Total Nilai Ekonomi Internalisasi Biaya Eksternal IKM Tahu

80 penjualan cacing rambut untuk pakan lele dumbo adalah sebesar Rp 720 815 772 tujuh ratus dua puluh juta delapan ratus lima belas ribu tujuh ratus tujuh puluh dua rupiah per tahun

6.3.3. Total Nilai Ekonomi Internalisasi Biaya Eksternal IKM Tahu

Komponen total nilai ekonomi pada IKM tahu berdasarkan pengamatan meliputi komponen biaya, yaitu biaya eksternal dan komponen manfaat, yaitu manfaat ekonomi dari internalisasi biaya eksternal. Komponen biaya eksternal meliputi biaya kesehatan, biaya perubahan pendapatan akibat perubahan produktivitas pertanian, dan biaya perbaikan lahan. Komponen manfaat berupa nilai penghematan bahan bakar seperti elpiji dan kayu bakar akibat adanya energi alternatif yang dihasilkan dari pengolahan limbah cair tahu yaitu biogas, penerimaan tambahan dari penjualan keripik ampas tahu dari hasil pengolahan limbah padat tahu, penerimaan tambahan dari penjualan ampas tahu untuk digunakan sebagai pakan ternak, dan penerimaan tambahan dari penjualan cacing yang hidup di selokan tempat pembuangan limbah cair untuk pakan lele dumbo. Total biaya eksternal yang diestimasi sebesar Rp 167 999 000 seratus enam puluh tujuh juta sembilan ratus sembilan ribu rupiah. Total manfaat ekonomi internalisasi biaya eksternal yang diestimasi sebesar Rp 720 815 772 tujuh ratus dua puluh juta delapan ratus lima belas ribu tujuh ratus tujuh puluh dua rupiah. Total nilai ekonomi adalah penjumlahan dari total biaya eksternal dan total manfaat ekonomi yaitu sebesar Rp 888 814 772 delapan ratus delapan puluh delapan juta delapan ratus empat belas ribu tujuh ratus tujuh puluh dua rupiah per tahun. 81 6.4. Estimasi Nilai Kebersediaan Responden Untuk Membayar Willingness to Pay Terhadap Pengolahan Limbah Cair Tahu menjadi Biogas 6.4.1. Willingness to Pay WTP Responden Terhadap Pengolahan Limbah Cair Tahu Menjadi Biogas Pendekatan CVM dalam penelitian ini disunakan untuk mengestimasi nilai WTP responden terhadap pengolahan limbah cair tahu menjadi biogas. Hasil pelaksanaan metode CVM adalah sebagai berikut:

1. Membuat Pasar Hipotetik

Pembuangan limbah cair tahu ke sungai secara langsung tanpa melalui pengolahan menyebabkan pencemaran air sungai diantaranya air menjadi bau, keruh, dan menyebabkan gangguan kesehatan seperti gatal-gatal dan diare bagi masyarakat yang mengonsumsinya. Pengrajin tahu yang menjadi responden yaitu pengrajin yang tinggal di RT 0302 dan RT 0402 karena mereka sampai saat ini masih belum melakukan pengolahan limbah cair tahu dan karena di sekitar RT tersebut direncanakan akan dibangun sistem pengolahan limbah cair menjadi biogas. Berdasarkan hasil wawancara dengan 30 orang responden, mereka semua bersedia untuk melakukan pembayaran terhadap iuran perawatan biogas dan menginginkan adanya pembangunan sistem pengolahan limbah cair menjadi biogas seperti yang sudah dilakukan di dua RT lain yaitu RT 0502 dan RT 0602 karena alasan dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan dapat menghasilkan manfaat yaitu penghematan bahan bakar yang cukup signifikan seperti elpiji, kayu bakar, dan minyak tanah. Walaupun program pembangunan biogas yang direncanakan keseluruhan biaya investasi ditanggung oleh pemerintah namuni diperlukan partisipasi dari masyarakat dalam perawatan biogas. Hal ini 82 dimaksudkan agar IPAL yang sudah ada dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan, untuk itu maka pasar hipotetik yang dibangun adalah sebagai berikut: Pasar Hipotetik Pemerintah berencana untuk membangun suatu sistem pengelolaan limbah yaitu sistem pengelolaan limbah menjadi biogas. Bahan baku biogas ini adalah limbah cair tahu yang dihasilkan dari proses produksi tahu. Pembangunan sistem biogas sangat bermanfaat untuk lingkungan karena dapat mengurangi jumlah limbah cair yang dibuang ke sungai serta dapat menghasilkan bahan bakar aternatif berupa gas yang dihasilkan dari pengolahan limbah tersebut. Gas tersebut dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti elpiji dan dapat menghemat penggunaan kayu bakar dalam proses produksi. Oleh karena itu pemerintah sangat membutuhkan partisipasi dari masyarakat sekitar untuk pembangunan sistem pengolahan limbah menggunakan sistem biogas ini Skenario Pertanyaan Apabila pemerintah akan melakukan pembangunan sistem pengelolaan limbah cair menjadi biogas, apakah BapakIbu bersedia untuk berpartisipasi dalam pembangunannya? Selanjutnya dari pertanyaan tersebut didapat bahwa keseluruhan responden yang diwawancara yaitu sebesar 30 orang, bersedia untuk melakukan pengolahan limbah cair tahu menjadi biogas. Langkah selanjutnya adalah mendapatkan besaran nilai awal WTP untuk melakukan penawaran terhadap responden.

