Model integrasi pasar ikan tuna dan layur

78 pembayaran komoditas ekspor layur di PPN Palabuhanratu lebih menguntungkan pihak pedagang pengumpul jika dibandingkan dengan sistem pembayaran tuna. Proses transaksi pembayaran antara pemilik kapal tonda dan perusahaan eksportir di PPN Palabuhanratu membutuhkan waktu sekitar 3 hari setelah bongkar muat hasil tangkapan. Sebaliknya, proses transaksi pembayaran antara pemilik kapal layur dan perusahaan eksportir layur hanya membutuhkan waktu maksimal 1 hari dibayar tunai setelah proses administrasi selesai. Namun pada model integrasi pasar layur antara PPN Palabuhanratu dan CFR Cina memiliki nilai koefisien determinan relatif kecil 0,256, artinya masih ada 74,6 faktor lain yang tidak masuk dalam model yang kemungkinan dapat mempengaruhi nilai IMC. Faktor variasi harga pada pasar ekspor layur bukan merupakan faktor utama yang membentuk proses integrasi pasar. Faktor di luar variasi harga di kedua pasar tersebut lebih dominan dalam proses pembentukan integrasi pasar seperti, musim, sistem transaksi, transparansi harga, efisiensi pasar dan manajemen pemasaran. Faktor-faktor yang mempengarui pasar-pasar dapat terintegrasi atau tidak dijelaskan Anindita 2004 sebagai berikut: 1 infrastruktur pasar, meliputi: transportasi, komunikasi, kredit dan fasilitas penyimpanan yang ada di pasar; 2 kebijakan pemerintah yang mempengaruhi sistem pemasaran, misalnya pengetatan perdagangan, regulasi-regulasi kredit dan regulasi-regulasi transportasi; 3 ketidakseimbangan produksi antar daerah sehingga terdapat pasar surplus hanya mengekspor ke pasar lain dan pasar defisit hanya mengimpor dari pasar lain; 4 supply shock seperti banjir, kekeringan, penyakit akan mempengaruhi kelangkaan produksi yang terlokalisasi sedangkan hal-hal tak terduga lain seperti aksi mogok akan mempersulit transfer komoditi. Menurut Heytens 1986 diacu Adiyoga et al. 2006, keberadaan integrasi pasar merupakan salah satu indikator penting efisiensi sistem pemasaran. Pengukuran integrasi pasar dapat memberikan informasi penting menyangkut cara kerja pasar yang dapat berguna untuk 1 memperbaiki kebijakan liberalisasi pasar, 2 memantau pergerakan harga, 3 melakukan peramalan harga dan 4 79 memperbaiki kebijakan investasi infrastruktur pemasaran. Pentingnya analisis terhadap integrasi pasar juga dijelaskan Prayoga 2012 seperti 1 pengetahuan tentang integrasi pasar akan mempermudah pengawasan terhadap perubahan harga, 2 digunakan untuk memperbaiki rencana kebijakan pemerintah sehingga tidak ada duplikasi intervensi, 3 digunakan untuk memprediksi harga-harga di semua negara tidak hanya pasar lokal tetapi juga pasar dunia dan 4 digunakan sebagai dasar untuk merumuskan jenis infrastruktur pemasaran yang lebih relevan untuk pengembangan pasar ikan.

4.2.2 Analisis model integrasi supply chain tuna dan layur

Komoditas tuna dan layur merupakan komoditas unggulan minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu. Tuna dan layur sebagai komoditas ekspor yang memiliki pangsa pasar yang sangat baik, tentunya harus didukung dengan daya saing yang baik pada penerapan manajemen rantai pasoknya. Kecenderungan aktivitas perdagangan yang kurang terpadu, kerja sama yang belum sinergis antar pelaku usaha di kawasan minapolitan dan rantai pasok yang tidak efisien merupakan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan minapolitan. Analisis model integrasi supply chain ini dibatasi hanya untuk mendeskripsikan struktur rantai pasok, sasaran rantai pasok, manajemen rantai pasok, sumberdaya rantai pasok dan proses bisnis rantai pasok.

