6. Struktur kelompok owa jawa meliputi struktur umur dan jenis kelamin pada
beberapa ruang tajuk pohon saat melakukan aktivitas makan.
3.4 Metode Pengambilan Data Pengambilan data primer dilakukan dengan metode focal animal sampling
yaitu mencatat objek satwa yang menjadi fokus pengamatan dengan cara memilih salah satu individu atau sekelompok dalam jangka waktu tertentu. Pencatatan data
dilakukan dengan dua cara, yakni continous recording dan scan sampling. Continous recording digunakan untuk pencatatan hanya satu individu saja,
sedangkan scan sampling digunakan pencatatan pada aktivitas makan secara berkelompok dengan pencatatan interval waktu selama lima menit. Pengamatan
dilakukan setiap hari berdasarkan waktu aktif owa jawa. Pengamatan dan pengambilan data di lapangan dimulai saat owa jawa mulai melakukan
aktivitasnya yaitu mulai pukul 06.00 WIB - 17.00 WIB atau pada saat owa jawa memulai beraktivitas sampai owa jawa tidur pada pohon tidur.
Pengamatan dilakukan pada dua kelompok owa jawa dengan cara berselang. Pengamatan dilakukan dengan cara menjaga jarak dengan owa jawa yang diikuti
untuk menghindari gangguan aktivitas hariannya. Jarak pengamat dengan individu owa jawa tergantung pada posisi owa jawa di atas tajuk dan kondisi topografi.
3.5 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan dua cara yang meliputi analisis deskriptif serta analisis grafik dan tabel. Analisis deskriptif merupakan penguraian dan
penjelasan mengenai parameter-parameter yang diukur dan diamati. Sedangkan analisis grafik dan tabel digunakan untuk menjelaskan hubungan antara parameter
yang diukur dan diamati dengan metode grafik dan tabel serta interpretasinya.
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI
4.1 Sejarah Kawasan
Taman Nasional Gunung Halimun Salak TNGHS pertama kali ditetapkan menjadi salah satu taman nasional di Indonesia sesuai dengan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan No. 282Kpts-II1992 tanggal 28 Pebruari 1992 dengan luas 40.000 ha di bawah pengelolaan sementara Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango TNGP dengan nama Taman Nasional Gunung Halimun TNGH. Selanjutnya pada Tanggal 23 Maret 1997 pengelolaan kawasan TNGH resmi
dipisah dari TNGP, dikelola langsung oleh Unit Pelaksana Teknis Balai TNGH, Dirjen PHKA, Departeman Kehutanan.
Atas dasar perkembangan kondisi kawasan disekitarnya terutama kawasan hutan lindung Gunung Salak dan Gunung Endut yang terus terdesak akibat
berbagai kepentingan masyarakat dan pembangunan, serta adanya desakan dan harapan berbagai pihak untuk melakukan penyelamatan kawasan konservasi
Halimun Salak yang lebih luas maka ditetapkanlah SK Menteri Kehutanan No.175Kpts-II2003, yang merupakan perubahan fungsi kawasan eks Perum
Perhutani atau eks Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas disekitar TNGH menjadi satu kesatuan kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun
Salak TNGHS. Berdasarkan SK tersebut penunjukan luas kawasan TNGHS adalah 113.357 ha dan terletak di Provinsi Jawa Barat dan Banten yang meliputi
kabupaten Sukabumi, Bogor dan Lebak. TNGHS merupakan salah satu taman nasional yang memiliki ekosistem hutan hujan tropis pegunungan terluas di Jawa.
4.4 Kondisi Fisik Kawasan