Perikanan Tangkap 1. Pengkajian Stok

kelembagaan institutional sustainability; berhubungan dengan dukungan dari lembaga pemerintah maupun swasta, administrasi yang baik dan keuangan sebagai prasyarat tercapainya 3 tiga komponen dasar sebelumnya. Dengan pendekatan ini, tampak bahwa pembangunan perikanan yang berkelanjutan bukan semata-mata ditujukan untuk kelestarian sumberdaya ikan itu sendiri atau keuntungan ekonomi saja, melainkan juga keberlanjutan masyarakat dan lembaga perikanan yang terkait. Pembangunan perikanan menurut Dahuri 2002 terbagi atas perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Perikanan tangkap adalah suatu upayakegiatan yang menyangkut pengusahaan suatu sumberdaya di laut atau perairan umum melalui cara penangkapan baik secara komersial atau tidak. Dalam perikanan tangkap dikenal beberapa istilah, antara lain stok. Stok diartikan sebagai suatu sub gugus dari satu spesies yang mempunyai parameter pertumbuhan mortalitas yang sama, dan menghuni suatu wilayah geografis tertentu. Parameter pertumbuhan merupakan nilai numeric dalam persamaan di mana kita dapat memprediksi ukuran badan ikan setelah mencapai umur tertentu. Parameter mortalitas dalam kajian perikanan tangkap sama dengan mortalitas penangkapan yang mencerminkan kematian yang dikarenakan oleh penangkapan dan mortalitas alami yang merupakan kematian karena sebab-sebab lain seperti pemangsaan, penyakit dan lain-lain Venema, 1998. 2.2. Perikanan Tangkap 2.2.1. Pengkajian Stok Stok ikan pada suatu perairan dapat juga diduga dengan menggunakan dua metode yaitu metode analitik dan metode holistik. Metode analitik digunakan untuk mengkaji stok ikan berdasarkan data hasil tangkapan dan upaya, dengan melihat frekuensi panjang atau umur ikan. Metode holistik digunakan untuk mengkaji stok ikan berdasarkan data hasil tangkapan dan upaya tanpa ada data komposisi ukuran Venema 1998. Namun demikian lebih lanjut Venema 1998 menyatakan bahwa metode yang sering digunakan untuk mengkaji stok ikan adalah model produksi surplus. Model produksi surplus adalah model untuk mengkaji stok ikan berdasarkan data produksi dan upaya. Dengan metode ini akan diketahui tingkat upaya optimal yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan produksi hasil tangkapan yang lestari tanpa mempengaruhi produktifitas stok ikan dalam jangka panjang atau yang dikenal dengan hasil tangkapan maksimum lestari Maximum Sustainable Yield MSY. Pengkajian stok ikan adalah riset yang ditujukan untuk membuat prediksi kuantitatif tentang reaksi dari populasi ikan yang bersifat dinamis terhadap sejumlah alternatif pengelolaan dengan menggunakan sejumlah metode dan penghitungan statistik serta matematik. Hubungan pengkajian stok dengan pengelolaan perikanan menurut Nurhakim 2006 dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Hubungan pengkajian stok dengan pengelolaan perikanan menurut Nurhakim 2006 Data Riset Survei Pengkajian stok Stock Assessment Data Perikanan Komersial Kelimpahan Abundance Dinamika Populasi Produktifitas Prediksi kuantitatif sebagai konsenkuensi dari alternatif pengelolaan yg mungkin dilaksanakan Lingkungan ekosistem Antropogenik penangkapan, polusi, perusakan habitat Interaksi multispesies Pengelolaan perikanan  Kebijakan Pengelolaan  Strategi Pengelolaan  Langkah Pengelolaan Pengkajian stok tidak sekedar melakukan “interprestasi dari statistik atas hasil tangkapan catch untuk mengestimasi potensi dari sumberdaya ikan potential yield”, tapi jauh lebih lengkap dari pengertian tersebut, yaitu: 1 Pengkajian stok meliputi pemahaman tentang dinamika dari perikanan. Dengan demikian pengajian stok harus dilakukan atas dasar pengertian bahwa perikanan merupakan sejumlah stok dinamis yang dari waktu ke waktu akan merespon terhadap sejumlah peraturan dan berbagai faktor ekstrinsik, 2 Pengkajian stok harus mencakup pembuatan sejumlah prediksi tentang berbagai kecenderungan trends yang mungkin terjadi sebagai respon terhadap perubahan kebijakan dari waktu ke waktu, 3 Pengkajian stok harus dapat merumuskan kebijakan yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai perubahan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya dan yang kejadiannya tidak dapat dihindarkan. Pengelolaan sumberdaya perikanan pada mulanya banyak didasarkan pada faktor biologis semata, dengan pendekatan yang disebut Maximum Sustainable Yield tangkapan maksimum yang lestari atau disingkat MSY. Inti pendekatan ini adalah bahwa setiap spesies ikan memiliki kemampuan untuk bereproduksi yang melebihi kapasitas produksi surplus, sehingga apabila surplus ini dipanen tidak lebih dan tidak kurang, maka stok ikan akan mampu bertahan secara berkesinambungan sustainable. Kelemahan dari pendekatan ini adalah karena pendekatan MSY tidak mempertimbangkan sama sekali aspek sosial ekonomi pengelolaan sumber daya alam. Lebih jauh Clark 1985 menyatakan bahwa kelemahan pendekatan MSY antara lain: 1 Tidak bersifat stabil, karena perkiraan stok yang meleset sedikit saja bisa mengarah ke pengurasan stok stock depletion 2 Didasarkan pada konsep steady state keseimbangan semata, sehingga tidak berlaku pada kondisi non-steady state 3 Tidak memperhitungkan nilai ekonomis apabila stok ikan tidak dipanen imputed value 4 Mengabaikan aspek interdependensi dari sumber daya 5 Sulit diterapkan pada kondisi di mana perikanan memiliki ciri ragam jenis multispesies.

