7 lignin 25-30 alkali Sjostrom, 1995. Dalam proses soda dan kraft, kayu
biasanya dimasak dengan larutan yang mengandung alkali 17 sampai 25 persen dari berat kayu kering selama 2 sampai 6 jam pada temperatur 165-
175
o
C Wise, 1952. Proses sulfat tidak hanya merupakan proses pembuatan pulp alkalis
yang utama, tetapi sekaligus juga merupakan proses pulp yang paling penting. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa pulp kraft diperoleh
dalam rendemen yang lebih tinggi dan dengan sifat-sifat yang lebih unggul bila dibandingkan dengan pulp soda Grant, 1947.
C. BAHAN BAKU PULP
Semua bahan yang mengandung serat dapat dijadikan sebagai bahan baku pulp Siagian, 1989, di antaranya serat dari tumbuhan dan hewan.
Beberapa serat yang berasal dari tumbuhan antara lain : a. Kapas. Kapas mengandung sekitar 95 selulosa.
b. Kapuk. Serat kapuk pendek dan kasar mengandung 64 selulosa, 13 lignin dan 23 pentosan.
c. Yute. Yute berasal dari tanaman Corehorus capsularis dan Corehorus olitorius. Yute memiliki struktur multiseluler yang terbuat dari sejumlah
sel-sel pokok dari bagian silang poligonal yang tetap diikat oleh lignin dan hemiselulosa.
d. Sisal Agave Sisalana. Sisal berwarna putih sampai kekuning-kuningan. Serat yang dihasilkan kuat tapi tidak sefleksibel Abaca serta tahan
terhadap air laut. e. Abaca Manila Henep. Kekuatan seratnya baik dan dapat memanjang
2 sampai 4 serta tahan terhadap jasad renik. Beberapa serat yang berasal dari hewan antara lain :
a. Wool. Struktur molekulnya komplek, higroskopis dan reversibel karena dapat menyerap dan melepaskan air.
b. Moshair. Terbuat dari bulu kambing Angora, strukturnya mirip wool. c. Cashmera. Terbuat dari kulit kambing tertentu seperti Kastimin.
8 d. Sutera merupakan filamen protein yang dikeluarkan oleh larva ulat
untuk membentuk kepompong.
D. BAHAN PEMBUATAN PULP
Bahan yang digunakan dalam pembuatan pulp pada penelitian ini adalah Jati Putih Gmelina arborea yang termasuk dalam famili :
Verbenaceae dengan nama lokaldaerah Jati putih Indonesia, gamari, gumadi India, gamar Bangladesh, yemane Myanmar. Jati Putih
Gmelina arborea menyebar alami di Nepal, India, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka, Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam dan Cina Selatan
Rachmawati et al., 2002. Pohon jati putih Gmelina arborea memiliki ukuran yang sedang,
tinggi dapat mencapai lebih dari 30-40 m, batang silindris, diameter rata- rata 50 cm dan kadang-kadang dapat mencapai 140 cm. Kulit halus atau
bersisik, warna coklat muda sampai abu-abu. Ranting halus licin atau berbulu halus. Bunga kuning terang, mengelompok dalam tandan besar 30-
350 bunga per tandan. Daun bersilang, bergerigi atau bercuping, berbentuk jantung, ukuran 10-25 cm x 5-18 cm. Bunga sempurna, panjang mencapai
lebih 25 mm, berbentuk tabung dengan 5 helai mahkota. Bunga mekar terjadi pada malam hari dan proses penyerbukan umumnya dilakukan oleh
lebah Rachmawati et al., 2002. Tanaman hutan Jati Putih Gmelina arborea dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tanaman Hutan Jati Putih Gmelina arborea. Rachmawati et al, 2002
9 Bagian lengkap pohon jati putih dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
Gambar 2. Bentuk pohon 1, tandan bunga 2, bunga 3, buah 4, biji batu 5, penampang biji 6 yang terdiri dari a benih, b ruang
kosong, c endokarp, d celah biji Rachmawati et al, 2002.
Di hutan alam, jenis ini selalu tersebar dan berkelompok dengan jenis lain dan banyak dijumpai di hutan Myanmar, Bangladesh dan hutan kering
yang menggugurkan daunnya di India Tengah. Jati Putih Gmelina arborea sudah ditanam luas di berbagai negara Asia Tenggara termasuk Indonesia,
Afrika Barat dan Amerika Selatan Rachmawati et al., 2002.
E. BIAYA PRODUKSI