51
Tabel 3 Lanjutan
Pelaku sistem minapolitan Kebutuhan Pokok
2 Pengolah ikan - Keuntungan maksimal
- Mutu ikan yang baik - Jaminan kontinuitas produksi ikan
- Kemudahan mendapatkan bahan baku - Kemudahan memperoleh input pengolahan
- Kemudahan pasar - Keberlanjutan usaha
3 Konsumen lokal - Harga ikan stabil dan layak
- Jaminan keamanan produk - Mutu ikan yang baik
- Jaminan kontinuitas produksi ikan
4. Industri pendukung perbankan - Jaminan kelayakan usaha yang akan diberi modal
- Pengembalian kredit yang lancar - Peningkatan nasabah
5. Lembaga pendukung 1 Pengelola TPIPPI
- Terlaksananya pelelangan ikan yang baik dan berdaya saing tinggi
- Peningkatan jumlah unit penangkapan ikan yang melakukan pelelangan ikan
- Fasilitas PPI yang layak dan terus meningkat - Peningkatan aktivitas pendaratan ikan
- Pemberian pelayanan nyaman, baik dan berdaya saing
2 Dinas Kelautan dan Perikanan
- Produksi ikan dapat memenuhi kebutuhan pasar - Perlindungan kelestarian sumberdaya lkan
- Penegakan hukum - Pemberdayaan nelayan
- Peningkatan devisa
3 Dinas Pekerjaan Umum - Pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana
umum yang sesuai - Peningkatan kualitas dan kuantitas bangunan fisik
pelayanan publik 4 Dinas Pariwisata
- Peningkatan jumlah wisata bahari - Peningkatan daya saing obyek wisata bahari
- Peningkatan devisa - Pemberdayaan masyarakat
5 Bappeda - Peningkatan lapangan kerja
- Peningkatan pendapatan daerah PAD - Peningkatan perekonomian daerah
- Pengembangan wilayah pesisir terpadu
6 Koperasi nelayan - Peningkatan peranan KUD dalam kesejahteraan
nelayan - Peningkatan kesadaran masyarakat nelayan tentang
koperasi nelayan 7 Akademisi
- Penelitian dan pengembangan wilayah pesisir di Palabuhanratu
- Aktualisasi pengabdian masyarakat
52
4.1.2 Formulasi masalah
Formulasi masalah merupakan suatu kegiatan untuk memilih permasalahan yang dianggap paling penting untuk segera diselesaikan dari sekian banyak
permasalahan sehingga sistem minapolitan perikanan tangkap dapat berjalan dengan baik. Atas dasar tersebut formulasi masalah dilakukan dengan cara
menentukan akar masalah. Penentuan akar masalah dilakukan dengan pendekatan pohon masalah yang dibagi menjadi 3 bidang masalah yaitu 1 ekonomi, 2
sumberdaya alam dan lingkungan, serta 3 sosial kelembagaan. Pada bidang ekonomi, permasalahan yang paling mendasar adalah
kemiskinan nelayan. Berdasarkan diagram pohon masalah Gambar 11 dapat diketahui bahwa akar permasalahan kemiskinan nelayan adalah 1 jumlah unit
penangkapan ikan semakin meningkat, 2 kualitas SDM nelayan relatif rendah, 3 penggunaan teknologi relatif sederhana, 4 praktek monopoli harga, dan 5
keterbatasan modal.
Gambar 11 Akar permasalah kemiskinan nelayan di Palabuhanratu dengan pendekatan diagram pohon masalah.
Kemiskinan Nelayan Pendapatan rendah
Produktivitas rendah Harga rendah
Teknologi sederhana
Produksi menurun
Mutu ikan rendah
Kualitas SDM rendah
Persaingan usaha
Jumlah UPI banyak
Praktek Monopoli
Ikatan patront client
kuat Sistem bagi hasil tidak seimbang
Kesadaran penanganan
ikan rendah
Keterbatasan modal
Keterangan: : akar permasalahan
: penyebab masalah
53 Pada bidang sumber daya alam dan lingkungan, permasalahan mendasar
adalah penurunan stok sumber daya ikan SDI. Gambar 12 menunjukkan bahwa akar permasalahan terjadinya penurunan stok sumber daya ikan adalah 1
penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan, 2 perubahan iklim, cuaca dan musim, dan 3 tingginya upaya penangkapan, 4 sedimentasi dan pencemaran
pantai.
