Pola Penggunaan Ruang Lokasi dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Jenis Data yang Dikumpulkan

1995. Betina berperan penting dalam pertanan teritorial dengan aktivitas bersuara great call yang dilakukan setiap pagi hari. Bersuara merupakan salah satu tanda pemberitahuan, menyatakan kehadiran mereka pada kelompok tetangga. Hal ini sebagai petunjuk konfrontasi dalam batas kebersaan, kadang-kadang untuk menunjukkan sifat menyerang Napier Napier 1985. Nyanyian owa jawa terdiri dari tiga fase: bagian pembukaan, yakni owa jawa memulai latihan melemaskan badan; nyanyian berikutnya duet antara jantan dan betina, dan suara dari betina yang lambat laun menjadi tinggi great call. Pada Hylobates moloh jantan jarang bersuara. Owa jawa betina berkuasa dalam perbatasan teritori dengan menggunakan great calls, biasanya satu sampai tiga jam setelah fajar. Ketika betina mulai bersuara kelompok tetangga yang lain ikut serta dalam bersuara tersebut. Betina yang belum dewasa juga ikut serta dalam bersuara. Hylobates moloh juga bersuara keras, teriakan lebih keras pada saat kehadiran pengacau seperti manusia atau macan tutul Burton 1995.

2.4 Pola Penggunaan Ruang

Pemanfaatan tajuk merupakan salah satu aspek penggunaan ruang yang menggambarkan interaksi antara satwa dengan habitatnya. Dengan demikian mobilitas, luas, dan komposisi daerah jelajah merupakan parameter yang lebih banyak digunakan sebagai indikator dari strategi penggunaan ruang oleh satwa liar. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh Santosa dalam Putri 2009 menunjukan bahwa satwa liar tidak menyebar dan mengeksploitasi ruang secara acak, melainkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor lain dalam diri satwa liar itu sendiri umur, jenis kelamin, dan morfologi dan faktor luar atau yang lebih dikenal dengan sebutan faktor ekologi ketersediaan makanan, kondisi fisik biotik, dan iklim dari habitatnya. Menurut Nijman 2001, owa jawa menggunakan kanopi pohon yang cukup tinggi pada habitatnya yang belum terganggu, sedangkan pada habitat yang terganggu owa jawa menggunakan kanopi pohon sedang. BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Stasiun Penelitian Cikaniki Desa Citalahab dan sekitarnya, kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2011 musim kemarau meliputi kegiatan pengenalan lapang, pengamatan, dan pengambilan data di lapang.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah binokuler, range finder, kamera, stopwatch, pita, kompas, tallysheet, tali tambang, peta kerja, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah dua kelompok owa jawa Hylobates moloch.

3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka mengenai kondisi umum lokasi penelitian dan wawancara dengan berbagai pihak yang terkait. Data primer yang diambil berupa: 1. Jenis pohon yang digunakan saat melakukan aktivitas makan. Jenis pohon meliputi pohon yang digunakan sebagai sumber pakan dan pohon yang dijadikan sebagai tempat makan beserta jenis pakan yang dimakan. 2. Titik koordinat pohon yang digunakan saat makan. 3. Lama suatu ruang yang ditempati saat mulai melakukan aktivitas makan sampai berpindah tempat ke ruang yang berbeda. 4. Posisi individu dalam ruang tajuk pohon terbagi atas horizontal dan vertikal. Ruang tajuk pohon tersebut masing-masing dibagi menjadi tiga kategori. Secara horizontal ruang tajuk pohon dibagi dalam tiga ruang, yakni A, B, dan C, sedangkan secara vertikal dibedakan atas I, II, dan III. Dengan demikian ruang tajuk pohon yang digunakan terbagi ke dalam sembilan kategori Putri 2009. Pembagian tajuk pohon dapat dilihat sebagai berikut Gambar 2. Gambar 2 Pembagian ruang tajuk pohon. 5. Ruang tajuk pohon yang digunakan pada saat aktivitas makan, dibedakan berdasarkan model aristektur pohon. Menurut Sutisna et al. 1998, terdapat sekurang-kurangnya sembilan arsitektur pohon hutan di Indonesia yaitu model Attims, Aubreville, Koribia, Massart, Prevost, Rauh, Scarrone, Troll, dan Roux Gambar 3. Gambar 3 Model arsitektur pohon. Ket: a Attims; b Aubreville; c Koribia; d Massart; e Prevost; f Rauh; g Scarrone; h Troll; dan i Roux. 6. Struktur kelompok owa jawa meliputi struktur umur dan jenis kelamin pada beberapa ruang tajuk pohon saat melakukan aktivitas makan. 3.4 Metode Pengambilan Data Pengambilan data primer dilakukan dengan metode focal animal sampling yaitu mencatat objek satwa yang menjadi fokus pengamatan dengan cara memilih salah satu individu atau sekelompok dalam jangka waktu tertentu. Pencatatan data dilakukan dengan dua cara, yakni continous recording dan scan sampling. Continous recording digunakan untuk pencatatan hanya satu individu saja, sedangkan scan sampling digunakan pencatatan pada aktivitas makan secara berkelompok dengan pencatatan interval waktu selama lima menit. Pengamatan dilakukan setiap hari berdasarkan waktu aktif owa jawa. Pengamatan dan pengambilan data di lapangan dimulai saat owa jawa mulai melakukan aktivitasnya yaitu mulai pukul 06.00 WIB - 17.00 WIB atau pada saat owa jawa memulai beraktivitas sampai owa jawa tidur pada pohon tidur. Pengamatan dilakukan pada dua kelompok owa jawa dengan cara berselang. Pengamatan dilakukan dengan cara menjaga jarak dengan owa jawa yang diikuti untuk menghindari gangguan aktivitas hariannya. Jarak pengamat dengan individu owa jawa tergantung pada posisi owa jawa di atas tajuk dan kondisi topografi.

3.5 Analisis Data