25
4 Persaingan, Struktur dan Strategi Perusahaan Firm Strategy,
Structure, and Rivalry
Adanya tingkat persaingan bagi perusahaan akan mendorong kompetisi dan inovasi. Persaingan dalam negeri mendorong perusahaan
untuk mengembangkan produk baru, memperbaiki produk yang telah ada, menurunkan harga dan biaya, mengembangkan teknologi baru, dan
memperbaiki mutu serta pelayanan. Dalam hal ini, strategi perusahaan dibutuhkan untuk memotivasi perusahaan atau industri untuk selalu
meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dan selalu mencari inovasi baru.
Struktur perusahaan atau industri dapat menentukan daya saing dengan melakukan perbaikan dan inovasi. Dalam situasi persaingan, hal ini juga
akan berpengaruh pada strategi yang dijalankan perusahaan atau industri. Pada akhirnya persaingan di dalam negeri yang kuat akan mendorong
perusahaan untuk mencari pasar internasional.
5 Peran Pemerintah Government
Peran pemerintah akan berpengaruh terhadap faktor-faktor yang menentukan tingkat daya saing. Pemerintah bertindak sebagai fasilitator agar
perusahaan dan industri semakin meningkatkan daya saingnya. Pemerintah dapat mempengaruhi daya saing global melalui regulasi-regulasi dan
kebijakan yang memperlemah atau memperkuat faktor penentu daya saing tersebut. Pemerintah juga dapat memfasilitasi lingkungan industri yang
mampu memperbaiki kondisi faktor daya saing sehingga dapat berdaya guna secara efisien dan efektif.
6 Peran Kesempatan Chance Factor
Peran kesempatan berada di luar kendali perusahaan maupun pemerintah untuk mempengaruhi daya saing. Hal-hal seperti keberuntungan
merupakan peran kesempatan, seperti penemuan baru yang murni, biaya perusahaan yang konstan akibat perubahan harga minyak atau depresiasi
mata uang. Selain itu dapat juga terjadi karena peningkatan permintaan produk industri yang lebih besar dari pasokannya atau kondisi politik yang
menguntungkan daya saing.
26
Sumber: Porter 1990
Gambar 2 Model Berlian dalam peningkatan daya saing industri.
2.5 Klaster Industri Berbasis Perikanan Tangkap
Akhir-akhir ini muncul gagasan dan perilaku di kalangan pebisnis perikanan untuk mengembangkan industri perikanan, utamanya usaha mikro, kecil dan
menengah UKM dengan sistem klaster. Di kalangan pemerintah, pendekatan klaster dijalankan untuk membina UKM, terutama untuk komoditas perikanan
yang memiliki nilai jual yang tinggi namun dihasilkan dengan teknologi produksi skala kecil sederhana. Setidaknya ada dua prinsip penting pada sistem klaster
suatu industri yaitu 1 adanya kohesi kelompok yang sangat kuat di antara perusahaan-perusahaan yang berlokasi di suatu kawasan tertentu dan
menghasilkan komoditas yang sama, serta 2 adanya integrasi atau keterpaduan vertikal antara industri inti dengan industri sebagai pemasok faktor produksi dan
pembeli komoditas yang dihasilkan Nikijuluw 2005. Supomo 2006 mendefinisikan klaster industri sebagai kelompok industri
spesifik yang dihubungkan oleh jaringan mata rantai proses penciptaan peningkatan nilai tambah, baik melalui hubungan bisnis maupun non bisnis. Para
pelaku stakeholder klaster industri biasanya dikelompokkan kepada industri inti,
Change
FIRM STRATEGY, STRUCTURE, AND
RIVALRY
FACTOR CONDITIONS
DEMAND CONDITIONS
RELATED AND SUPPORTING
INDUSTRIES
Government
27 industri pemasok, industri pendukung, industri terkait dan pembeli serta institusi
pendukung non industri. Menurut Widodo et al. 2003, diacu dalam Supomo 2006 menjelaskan beberapa pengertian elemen-elemen dalam klaster industri
sebagai berikut: 1 Industri inti meliputi 1 industri yang merupakan perhatian atau tematik dan
biasanya dijadikan titik masuk kajian, dapat merupakan sentra industri, dan 2 industri yang maju dicirikan dengan adanya inovasi;
2 Industri pemasok meliputi 1 industri yang memasok dengan produk khusus, dan 2 pemasok khusus spesialis yang mendukung kemajuan
klaster dimana yang dipasok seperti bahan baku, bahan tambahan dan aksesoris;
3 Pembeli meliputi 1 distributor atau pemakai langsung, dan 2 pembeli yang sangat “penuntut” yang dapat menjadi pemacu kemajuan klaster.
Pembeli antara lain terdiri dari distributor, pengecer, dan pemakai langsung; 4 Industri pendukung meliputi 1 jasa barang, termasuk layanan pembiayaan
bank, modal ventura, 2 jasa angkutan, bisnis distribusi, konsultan bisnis, 3 infratruktur jalan raya, telekomunikasi, listrik, 4 peralatan
permesinan, alat bantu, 5 jasa pengemasan dan 6 penyedia jasa pengembangan bisnis business development services provider;
5 Industri terkait meliputi 1 industri yang menggunakan infrastruktur yang sama dengan industri inti, dan 2 industri yang menggunakan sumber daya
dari sumber yang sama; 6 Lembaga pendukung meliputi 1 lembaga pemerintah yang berupa penentu
kebijakan atau melaksanakan peran publik, 2 asosiasi profesi yang bekerja untuk kepentingan anggota, dan 3 lembaga pengembang swadaya
masyarakat yang bekerja pada bidang khusus yang mendukung. Selanjutnya Nikijuluw 2005 menjelaskan pula bahwa klaster industri
terdiri dari 1 perusahaan sejenis, umumnya perusahaan yang sama ukuran skala dan kapasitas usahanya, dan 2 UKM yang sejenis yang berkolaborasi atau
dikolaborasikan dengan perusahaan lain yang lebih besar skala dan kapasitas bisnisnya sebagai perusahaan pengelola atau pembina. Meskipun bukan
merupakan hal yang mutlak, kehadiran perusahaan besar ini bisa sangat