Gambar 12 Akar permasalahan penurunan stok sumberdaya ikan di
Palabuhanratu dengan pendekatan diagram pohon masalah.
Gambar 13 Akar permasalahan konflik pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan laut di Palabuhanratu dengan pendekatan diagram pohon
masalah.
Kinerja kelembagaan belum optimal
Koordinasi antar kelembagaan belum optimal
Konflik pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan laut
Tumpang tindih kewenangan pengelolaan pesisir dan laut
Perebutan fishing
ground
Penurunan stok sumber daya ikan
Alat tangkap tidak ramah lingkungan
Perubahan iklim, cuaca dan musim
Tingginya upaya penangkapan
Sedimentasi dan pencemaran pantai
Degradasi ekosistem perikanan pantai
Keterangan: : akar permasalahan
: penyebab masalah
Keterangan: : akar permasalahan
: penyebab masalah
54 Permasalahan mendasar dalam bidang sosial kelembagaan adalah konflik
pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan laut. Berdasarkan diagram pohon masalah Gambar 13 dapat diketahui bahwa akar permasalahan konflik pemanfaatan
ruang wilayah pesisir dan laut tersebut adalah 1 perebutan daerah penangkapan ikan, 2 koordinasi antar kelembagaan belum optimal, dan 3 kinerja kelembagaan
yang ada belum optimal.
4.1.3 Identifikasi sistem
Hasil identifikasi sistem berupa gambaran terhadap sistem minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu dalam bentuk diagram yaitu diagram lingkar
sebab-akibat causal loop dan diagram input-output. Pada diagram causal loop Gambar 14 terlihat keterkaitan dalam sistem minapolitan, yaitu kelembagaan
dan kebijakan pemerintah memberi kontribusi positif terhadap regulasi pengelolaan SDI. Regulasi pengelolaan SDI tersebut seharusnya dapat melindungi
kelestarian sumberdaya ikan, khususnya komoditas unggulan minapolitan tuna dan layur. Namun regulasi berdampak negatif terhadap teknologi penangkapan
ikan maupun unit penangkapan. Dengan regulasi, penggunaan jenis teknologi penangkapan dan jumlah total penangkapan dapat dibatasi agar tidak mengancam
ketersediaan SDI over fishing dan over capacity. Teknologi penangkapan ikan yang tidak terkontrol dan tidak ramah lingkungan juga akan memberikan dampak
negatif terhadap ketersediaan sumberdaya ikan. Kelembagaan dan kebijakan pemerintah daerah maupun pusat juga
berdampak positif terhadap industrialisasi perikanan yang menjadi kegiatan inti dalam pengembangan minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu. Dengan
terciptanya industrialisasi perikanan di kawasan PPN Palabuhanratu ini berdampak positif terhadap hasil tangkapan nelayan. Akan tetapi, secara tidak
langsung industrialisasi perikanan dapat berdampak negatif terhadap ketersediaan sumberdaya ikan jika tidak diimbangi dengan regulasi pengelolaan perikanan
yang tepat. Idealnya, regulasi tersebut tidak semata-mata untuk meningkatkan daya saing industri yang berbasis pada komoditas unggulan tetapi juga untuk
menjaga kelestarian SDI.
55 Pelayanan pelabuhan perikanan yang baik akan berpengaruh positif terhadap
pengembangan industrialisasi perikanan. Pemerintah daerah bersama pemerintah pusat melalui kebijakan dan perangkat kelembagaannya berperan menyediakan
saran dan prasarana pelabuhan perikanan. Sarana dan prasarana tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada armada penangkapan ikan dan
industri pengolahan ikan secara optimal. Fasilitas sarana aksesibilitas transportasi dan telekomunikasi yang disediakan pemerintah juga akan menjadi daya tarik
investor untuk berpartisipasi dalam pengembangan industrialisasi perikanan di kawasan PPN Palabuhanratu. Sarana transportasi dan telekomunikasi teknologi
informasi yang baik akan berdampak pada efisiensi biaya transaksi yang dikeluarkan oleh setiap anggota rantai pasok. Selain itu, proses integrasi antar
wilayah maupun integrasi antar pelaku dalam rantai pasok juga lebih optimal.