2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP

Dalam memperkirakan nilai awalan WTP terlebih dahulu dilakukan survey terhadap besarnya iuran biogas pada pengrajin yang sudah melakukan pembayaran iuran perawatan IPAL di RT 0502 dan RT 0602 yaitu sebesar Rp 15 000 lima belas ribu rupiah per bulan. Kemudian setelah nilai WTP pertama 83 didapat, ditawarkan nilai yang lebih besar dari nilai yang diberikan sebelumnya. Nilai WTP didapat setelah proses tawar menawar selesai.

3. Memperkirakan Nilai

Rata-Rata WTP Nilai rataan WTP didapat sebesar Rp 20 833,33 atau Rp 20 833 dua puluh ribu delapan ratus tiga puluh tiga rupiah per pengrajin per bulan. Jika dihitung per tahun maka rataan WTP sebesar Rp 250 000 dua ratus lima puluh ribu rupiah per pengrajin per tahun. Besaran rataan WTP tersebut menggambarkan kebersediaan responden dalam membayar iuran untuk perawatan sistem pengolahan limbah cair tahu menjadi biogas. Rata-rata pendapatan pengrajin yang belum melakukan pengolahan limbah cair tahu menjadi biogas di RT 0302 dan RT 0402 adalah sebesar Rp 1 438 929 satu juta empat ratus tiga puluh delapan ribu sembilan ratus dua puluh sembilan rupiah per bulan. Sehingga iuran WTP per bulan adalah sekitar 1,4 dari pendapatan pengrajin per bulan. Dengan kata lain nilai rataan WTP masih dikatakan rasional. Dugaan nilai rataan responden dihitung berdasarkan data distribusi WTP responden yang dapat dilihat pada tabel 19 dibawah ini: Tabel 19. Distribusi Rataan WTP Responden Desa Kalisari WTP Rp Frekuensi Frekuensi Relatif Jumlah Rp 15 000 9 0,30 4 500 20 000 8 0,27 5 333,33 25 000 12 0,40 10 000 30 000 1 0,03 1 000 Total 30 1 20 833,33 Sumber: Data primer, diolah 2011

4. Menjumlahkan Data

Nilai total WTP TWTP dihitung berdasarkan data distribusi WTP responden. Perhitungan nilai TWTP dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini. 84 Tabel 20. Distribusi Total WTP Responden Desa Kalisari WTP Rp Frekuensi Frekuensi Relatif Populasi Jumlah Total Rp 15 000 9 0,30 93,6 1 404 000 20 000 8 0,27 83,2 1 664 000 25 000 12 0,40 124,8 3 120 000 30 000 1 0,03 10,4 312 000 Total 30 1 312 6 500 000 Sumber: Data Primer, diolah 2011 Total WTP menggambarkan total dari populasi pengrajin tahu yang belum mengolah limbah cair di Desa Kalisari yaitu sebesar Rp 6 500 000 enam juta lima ratus ribu rupiah per bulan atau Rp 78 000 000 tujuh puluh delapan juta rupiah per tahun. Total WTP ini jika dibandingkan dengan biaya investasi pembangunan sistem pengolahan limbah menjadi biogas tidak akan mencukupi, namun jika untuk menutupi biaya operasional dan perawatan biogas masih cukup untuk setahun, karena biaya perawatan biogas selama ini hanya biaya untuk pembayaran listrik per bulan sebesar Rp 23 000 dua puluh tiga ribu rupiah per bulan dan upah pengelola sebesar Rp 75 000 tujuh puluh lima ribu rupiah per bulan, sehingga biaya perawatan biogas yang rutin dikeluarkan setiap bulan adalah Rp 98 000 sembilan puluh delapan ribu rupiah per bulan. Sehingga total WTP untuk menutupi biaya perawatan biogas dengan asumsi biaya investasi pembangunan biogas seluruhnya ditanggung oleh pemerintah masih mencukupi.

VII. PENUTUP 7.1. Kesimpulan

1. Identifikasi industri tahu meliputi:  Tahapan-tahapan dari proses produksi tahu yaitu tahap pencucian dan perendaman kedelai, penggilingan, pemasakan, ekstraksi susu kedelai, penggumpalan, pengendapan, pencetakan, serta pengepresan.  Limbah padat berupa ampas tahu yang diperoleh dari proses penyaringan bubur kedelai, sedangkan limbah cair tahu diperoleh dari proses pencucian, perendaman, pemasakan, dan penyaringan.  Limbah padat tahu dari proses produksi tahu diolah kembali menjadi pakan ternak dan sebagai bahan baku pembuatan keripik ampas tahu, sedangkan limbah cair tahu diolah kembali menjadi biogas.  Dampak dari limbah tahu yang dibuang ke sungai dapat menyebabkan masalah seperti gangguang kesehatan, kerusakan lahan pertanian, dan penurunan produktivitas pertanian 2. Biaya total sebelum internalisasi biaya eksternal per bulan yang diestimasi adalah sebesar Rp 17 204 708, setelah internalisasi biaya eksternal adalah sebesar Rp 17 333 345, dan persentase kenaikan biaya produksi setelah internalisasi biaya eksternal adalah sebesar 1,02 3. Estimasi biaya eksternal total adalah sebesar Rp 167 999 000 seratus enam puluh tujuh juta sembilan ratus sembilan ribu rupiah dan nilai manfaat ekonomi total dari internalisasi biaya eksternal adalah sebesar Rp 720 815 772 tujuh ratus dua puluh juta delapan ratus lima belas ribu tujuh ratus tujuh puluh dua rupiah. Nilai ekonomi total dari internalisasi biaya