1. Strukur rantai pasok

Struktur rantai pasok komoditas tuna dan layur di Palabuhanratu salah satunya dipengaruhi oleh faktor kualitas produk yang dihasilkan diperdagangkan oleh anggota rantai pasok. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah aturan main yang dibangun di antara berbagai pihak yang terlibat dalam sistem minapolitan maupun pihak yang terlibat dalam sistem rantai pasok komoditas tuna dan layur. 1 Struktur rantai pasok layur Gambar 20 menunjukkan bahwa aliran komoditas layur di Palabuhanratu terbagi ke dalam dua submodel rantai pasok yaitu submodel rantai pasok layur untuk kebutuhan pasar lokal dan submodel rantai pasok layur untuk kebutuhan pasar luar negeri. Kedua submodel tersebut terjadi akibat perbedaan kualitas layur 80 yang dihasilkan nelayan. Anggota primer pelaku utama dalam rantai pasok layur adalah nelayan, pedagang pengumpul, dan perusahaan eksportir sedangkan anggota sekunder penunjang operasional nelayan adalah industri kapal, perbengkelan kapal, alat tangkap, BBM, pabrik es, penyedia umpan, dan toko perbekalan nelayan. Gambar 20 Model rantai pasok layur di Palabuhanratu. Gambar 21 Prosentase produksi layur per alat tangkap di PPN Palabuhanratu tahun 2011. 1.7 7.1 0.4 90.8 Pancing Ulur Purse Seine Payang Bagan Nelayan Pancing Ulur Nelayan Bagan Pedagang Pengumpul Lokal Palabuhanratu Nelayan Payang Nelayan Gillnet Pasar Lokal Perusahaan Ekspor Pasar Luar Negeri : Korea, Cina Konsumen Konsumen Pedagang Pengumpul Kabupaten Lain Keterangan: : memiliki andil besar 81 Ikan layur di Palabuhanratu dihasilkan oleh nelayan pancing ulur, nelayan payang, nelayan purse seine dan nelayan bagan Gambar 21. Nelayan pancing ulur merupakan produsen utama penghasil layur di Palabuhanratu, terlihat dari kapasitas produksi mencapai 90,8 dari total produksi layur di PPN Palabuhanratu pada tahun 2011. Sisanya dihasilkan oleh nelayan payang, bagan dan purse seine dengan prosentase produksi masing-masing sebesar 7,1, 1,7 dan 0,4. Berdasarkan jenis perahu yang digunakan, 99 produksi layur dari nelayan pancing ulur menggunakan jenis perahu motor tempel outboard boat dan 1 sisanya menggunakan kapal motor inboard boat 5-10 GT. Secara kualitas, layur yang dihasilkan oleh nelayan pancing ulur memiliki kualitas layur terbaik. Seluruh hasil tangkapan nelayan pancing ulur relatif sesuai dengan standar kualitas ekspor, namun jika nelayan kurang memperhatikan penanganan hasil tangkapannya komposisi es kurang sehingga suhu 5 C akan menurunkan kualitas sekaligus harga jual di tingkat perusahaan. Harga di tingkat nelayan harga beli pedagang pengumpul tidak ditentukan oleh kualitas layur. Pedagang pengumpul yang sebagian besar sebagai pemilik kapal membeli seluruh hasil tangkapan dengan harga cenderung konstan dan ditentukan berdasarkan kesepakan informal pedagang setempat. Resiko dan keuntungan akibat perbedaan kualitas layur tersebut ditanggung sepenuhnya oleh pedagang pengumpul. Kualitas layur yang tidak masuk katagori kualitas ekspor dipasarkan oleh pedagang pengumpul ke pasar lokal. Produksi layur di PPN Palabuhanratu tidak hanya berasal dari nelayan setempat berdasarkan kapal yang mendarat di PPN Palabuhanratu, tetapi juga dipasok melalui jalur darat seperti Ujung Genteng, Cisolok, Loji, Cidaun Cianjur, Pamengpek Garut, Binuangeun Banten dan Jakarta. Gambar 22 menunjukkan bahwa produksi layur di PPN Palabuhanratu pada tahun 2011 berasal dari nelayan Palabuhanratu 19, Ujung Genteng 47, Cidaun 11, Cisolok 8, Pamengpek 6, Binuangeun 6, Loji 2 dan Jakarta 1. Artinya, prosentase pasok layur terbesar ke PNN Palabuhanratu berasal dari pedagang dari Ujung Genteng dan pasokan terbesar dari kabupaten lain berasal dari Cianjur. 