Prosedur Pengujian Total Bacterial Count TBC Fardiaz 1987

smart packaging . Pengamatan tingkat kebusukan fillet ikan nila dengan uji TVBN, TBC dan nilai pH dilakukan pada jam ke-0, ke-5, ke-10, dan ke-15 dengan kondisi suhu ruang ± 30°C. Lembar daftar pengujian kemunduran mutu fillet ikan nila dapat dilihat pada Lampiran 7.

3.3.3. Tingkat hubungan korelasi antar parameter pengujian

Setiap data analisis dalam penelitian ini diolah menggunakan software Microsoft Excel dan disajikan dalam bentuk grafik regresi polinomial. Kemudian data dinamika respon sensor smart packaging dibandingkan dengan data setiap parameter tingkat kebusukan fillet ikan nila. Tingkat hubungan korelasi parameter yang dibuat diantaranya dengan membandingkan antara data dinamika respon sensor smart packaging dengan data analisis TVBN, pembandingan data dinamika respon sensor smart packaging dengan data analisis TBC, dan pembandingan data dinamika respon sensor smart packaging dengan data analisis nilai pH. Selanjutnya keempat data analisis dinamika respon sensor smart packaging, analisis TBC, analisis TVBN, analisis nilai pH disajikan dalam satu grafik menggunakan software Sigma Plot.

