69 di Desa Kalisari. Berikut tabel komponen biaya produksi setelah internalisasi
biaya eksternal.
Tabel 12. Biaya Produksi Setelah Internalisasi Biaya Eksternal
Skala Produksi
kg Jumlah
Pengrajin orang
Biaya Tetap Rp
Biaya variabel Rp
Biaya Total Rp
Penerimaan Rp
Keuntungan Rp
20 4
170 081 6 352 500
6 522 581 8 662 600
2 140 019 25
2 185 452
7 733 500 7 918 952
9 918 750 1 999 798
30 3
186 049 8 782 380
8 968 429 10 955 000
1 986 571 35
2 205 831
9 772 000 9 977 831
12 975 000 2 997 169
40 8
212 716 22 540 033
22 752 749 28 564 444
5 811 695 50
3 236 102
15 270 595 15 506 697
19 200 000 3 693 303
60 1
255 886 17 885 000
18 140 886 23 250 000
5 109 114 70
1 277 338
17 350 000 17 627 338
20 025 000 2 397 662
80 1
298 789 23 650 000
23 948 789 30 600 000
6 651 211 150
1 453 948
41 514 000 41 96 7948
57 450 000 15 482 052
Sumber: Data Primer, diolah 2011
6.2.3. Analisis Perbandingan Biaya Produksi Sebelum dan Sesudah Internalisasi Biaya Eksternal
Jumlah pengrajin tahu yang sudah melakukan internalisasi biaya eksternal hanya 26 UKM dari total pengrajin yang berjumlah 312 UKM, hal ini disebabkan
karena jumlah IPAL yang masih dua unit sehingga kapasitas limbah yang diolah masih sangat minim. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minimnya jumlah
biogas yang ada di Desa Kalisari diantaranya kerena keterbatasan lahan, gaya gravitasi bumi yang mempengaruhi penyaluran limbah cair dan biogas, serta
lokasi yang strategis dimana letak biogas dikelilingi oleh banyak pengrajin tahu sehingga penyaluran limbah cair untuk diolah serta biogas yang dihasilkan untuk
dimanfaatkan dapat menggunakan biaya perpipaan seminimal mungkin. Perbandingan biaya produksi sebelum dan sesudah internalisasi biaya
eksternal dapat dilihat pada perubahan komponen biaya tetap. Perbandingan biaya
70 produksi sebelum dan sesudah internalisasi biaya eksternal dapat dilihat pada
Tabel 13.
Tabel 13. Perbandingan Biaya Produksi Sebelum dan Sesudah Internalisasi Biaya Eksternal.
Skala Usaha
Kg Jumlah
Pengrajin orang
Biaya Total Sebelum
Internalisasi Rp
Biaya Total Setelah
Internalisasi Rp
Penerimaan Rp
Selisih Biaya
Rp Persentasi
Kenaikan Biaya 20 4 6
395 402
6 522 581 8 662 600
227 179 1,99
25 2 7 789
273 7 918 952
9 918 750 129 679
1,66 30 3 8
839 583
8 968 429 10 955 000
128 846 1,46
35 2 9 848
152 9 977 831
12 975 000 129 679
1,32 40
8 22 625 570
22 752 749 28 564 444
127 179 0,56
50 3
15 377 851 15 506 697
19 200 000 128 846
0,84 60
1 18 013 707
18 140 886 23 250 000
127 179 0,71
70 1
17 500 159 17 627 338
20 025 000 127 179
0,73 80
1 23 821 610
23 948 789 30 600 000
127 179 0,53
150 1
41 835 769 41 96 7948
57 450 000 132 179
0,32
Rata-Rata 128 512
1,01
Sumber: Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan Tabel 7, biaya total sebelum internalisasi biaya eksternal didapat dari penjumlahan antara biaya tetap rata-rata sebelum internalisasi dengan
biaya variabel rata-rata. Biaya variabel rata-rata sebelum dan sesudah internalisasi memiliki besaran yang sama, karena biaya perawatan biogas diinternalisasikan ke
dalam struktur biaya tetap. Rata-rata penerimaan untuk setiap skala usaha sebelum dan sesudah internalisasi memiliki nilai yang sama, hal ini disebabkan karena
kenaikan biaya produksi sebelum dan sesudah internalisasi relatif kecil, rata-rata sebesar 1,01, sehingga tidak mempengaruhi harga penjualan tahu yang
mempengaruhi penerimaan. Berdasarkan teori internalisasi biaya eksternal, pihak yang
menginternalisasikan biaya eksternal ke dalam struktur biaya produksi akan mengalami penurunan jumlah outpun dan peningkatan harga jual dari output,
71 namun pada kasus pengrajin tahu di Desa Kalisari, internalisasi biaya yang
dilakukan tidak mempengaruhi jumlah dan harga output yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena biaya internal yang ditanggung pengusaha tahu hanya
merupakan iuran untuk operasional biogas saja dan perawatan biogas di Desa Kalisari masih tergolong murah, sedangkan biaya investasi biogas keseluruhan
ditanggung oleh pemerintah.
6.3. Estimasi Biaya Eksternal Pencemaran Limbah Tahu dan Nilai