2.2.2. Pendekatan Ekonomi

Menyadari kelemahan pendekatan MSY, pendekatan ekonomi pengelolaan sumber daya ikan mulai dikembangkan pada awal tahun 1950-an. Menurut Gordon 1954 bahwa sumber daya ikan pada umumnya bersifat open access, artinya siapa saja bisa berpartisipasi tanpa harus memiliki sumber daya tersebut. Tangkap lebih secara ekonomieconomic overfishing adalah situasi dimana faktor input perikanan digunakan melebihi kapasitasnya untuk memanen stok ikan, akan terjadi pada perikanan yang tidak terkontrol. Salah satu bentuk fungsi density dependent yang sederhana dan sering digunakan dalam literatur ekonomi sumber daya ikan adalah model pertumbuhan logistic logistic growth model. Fungsi logistik tersebut secara matematis ditulis sebagai berikut: ∂x∂t = r x 1 – x K……………………………………………………. 1 Di mana r adalah laju pertumbuhan intrinsik intrinsic growth rate, dan K adalah carrying capacity atau daya dukung lingkungan. Gambar 2 memperlihatkan fungsi pertumbuhan logistik serta plot stok terhadap waktu beserta perilaku pencapaian ke arah daya dukung maksimum lingkungan carrying capacity. Fx 12K K x Keterangan: Fx = fungsi pertumbuhan populasi ikan, x = stok ikan, K = daya dukung lingkungan. Gambar 2 Kurva pertumbuhan logistik populasi ikan di alam Menurut Fauzi 2006 kurva pertumbuhan ikan tersebut di atas dengan asumsi perikanan tidak mengalami eksploitasi. Model di atas kemudian dikembangkan dengan memasukkan faktor produksi tangkap ke dalam model. Untuk mengeksplotasi menangkap ikan di suatu perairan dibutuhkan berbagai sarana. Sarana tersebut merupakan faktor input, yang disebut sebagai upaya atau effort. Jadi effort adalah indeks dari berbagai input seperti tenaga kerja, kapal, jaring, alat tangkap, dan sebagainya yang dibutuhkan untuk suatu aktifitas penangkapan. Produksi h atau aktifitas penangkapan ikan bisa diasumsikan sebagai fungsi dari upaya E. Salah satu bentuk fungsi produksi adalah jika upaya dinaikkan, produksi juga akan naik dengan kecepatan yang menurun. Kondisi ini menurut persamaan: h = q x E α Menurut Hoggarth at al. 2006 berdasarkan status pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap dibagai menjadi 6 enam kelompok, yaitu: 1 Unexploited ; stok sumberdaya ikan belum tereksploitasi belum terjamah, sehingga aktifitas penangkapan ikan sangat dianjurkan guna memperoleh manfaat dari produksi, 2 Lighly exploited; sumberdaya ikan baru tereksploitasi dalam jumlah sedikit atau 25 dari MSY, peningkatan jumlah upaya penangkapan sangat dianjurkan karena tidak mengganggu kelestarian sumberdaya, dan hasil tangkapan per unit upaya atau CPUE masih bisa meningkat, 3 Moderately exploited ; stok sumberdaya sudah tereksploitasi setengah dari MSY, peningkatan jumlah upaya peningkatan masih dianjurkan tanpa mengganggu kelestarian sumberdaya, CPUE mungkin mulai menurun, 4 Fully exploited; stok sumberdaya sudah tereksploitasi mendekati nilai MSY, peningkatan jumlah upaya penangkapan sangat tidak dianjurkan walaupun jumlah tangkapan masih bisa …………………………………..………………………… 2 dimana: h = produksi ikan q = koefisien alat tangkap x = stok ikan E = upaya penangkapan α = elastisitas upaya terhadap produksi nilai α berkisar antara 0 dan 1 meningkat karena akan mengganggu kelestarian sumberdaya ikan, CPUE pasti menurun, 5 Over exploited; stok sumberdaya sudah menurun karena tereksploitasi melebihi MSY, upaya penangkapan harus diturunkan karena kelestarian sumberdaya ikan sudah terganggu, 6 Depleted; stok sumberdaya ikan dari tahun ke tahun mengalami penutunan secara drastis, upaya penangkapan sangat dianjurkan untuk dihentikan karena kelestarian sumberdaya sudah sangat terancam. 2.3. Budidaya Kerang spat Mutiara 2.3.1. Aspek Biologi