82 Gambar 22 Prosentase produksi layur yang masuk lewat darat ke PPN Palabuhanratu tahun 2011. Perusahaan ekspor layur di PPN Palabuhanratu yang menerima pasokan layur dari pedagang pegumpul adalah 1 PT. Duta I, 2 PT. Duta II, 3 PT. Uri, 4 PT AGB Palabuharatu, 5 PT. Ratu Prima Bahari Nusantara, 6 CV. Bahari Express, 7 PT. Topmed, 8 PT. Jiko Gantung Power. Kapasitas yang diterima perusahaan tersebut bervariasi sekitar 600-800 tontahun. Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi 2010, PT AGB Palabuhanratu merupakan perusahaan yang memiliki kapasitas daya tampung ikan tertinggi yaitu 800 tontahun dengan rata-rata ekspor layur mencapai 650 ton per tahun. Proses distribusi layur dari pedagang pengumpul ke perusahaan menggunakan mobil bak terbuka dan ikan ditempatkan dalam cool box steroform. Pedagang pengumpul yang wilayah kerjanya di PPN Palabuhanratu, umunnya pengangkutan cool box hanya menggunakan motor ketika jumlahnya sedikit. Perusahaan eksportir melakukan proses pembekuan dan pengepakan ikan layur di Palabuhanratu. Ikan layur beku dikemas dalam box khusus dengan kapasitas 10 kgbox. Pihak perusahaan melakukan proses distribusi layur melalui jalan darat menuju ke Jakarta dengan menggunakan mobil box refrigeration thermo king system dengan kapasitas sekitar 6 ton. Proses pengiriman ke negara tujuan ekspor Korea dan Cina dilakukan melalui kapal ekspor di Pelabuhan Tanjung Priok. Layur yang diekspor ke Korea menggunakan kontainer 19 6 47 1 11 6 2 8 Palabuhanratu Pamengpek Garut Ujung Genteng Cisolok Loji Binuangeun Baten Cidaun Cianjur Jakarta 83 berkapasitas 24 feet sedangkan ke Cina menggunakan kontainer berkapasitas 27 feet . Kemitraan yang terjalin antara nelayan buruh ABK dan pemilik kapal pedagang pengumpul berbentuk kemitraan usaha dengan sistem bagi hasil. Seluruh biaya operasional ditanggung pemilik kapal, artinya fungsi ABK hampir sama dengan karyawan. Kemitraan antara pedagang pengumpul dan perusahaan berbentuk mitra beli. Persaingan antar perusahaan terjadi untuk mendapatkan kontinuitas pasokan layur dari para pedagang pengumpul. Strategi persaingan antar perusahaan dilakukan dalam bentuk pemberian kenyamanan pelayanan bagi para pedagang pengumpul, penawaran harga dan pemberian pinjaman modal. Pemberian pinjaman modal merupakan strategi kemitraan bisnis yang cukup efisien untuk menjalin keterikatan antara pedagang pengumpul dan perusahaan yang bersangkutan. Bentuk kemitraan tersebut dapat dikatagorikan menguntungkan kedua belah pihak dimana pihak perusahaan memberikan pinjaman modal tanpa agunan dan bunga. Kondisi ini bertolak belakang dengan aturan yang berlaku pada perbankan. Pada kemitraan pinjaman modal antara perusahaan eksportir layur dan pedagang pengumpul, pedagang pengumpul hanya diberi kewajiban memasok layur ke perusahaan yang bersangkutan dan tidak diperbolehkan memasok layur ke perusahaan lainya. Setiap pedagang pengumpul memasok layur ke perusahaan tersebut, harga jual dipotong Rp 1.000,00kg sebagai angsuran. 2 Struktur rantai pasok tuna Pelaku utama dalam rantai pasok tuna adalah nelayan, agen tuna Palabuhanratu, dan perusahan tuna Jakarta. Pelaku utama tersebut didukung oleh penunjang operasional nelayan yaitu industri kapal, perbengkelan kapal, alat tangkap, BBM, pabrik es, penyedia umpan, dan toko perbekalan nelayan. Gambar 23 menunjukkan bahwa model struktur rantai pasok tuna di Palabuhanratu terbagi ke dalam dua submodel yaitu model rantai pasok tuna untuk kebutuhan pasar lokal dan submodel rantai pasok untuk kebutuhan pasar luar negeri. Perbedaan kedua submodel tersebut terjadi akibat perbedaan kualitas tuna yang dihasilkan oleh nelayan. Seluruh produksi tuna di Palabuhanratu dihasilkan dari nelayan yang mendaratkan kapalnya di PPN Palabuhanratu. 