Nasional Gunung Halimun Salak, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Cagar Alam Gunung Simpang, Cagar Alam Burangrang, Cagar Alam Leuweung
Sancang, dan Kawasan Wisata Cisolok. Owa jawa di Jawa Tengah masih dapat dijumpai di sekitar Gunung Slamet sampai Pegunungan Dieng. Hal ini
diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk Pulau Jawa yang sangat pesat sehingga kawasan hutan hujan tropik menyusut drastis. Selain itu, ancaman perburuan
untuk dijadikan sebagai hewan peliharaan merupakan ancaman serius bagi keberadaan owa jawa di alam. Menurut Nijman 2006, populasi owa jawa yang
masih tersisa di Hutan Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah berkisar 4000 hingga 4500 individu.
2.3 Aktivitas Harian Owa Jawa
Aktivitas harian merupakan reaksi fisiologis satwa terhadap lingkungan dan sekitarnya. Untuk melakukan aktivitas harian, umumnya owa jawa menggunakan
strata vertikal hutan pada lapisan tengah dan atas Nijman 2001. Menurut Chivers 1980, aktivitas harian meliputi mencari makan, melakukan perjalan dan
perpindahan, istirahat, bersuara, dan mencari kutu serta bermain. Owa jawa merupakan satwa diurnal dan arboreal. Owa jawa umumnya aktif
pada pagi hari yaitu pukul 05.30 - 06.50 WIB dan aktif kembali pada sore hari pada pukul 16.00 - 17.00 WIB sebelum akhirnya mencapai pohon tidur. Dalam
melakukan aktivitasnya owa jawa biasanya berada pada lapisan kanopi paling atas Nijman 2001.
Menurut Supriatna dan Wahyono 2000, owa jawa hidup di pohon arboreal dan jarang turun ke tanah. Pergerakan dari pohon yang satu ke pohon
yang lainnya dengan bergelayutan brakhiasi. Daerah jelajah berkisar antara 16 sampai 17 ha dan jelajah hariannya mencapai 1500 meter. Owa jawa aktif dari
pagi hingga sore hari diurnal, siang harinya digunakan untuk beristirahat dengan saling mencari kotoran rambut di kepala grooming antara jantan dan betina
pasangannya, atau antara induk betina dan anaknya, sedangkan malam harinya tidur pada percabangan pohon. Perilaku sosial merupakan semua kegiatan yang
melibatkan individu lain seperti grooming berkutu-kutuan, bersuara, bermain, dan bereproduksi. Grooming mencari kutu dan bermain merupakan hal sangat
penting dalam aktivitas sosial, tetapi tidak sebanyak frekuensi bersuara Burton
1995. Betina berperan penting dalam pertanan teritorial dengan aktivitas bersuara great call yang dilakukan setiap pagi hari. Bersuara merupakan salah satu tanda
pemberitahuan, menyatakan kehadiran mereka pada kelompok tetangga. Hal ini sebagai petunjuk konfrontasi dalam batas kebersaan, kadang-kadang untuk
menunjukkan sifat menyerang Napier Napier 1985. Nyanyian owa jawa terdiri dari tiga fase: bagian pembukaan, yakni owa jawa memulai latihan
melemaskan badan; nyanyian berikutnya duet antara jantan dan betina, dan suara dari betina yang lambat laun menjadi tinggi great call. Pada Hylobates moloh
jantan jarang bersuara. Owa jawa betina berkuasa dalam perbatasan teritori dengan menggunakan great calls, biasanya satu sampai tiga jam setelah fajar.
Ketika betina mulai bersuara kelompok tetangga yang lain ikut serta dalam bersuara tersebut. Betina yang belum dewasa juga ikut serta dalam bersuara.
Hylobates moloh juga bersuara keras, teriakan lebih keras pada saat kehadiran pengacau seperti manusia atau macan tutul Burton 1995.
2.4 Pola Penggunaan Ruang