3.4. Prosedur Pengujian Total Bacterial Count TBC Fardiaz 1987

Prinsip kerja dari analisis TBC adalah penghitungan jumlah koloni bakteri yang ada di dalam sampel daging ikan dengan pengenceran sesuai keperluan dan dilakukan secara duplo. Pembuatan larutan contoh dengan cara mencampurkan 10 gram sampel ke dalam 90 ml larutan pengencer sampai larutan homogen. Pengenceran dilakukan dengan cara mengambil 1 ml larutan contoh yang sudah homogen dengan pipet steril dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi larutan pengencer steril sebanyak 9 ml sehingga terbentuk pengenceran 10 -1 , setelah itu dikocok agar homogen. Banyaknya pengenceran dilakukan sesuai dengan keperluan penelitian, biasanya sampel diencerkan hingga pengenceran 10 -6 . Pemipetan dilakukan dari masing-masing tabung pengenceran sebanyak 1 ml larutan contoh dan dipindahkan ke dalam cawan steril secara duplo dengan menggunakan pipet steril. Media agar Natrium Agar dimasukkan ke dalam cawan petri sebanyak 10 ml dan digoyangkan sampai permukaan agar merata metode cawan tuang, kemudian didiamkan beberapa saat hingga dingin dan mengeras. Cawan petri yang telah berisi agar dan larutan contoh dimasukkan ke dalam inkubator dengan posisi terbalik, yaitu tutup cawan diletakkan di bagian bawah cawan petri. Suhu inkubator yang digunakan adalah sekitar 30 C dan diinkubasi selama 48 jam, selanjutnya dilakukan pengamatan dengan menghitung jumlah koloni yang ada di dalam cawan petri Seluruh pekerjaan dilakukan secara aseptik untuk mencegah kontaminasi yang tidak diinginkan dan pengamatan secara duplo dapat meningkatkan ketelitian. Jumlah koloni bakteri yang dapat dihitung adalah cawan petri yang mempunyai koloni bakteri antara 30-300 koloni. Dalam penentuan Standart Plate Count SPC, jika hasil bagi antara jumlah koloni bakteri pada pengenceran besar terpilih dengan jumlah koloni bakteri pada pengenceran kecil terpilih lebih kecil dan atau sama dengan 2 maka nilai SPC diperoleh dengan merata-ratakan jumlah koloni bakteri dari kedua pengenceran tersebut. Apabila hasil bagi tersebut lebih besar dari 2 maka nilai SPC diperoleh dengan memilih jumlah koloni bakteri terkecil di antara dua pengenceran tersebut. Total Volatil Basic Nitrogen TVBN AOAC 1995 Penetapan ini bertujuan untuk menentukan jumlah kandungan senyawa- senyawa basa volatil nitrogen yang terbentuk akibat degradasi protein. Prinsip dari analisis TVBN adalah menguapkan senyawa-senyawa basa volatil amin, mono-, di- dan trimetilamin pada suhu kamar selama 24 jam. Senyawa tersebut kemudian diikat oleh asam borat dan kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,01 N. Sampel sebanyak 10 gram ditambahkan 30 ml larutan TCA 7 kemudian diblender selama 1 menit kemudian disaring dengan kertas saring sehingga filtrat yang diperoleh berwarna jernih. Larutan asam borat 1 ml dimasukkan ke dalam ”innner chamber” cawan conway lalu diletakkan tutup cawan dengan posisi hampir menutupi cawan. Dengan memakai pipet ukuran 1 ml yang lain, filtrat dimasukkan ke dalam outer chamber di sebelah kiri. Kemudian ditambahkan 1 ml larutan K 2 CO 3 jenuh ke dalam outer chamber sebelah kanan sehingga filtrat dan K 2 CO 3 tidak tercampur. Disamping itu cawan segera ditutup dan digerakkan memutar sehingga kedua cairan di outer chamber tercampur. Disamping itu dikerjakan blanko dengan prosedur yang sama tetapi filtrat diganti dengan larutan TCA 7 Kemudian kedua cawan Conway tersebut disimpan dalam inkubator pada suhu 37 C selama 2 jam. Setelah disimpan, selanjutnya larutan asam borat dalam inner chamber cawan Conway yang berisi blanko dititrasi dengan larutan HCl 0,01 N Vo, dengan menggunakan pipet volumetrik sehingga berubah warna menjadi merah muda. Selanjutnya cawan conway berisi filtrat dititrasi dengan larutan yang sama sehingga menjadi warna merah muda yang sama dengan blanko Vi. Rumus penentuan TVBN adalah : N mg N100 g = j – i x N HCl x 100 x fp x 14 mg N100 g M 1 Keterangan : j = Volume HCl 0,01 N yang dibutuhkan untuk titrasi i = Volume titrasi blanko M= berat sampel Uji nilai pH Apriyantono et al. 1989 Pengukuran pH dilakukan dengan menggunkan pH meter dengan cara dikalibrasi terlebih dahulu. Sampel sebanyak 5 gram yang diambil dari bagian daging ikan dihancurkan dan dihomogenkan dengan 45 ml air destilata. Kemudian pH homogen diukur dengan pH meter yang sebelumnya telah dikalibrasi dengan buffer standar 4 dan 7.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Efektifitas sensor smart packaging dengan bahan dasar chitosan-asetat, polivinil alkohol PVA, dan indikator bromthymol blue BTB dalam mendeteksi tingkat kebusukan fillet ikan nila berkaitan dengan karakteristik sensor smart packaging yang dihasilkan. Perbandingan hasil pendeteksian tingkat kebusukan fillet ikan nila dari sensor smart packaging berbahan dasar chitosan-asetat, PVA dan indikator BTB yaitu berupa perubahan warna sensor dengan nilai parameter kemunduran mutu ikan seperti TVBN, TBC dan nilai pH juga sangat penting untuk dilakukan agar tingkat keakuratan sensor smart packaging yang dihasilkan dapat diketahui dengan baik. Pembandingan ini juga dilakukan oleh beberapa peneliti dalam menguji tingkat keakuatan smart packaging yang dibuat dengan berbagai parameter tingkat kesegaran dari fillet cod seperti nilai TVB dan TPC. Byrne et al. 2002, membuat smart packaging dengan bahan dasar selulosa menggunakan pewarna indikator pH Cresol Red CR dan membandingkan dinamika respon sensornya terhadap peningkatan nilai TVB dari fillet cod. Pacquit et al. 2005 membuat smart packaging dengan bahan dasr selulosa menggunakan pewarna indikator Bromocresol Green BCG dan membandingkan dinamika respon sensornya terhadap peningkatan nilai log TPC dari fillet cod.

4.1. Tingkat Kesensitifan Sensor

Smart Packaging Berbahan Dasar Chitosan-Asetat, Polivinil Alkohol PVA, dan Pewarna Indikator Bromthymol Blue BTB Kesensitifan sensor smart packaging berbahan dasar chitosan-asetat, Polivinil Alkohol PVA dan pewarna indikator Bromthymol Blue BTB untuk mendeteksi tingkat kebusukan fillet ikan nila sangat berkaitan erat dengan karakteristik dari sensor yang dihasilkan. Karakteristik ini dapat dilihat dari sifat optik dan dinamika respon sensor yang ada. 4.1.1. Karakteristik sifat optik sensor smart packaging berbahan dasar chitosan-asetat, PVA, dan indikator BTB Pengujian respon sensor pada smart packaging dilakukan selama 15 jam pada suhu ruang ±30°C. Pengukuran secara statis dilakukan terhadap spektra absorbans