84 Gambar 23 Model rantai pasok tuna di Palabuhanratu. Gambar 24 Prosentase produksi tuna per alat tangkap di PPN Palabuhanratu tahun 2011. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Unit Penangkapan Ko n tr ib u s i h a s il t a n g k a p a n Bigeye tuna 0.0 0.2 10.8 89.0 Yellowfin tuna 0.9 1.2 34.5 63.4 Rata-rata 0.3 0.6 19.2 79.9 Payang Gillnet Pancing Tonda Longline Nelayan Pancing Tonda Agen tuna Palabuhanratu Nelayan Payang Nelayan Gillnet Pasar Lokal Perusahaan tuna Jakarta Pasar Luar Negeri : Jepang Konsumen Konsumen Pasar Lokal Perwakilan Perusahaan Jakarta Konsumen Nelayan daerah lain Nelayan Longline Keterangan: : memiliki andil besar 85 Gambar 24 menunjukkan bahwa produsen utama tuna didominasi oleh nelayan longline 79,9 dan nelayan pancing tonda 19,2 sedangkang sisanya dihasilkan oleh nelayan gillnet 0,6 dan payang 0,3. Berdasarkan komposisi hasil tangkapan, nelayan longline lebih banyak menangkap bigeye tuna dibandingkan yellowfin tuna. Sebaliknya nelayan pancing tonda, nelayan gillnet dan nelayan payang lebih banyak menangkap yellowfin tuna dibandingkan bigeye tuna. Perusahaan tuna di Palabuhanratu dapat dibedakan menjadi dua katagori yaitu 1 perusahaan agen tuna yang memiliki unit penangkapan longline dan kapal carrier tetapi juga berfungsi sebagai agen pengumpul tuna dari unit penangkapan lain, dan 2 perusahaan penangkapan tuna yang berdomisili di Jakarta tetapi memanfaatkan PPN Palabuhanratu sebagai fishing base dan menempatkan karyawan untuk memfasilitasi kebutuhan operasional unit penangkapan longline serta proses distribusi hasil tangkapan ke Jakarta. Perusahaanagen yang bergerak di komoditas tuna ekspor adalah PT. Sari Segara Utama, CV. Rahayu Sentosa Prima, CV. Tuna Tunas Mandiri, CV Burhan dan CV. Prima Pratama. Berdasarkan pola distribusi tuna, nelayan tuna memasok ke agenperusahaan melalui bongkar muat di pelabuhan atau bongkar muat di atas kapal carrier. Agenperusahaan tuna tidak melakukan processing di PPN Palabuhanratu, artinya pada saat bongkar hasil tangkapan, pihak agen menyiapkan mobil box berkapasitas 6 ton sekitar 80 ekorbox. Dalam upaya mempertahankan rantai dingin pada mobil box, tuna diletakkan di antara lapisan es curah. Setelah proses bongkar muat dari kapal ke mobil box, tuna langsung dikirim ke Jakarta untuk proses packaging sesuai standar ekspor. Proses dari mulai bongkar muat di PPN Palabuhanratu sampai terdistribusi ke pasar di Jepang proses transaksi membutuhkan waktu sekitar 3 hari. Kemitraan yang terjalin antara nelayan ABK dan pemilik kapal pada unit penangkapan tuna berbeda-beda. Pada kapal longline, nelayan ABK diberlakukan sistem gaji harian dan fishing master diberlakukan sistem prosentase dari hasil ekspor. Pada kapal tonda, kemitraan antara pemilik kapal dan nelayan terjalin dalam bentuk sistem bagi hasil. Antara pemilik kapal tonda dan agenperusahaan tuna terjalin kemitraan dalam bentuk mitra beli atau mitra ekspor. Dalam bentuk 86 mitra beli, agenperusahaan membeli langsung tuna dari pemilik kapal. Pada sistem mitra ekspor, pemilik kapal tonda mengekspor tuna melalui jasa agenperusahaan dan harga jual tuna mengikuti harga eskpor. Artinya, resiko ekspor ditanggung pemilik kapal tonda. Agenperusahaan juga memberikan jasa angkutan distribusi dari PPN Palabuhanratu ke Jakarta. Model kemitraan ini terjalin antara perusahaan longline luar daerah dan agenperusahaan tuna Palabuhanratu dimana perusahaan longline tersebut tidak memiliki fasilitas transportasi dari Palabuhanratu menuju Jakarta. Selain distribusi tuna ke Jakarta melalui transportasi jalur darat, pada saat ini sedang diuji coba oleh Perusahaan X untuk mendistribusikan tuna melalui transportasi laut dengan mendesain kapal hemat BBM.

