Tujuan Manfaat Populasi dan Distribusi Owa Jawa

sebagai dasar pengelolaan dalam kegiatan pengelolaan dan pelestarian owa jawa. Dengan mengetahui hal tersebut, diharapkan pengelolaan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak lebih mementingkan kajian ekosistem dan habitat owa jawa dan spesis penting lainnya.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui jenis pakan pada owa jawa. 2. Pola pemanfaatan tajuk yang digunakan oleh owa jawa berdasarkan aktivitas makan.

1.3 Manfaat

Hasil dari penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan populasi dan habitat owa jawa serta ekosistemnya di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bio-Ekologi Owa Jawa 2.1.1 Taksonomi Klasifikasi owa jawa berdasarkan warna rambut, ukuran tubuh, suara, dan beberapa perbedaan penting lainnya menuru Napier dan Napier 1985 adalah: Kingdom : Animalia Filum : Cordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Mamalia Ordo : Primata Super Famili : Homonoide Famili : Hylobatidae Genus : Hylobates Spesies : Hylobates moloch Audebert, 1798 Menurut Supriatna dan Wahyono 2000 spesies tersebut dibagi atas dua sub spesies yaitu Hylobates moloch moloch yang terdapat di Jawa Barat seperti Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Taman Nasional Ujung Kulon, Cagar Alam Gunung Simpang, dan Leuweung Sancang. Sedangkan Hylobates moloch pangolasoni hanya ditemukan di daerah Jawa Tengah dan sekitar Gunung Selamet dan Pegunungan Dieng.

2.1.2 Morfologi

Owa jawa memiliki tubuh yang ditutupi rambut bewarna kecoklatan sampai keperakan atau kelabu. Bagian atas kepalanya bewarna hitam, bagian muka seluruhnya juga bewarna hitam dengan alis bewarna abu-abu yang menyerupai warna keseluruhan tubuh, serta beberapa individu memiliki dagu bewarna gelap. Warna rambut jantan dan betina berbeda, terutama dalam tingkatan umur. Umumnya anak yang baru lahir bewarna lebih cerah. Antara jantan dan betina memiliki rambut yang berbeda. Panjang tubuh berkisar antara 750 - 800 mm. Berat tubuh jantan antara 4 - 8 kg sedangkan betina antara 5 - 7 kg Supriyatna Wahyono 2000. Berdasarkan ukuran tubuh dan perkembangan perilakunya, Kappeler 1981 membagi owa jawa ke dalam empat kelas umur, yaitu: a. Bayi infant adalah individu mulai lahir sampai berumur dua tahun dengan ukuran badan sangat kecil dan kadang-kadang atau selalu digendong oleh induknya. b. Anak juvenile adalah individu yang berumur dua sampai empat tahun, badan kecil, dan tidak terpelihara sepenuhnya oleh induknya. c. Muda subadult adalah individu yang berumur kira-kira empat sampai enam tahun, ukuran badannya sedang, hidup bersama pasangan individu dewasa dan kurang atau jarang menunjukkan aktivitas teritorial. d. Dewasa adult adalah individu yang berumur lebih dari enam tahun, hidup soliter atau berpasangan atau menunjukkan teritorinya. Ciri khas yang lain adalah lengannya sangat panjang dan lentur, lebih panjang dari kakinya hampir dua kali dari pangan tubuh, dengan jari pendek dan panjang dari telapak tangan. Sendi pada ibu jari dan pergelangan tangannya adalah kontraksi sangat tinggi. Owa jawa memiliki tubuh yang langsing karena beradaptasi terhadap pergerakkannya dan membantu dalam berayun. Suara owa jawa dapat didengar manusia hingga jarak 500 sampai 1500 meter Kappeler 1984.

