuhkan, maupun kebutuhan akan peralatan pendukung
budidaya Krisanti dan Imran 2005. Selama ini ekspor mutiara dari Indonesia baru memenuhi 26 dari kebutuhan di pasar dunia, dan angka ini masih dapat
untuk ditingkatkan sampai 50 http:www.bi.go.id [20 Mar 2009]. Pengembangan usaha budidaya, khususnya budidaya kerang mutiara di
Teluk Semangka dapat membuka lapangan kerja baru. Lokasi pertama budidaya sebagai ajang uji coba adalah dari Sekolah Usaha Perikanan Menengah SUPM
Kota Agung yang mengambil lokasi di perairan Pekon Way Nipah Teluk Semangka dengan titik sentral koordinat 05
36`10” LS dan 104 34`05” BT seluas
50.000 m
2
, kemudian dilanjutkan ke titik sentral 05 36`10” LS dan 104
34`05” BT serta 05
31`57” LS dan 104 35`89” BT masing-masing seluas 15 ha dan 10 ha
dan produksi kerang spat mutiara baru dihasilkan sebanyak 25.825 ekor yang siap ditampung oleh dua perusahaan besar di Bandar Lampung yaitu Kyoto LTd.
dan Hakari Co. Pengembangan usaha budidaya ini tentu memberi tambahan
penghasilan bagi nelayan khususnya dan membuka kesempatan berusaha bagi masyarakat yang tidak melaut.
Pengaruh keberadaan lain dari usaha budidaya tersebut adalah “kompetisi ruang” akibat penutupan perairan dari rakit-rakit tempat pembesaran kerang
mutiara di perairan, serta rezim pengelolaan perairan yang tadinya bersifat open acces
pada perikanan tangkap menjadi limited entry atau private property. Tidak tertutup kemungkinan akan terjadinya conflict of interest atau justeru sebaliknya
terdapat kesinergian dari kedua kegiatan perekonomian yang dilakukan di teluk tersebut.
Berdasarkan rumusan masalah di atas penting sekali adanya pengaturan pengelolaan perikanan yang bijaksana antara perikanan tangkap dan usaha
budidaya sebagaimana tujuan pengelolaan perikanan menurut Undang-Undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan pasal 3 antara lain bertujuan untuk
mendorong perluasan dan kesempatan kerja, mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya ikan, mencapai pemanfaatan sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan
ikan, dan lingkungan sumberdaya ikan secara optimal, serta menjamin kelestarian sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan dan tata ruang.
1.3. Hipotesis