2. Sasaran rantai pasok

Baik tuna maupun layur sasaran utamanya adalah konsumen luar negeri. Sebagian besar produk layur Palabuhanratu dipasarkan ke Korea dan Cina sedangkan tuna diprioritaskan untuk pangsa pasar Jepang. Sebagian kecil produk tuna dan layur yang berkualitas rendah, sasaran pasarnya adalah pasar lokal. Sasaran pangsa pasar ekspor menuntut kualitas yang tinggi disamping kontinuitas produk. Bahkan tingkat higienis lingkungan usaha maupun lingkungan pelabuhan perikanan dapat mempengaruhi pangsa pasar ekspor. Agar sasaran rantai pasok dapat tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, dan biaya efisien, maka faktor infrastruktur transportasi memegang peranan penting di samping infrastruktur pelabuhan dan tingkat teknologi yang digunakan. Faktor-faktor tersebut akan membentuk keunggulan kompetitif yang tinggi jika dapat dikembangkan secara optimal. Dalam konsep manajemen rantai pasok, Marimin dan Maghfiroh 2011 menjelaskan bahwa keunggulan kompetitif yang tinggi dapat memberikan produk berkualitas dan pelayanan yang memuaskan kepada konsumen sasaran rantai pasok. Keunggulan kompetitif tersebut diwujudkan ke dalam kemampuan untuk memasok menyediakan produk kepada konsumen dengan baik, memadai, cepat, dan tepat. Artinya, keunggulan kompetitif harus dimiliki mulai dari produsen, distributor dan penjual sebagai pihak yang memasok produk hingga ke konsumen. 87