2.1.3 Habitat

Menurut Leighton 1986 Hylobates moloch adalah spesies arboreal, tinggal di kanopi hutan bagian atas, serta tidur dan istirahat di bagian pohon dan tajuk tertinggi emergent trees. Emergent merupakan bagian dari mahkota pohon yang tertinggi diantara pohon di sekitarnya, lapisan ini paling banyak menerima sinar matahari Nijman 2001. Owa jawa berada pada kawasan hutan hujan tropis mulai dataran rendah, pesisir, hingga pegunungan dengan tinggi 1400 - 1600 mdpl. Owa jawa jarang ditemukan pada ketinggian lebih dari 1500 mdpl karena sumber pakan yang dibutuhkan jarang sekali ditemukan pada ketinggian tersebut, selain itu temperatur yang lebih rendah dan banyak lumut yang menutupi pohon-pohon juga menyulitkan pergerakan berayun pada owa jawa Kappeler 1984. Owa jawa menyukai hutan pegunungan primer dengan permukaan tajuknya rapat dan tersedianya pohon-pohon untuk makan, istirahat, bermain dan tidur Sawitri et al. 1998. Ada kemungkinan owa jawa hanya terdapat sampai ketinggian 1400 - 1600 mdpl karena lebih dari ketinggian tersebut terjadi perubahan tipe vegetasi yang tidak mendukung sebagai tipe habitat owa jawa, antara lain: a. Hutan-hutan di atas ketinggian tersebut memilki kelimpahan dan keanekaragaman jenis pohon sumber pakan owa jawa yang terbatas. b. Struktur pohon dan tumbuhnya lumut pada batang pohon yang sangat menyulitkan untuk gerakan secara berakhiasi. c. Suhu yang rendah di malam hari. Menurut Kappeler 1984, owa jawa merupakan penghuni kawasan hutan yang terspesialisasi dan memilki persyaratan sebagai berikut: a. Owa jawa merupakan satwa arboreal, sehingga membutuhkan hutan dengan kanopi yang rapat. b. Owa jawa menyandarkan sebagian besar hidupnya pada pergerakannya melalui brankhiasi atau bergelantungan sehingga untuk memperoleh pergerakan yang leluasa bentuk percabangan dari kanopi haruslah tidak terlalu rapat dan relatif banyak dengan bentuk percabangan horizontal. c. Makanan owa jawa terdiri atas buah dan daun-daunan dan terpenuhi kebutuhannya sepanjang tahun dan wilayah jelajah home range, sehingga untuk memastikan persediaan makanan sepanjang tahun kawasan hutan bukan merupakan hutan semusim atau hutan periode pengguguran daun dan hutan harus memiliki keragaman jenis tumbuhan yang tinggi.

2.1.4 Pakan

Makanan merupakan sumber energi untuk pertumbuhan, reproduksi dan penunjang kebutuhan pokok lainnya. Menurut Kappeler 1984, pakan owa jawa berupa buah, daun, kuncup bunga, serangga dan madu. Beberapa penelitian, owa jawa menkonsumsi kurang lebih 125 jenis tumbuhan dari 43 famili. Komposisi pakan terdiri dari buah 61 dan daun 38 serta sisanya berbagai jenis makanan seperti bunga dan berbagai serangga Supriatna Wahyono 2000. Karena persentase perbandingan pakannya lebih banyak buah dibandingkan daun, maka owa jawa digolongkan ke dalam primata frugivora Leighton 1986. Iskandar 2007 menyatakan bahwa sumber pakan owa jawa adalah vegetasi tingkat pohon. Hasil identifikasi pohon pakan yang paling dominan dimanfaatkan owa jawa di Taman Nasional Gunung Halimun Salak adalah darangdan Ficus sinuata, pasang batarua Quercus gemiliflorus, rasamala Altingia excelsa, dan saninten Castanopsis javanica.

2.2 Populasi dan Distribusi Owa Jawa

Distribusi owa jawa meliputi kawasan hutan di Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah. Owa Jawa menempati hutan hujan tropis dataran rendah sampai perbukitan hingga ketinggian 1500 mdpl. Penyebaran owa jawa di Jawa Barat meliputi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Taman Nasional Ujung Kulon, Cagar Alam Gunung Simpang, Cagar Alam Burangrang, dan Cagar Alam Leuweung Sancang. Sedangkan di daerah Jawa Tengah terdapat di sekitar kawasan Gunung Slamet dan Pegunungan Dieng. Sumber: Nijman 2001 Gambar 1 Peta penyebaran owa jawa. Deforestasi yang berlebihan di Pulau Jawa menyebabkan habitat dan populsi owa jawa terus menerus mengalami penurunan. Menurut Supriatna 2006, owa jawa telah kehilangan lebih dari 96 habitat aslinya. Habitat yang tersisa saat ini merupakan hutan yang berukuran relatif kecil dan terfragmentasi satu sama lain. Menurut Supriatna dan Wahyono 2000, awalnya owa jawa terdapat di sebagian hutan-hutan di Jawa Barat dan menempati habitat seluas 43.472 km 2 , tetapi saat ini keberadaannya semakin mendesak dan hanya tinggal di daerah yang dilindungi yang luasnya sekitar 600 km 2 yaitu Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Cagar Alam Gunung Simpang, Cagar Alam Burangrang, Cagar Alam Leuweung Sancang, dan Kawasan Wisata Cisolok. Owa jawa di Jawa Tengah masih dapat dijumpai di sekitar Gunung Slamet sampai Pegunungan Dieng. Hal ini diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk Pulau Jawa yang sangat pesat sehingga kawasan hutan hujan tropik menyusut drastis. Selain itu, ancaman perburuan untuk dijadikan sebagai hewan peliharaan merupakan ancaman serius bagi keberadaan owa jawa di alam. Menurut Nijman 2006, populasi owa jawa yang masih tersisa di Hutan Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah berkisar 4000 hingga 4500 individu.

2.3 Aktivitas Harian Owa Jawa