3. Manajemen rantai pasok

Pada model rantai pasok layur Gambar 20, nelayan, pedagang pengumpul pemilik kapal dan perusahaan memiliki andil yang besar dalam manajemen rantai pasok. Idealnya, peran nelayan khususnya nelayan pancing ulur adalah mendapatkan hasil tangkapan seoptimal mungkin. Pedagang pengumpul membeli hasil tangkapan nelayan pancing ulur dengan harga yang layak selanjutnya memasok layur ke pihak perusahaan. Faktor penting yang harus diperbaiki adalah sistem bagi hasil antara nelayan ABK dan pemilik kapal sehingga sistem transaksi yang diskriminatif dan monopoli bisa dikurangi bahkan jika mungkin dihilangkan. Artinya, diperlukan kesadaran kolektif yang tinggi dari pihak pemilik kapal untuk memperlakukan nelayan sebagai mitra kerja yang seimbang. Antara nelayan layur dan pemilik kapal tidak menggunakan sistem kesepakatan kontraktual tentang volume minimal hasil tangkapan maupun harga jual ikannya. Kesepakatan yang terjalin berbentuk kesepakatan informal atas dasar kepercayaan pemilik kapal kepada nelayan yang dipilih untuk mengoperasikan unit penangkapannya. Perusahan dan pemilik kapal juga tidak terjalin kesepakatan kontraktual mengenai kuota pasokan maupun harga. Kesepakatan kontraktual terjalin antara perusahaan dan pemilik kapal pedagang pengumpul ketika terjadi proses kemitraan pinjaman modal. Kesepakatan kontraktual jangka pendek terjalin antara perusahaan dan pembeli layur Korea dan Cina, artinya kuota ekspor layur berdasarkan stok yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan dan harga mengikuti fluktuasi pasar. Sistem transaksi yang diberlakukan adalah cash and carry . Pada unit penangkapan longline, antara pemilik kapal dan ABK terjalin kesepaktan kontrak kerja karyawan harian sedangkan antara fishing master dan pemilik kapal terjadi kontrak kerja berdasarkan produktivitas hasil tangkapan. Pemilik kapal memutuskan hubungan kerja dengan fishing master ketika hasil tangkapan per trip mengalami kerugian sebanyak 1-3 kali. Model kesepakatan kontrak kerja antara ABK dan fishing master nelayan pancing tonda dan pemilik kapal sama seperti yang terjadi pada unit penangkapan pancing ulur. Dalam proses transaksi jual beli hasil tangkapan antara pemilik kapal pancing tonda dan agenperusahaan tidak terjalin kesepakatan kontraktual mengenai kuota hasil 88 tangkapan maupun ketetapan harga. Artinya, pemilik kapal pancing tonda bebas memilih perusahaanagen sebagai mitra beli. Kesepakatan kontraktual jangka pendek terjalin antara perusahaanagen tuna dan pembeli tuna di pasar Jepang. Mengingat komoditas ikan ekspor tidak melalui proses pelelangan, pemerintah seharusnya melakukan pembinaan agar para pemilik kapal memiliki kesadaran kolektif dalam membentuk sistem perdagangan yang adil. Perusahaan pengekspor layur juga memiliki peran penting untuk menjamin produksi layur dari Palabuhanratu dapat terdistribusi ke pasar ekspor dengan kualitas yang baik dan memuaskan konsumen. Idealnya, pihak perusahaan tersebut memiliki kesadaran kolektif dalam rangka menciptakan transparansi harga dan daya saing secara vertikal dan horizontal. Sehingga pada akhirnya terjadi proses integrasi vertikal dan horizontal di antara anggota rantai pasok secara harmonis dan berkesinambungan. Integrasi vertikal adalah integrasi mulai dari produsen nelayan, pedagang pengumpul pemilik kapal sampai pihak perusahaan yang akan memasarkan produk ke konsumen. Artinya, kerja sama yang harmonis antara nelayan, pedagang pengumpul dan perusahaan merupakan faktor kunci kesuksesan integrasi vertikal. Integrasi horizontal adalah integrasi sesama anggota rantai pasok yang berada dalam satu level satu jenis usaha seperti integrasi antar nelayan, integrasi antar pedagang pengumpul dan integrasi antar perusahaan. Keuntungan yang diperoleh ketika terjadi integrasi vertikal maupun horizontal adalah 1 penguasaan pangsa pasar yang semakin meningkat, 2 penguasaan serta penggunaan teknologi yang semakin efisien, 3 saling mengisi antar anggota rantai pasok, baik dari pelayanan, kinerja produk hingga proses pendistribusianya, serta 4 bargaining power yang semakin besar dalam menghadapi persaingan global. Menurut Vorst et al. 2007 diacu Riadi 2012 integrasi tidak harus dilakukan pada seluruh proses, tetapi bisa dipilih sesuai kondisi dan kebutuhan dengan tetap konsisten pada tujuan untuk memenuhi tuntutan konsumen dan memenangkan persaingan. Riadi 2012 menjelaskan bahwa saling pengertian di antara mitra dagang dan berbagi informasi merupakan komponen terpenting untuk menjamin kesuksesan integrasi rantai pasok dan kolaborasi. Komitmen terhadap relasi dan kepercayaan pemasok berdampak positif terhadap stabilitas hubungan 89 kemitraan rantai pasok yang pada akhirnya memberikan dampak positif terhadap kinerja kemitraan.

4. Sumberdaya rantai pasok

Sumberdaya rantai pasok khususnya sumberdaya ikan merupakan faktor penting yang harus dijaga kelestariannya. Jika kelestarian sumberdaya ikan terganggu akan berdampak pada semakin susahnya nelayan produsen mendapatkan ikan bahan baku produk. Penurunan produksi nelayan berdampak pada penurunan kinerja anggota rantai pasok lainnya. Pihak perusahaan juga akan mengalami kerugian yang cukup besar jika pasokan ikan dari nelayan tidak lancar bahkan pada tingkat kerugian tertentu perusahaan akan bangkrut. Gambar 25 Trend produksi layur di PPN Palabuhanratu tahun 2003-2011. Gambar 26 Trend produksi tuna di PPN Palabuhanratu tahun 2003-2011. - 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 Tahun Pr o d u k s i K g Ikan Layur 114,591 145,537 188,993 222,642 246,691 203,203 103,230 36,730 147,864 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 - 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000 Tahun P ro d u ks i K g Yellowfin tuna 178,089 641,702 1,495,105 677,842 683,271 590,557 542,584 1,730,949 1,069,438 Bigeye tuna 69,865 103,625 273,246 562,035 1,289,866 1,403,295 1,272,155 2,525,957 1,940,034 Rata-rata 123,977 372,664 884,176 619,939 986,569 996,926 907,370 2,128,453 1,504,736 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011