Gambar 14 Diagram sebab akibat causal loop sistem minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu.
Kelembagaan dan kebijakan Pemerintah
Teknologi Penangkapan
Ikan
Juragan Sistem
bagi hasil usaha
Pendapatan Kesejahteraan
Nelayan Stabilitas
Harga Ikan
Industri Pengolahan Ikan
Hasil Tangkapan
Perluasan Kredit
Penyerapan Tenaga Kerja
Mutu
Kredit Bank
Regulasi Pengelolaan SDI
Jumlah Unit Penangkapan
Ikan Ketersediaan
SDI
+
+
+ +
+
+
+ +
+ +
+ +
+
+ +
+ +
- +
-
Industrialisasi Perikanan
+ +
-
- +
+
Infrastuktur transportasi dan
telekomunikasi TPI
PAD
+
+ +
Pelayanan pelabuhan perikanan
+
Kualitas SDM
+
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+
56 Interaksi antara unit penangkapan dengan sumberdaya ikan diperoleh hasil
tangkapan. Hasil tangkapan ini akan dijual melalui mekanisme pasar yang idealnya dikelola oleh TPI dengan sistem pelelangan. Namun pemerintah
setempat menerapkan kebijakan khusus terhadap komoditas ikan ekspor tuna dan layur, yaitu proses penjualan komoditas ikan ekspor tidak dilakukan melalui
mekanisme pelelangan. Mekanisme pasar pada komoditas ikan ekspor ditentukan oleh interaksi pola kerja sama kemitraan antara perusahaan eksportir, pemilik
kapal pedagang pengumpul dan nelayan. Pola kerjasama antara nelayan ABK dan pemilik kapal juragan dilakukan dengan sistem bagi hasil usaha. Sistem bagi
usaha yang adil akan berdampak positif pendapatan dan kesejahteraan nelayan. Selain itu, hasil tangkapan dipengaruhi oleh kualitas SDM nelayan. Jika
kualitas SDM nelayan dalam kondisi optimal akan berdampak posisif terhadap hasil tangkapan dan mutu yang dihasilkan. Produktivitas dan mutu hasil
tangkapan tersebut akan berdampak positif terhadap stabilitas harga ikan. Resultan dari stabilitas harga ikan, produktivitas hasil tangkapan dan sistem bagi
hasil usaha berdampak positif terhadap pendapatan dan kesejahteraan nelayan. Jika pendapatan dan kesejahteraan nelayan terpenuhi akan berdampak positif
terhadap penyerapan kredit perbankan bahkan sangat mungkin terjadinya perluasan kredit. Peluang perluasan kredit tersebut berdampak positif terhadap
perluasan skala usaha penangkapan ikan maupun usaha sampingan lainnya dalam bentuk pengembangan usaha alternatif. Selain itu, peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan nelayan juga dapat menjadi salah satu daya dorong untuk meningkatkan kualitas SDM nelayan.
Retribusi yang dihasilkan dari pajak menjualan produk dari industri pengolahan ikan eksportir akan berdampak positif terhadap PAD. Pada dasarnya
PAD ini akan digunakan sebagai dana pembangunan di bidang perikanan khususnya untuk pengembangan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi
serta fasilitas pelabuhan perikanan. Keberadaan industri pengolahan ikan dan jumlah unit penangkapan ikan akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja di
kawasan minapolitan. Ketika terjadi penyerapan tenaga kerja yang signifikan, maka diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan pembangunan kawasan
minapolitan di Palabuhanratu.
57
Gambar 15 Diagram input-output sistem minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu.
Berdasarkan diagram lingkar sebab akibat kemudian direpresentasikan dalam bentuk diagram input output sebagaimana Gambar 15. Diagram input
output Gambar 15 menggambarkan hubungan antara input, proses dan output.
Masukan input meliputi input terkendali, input tak terkendali, input lingkungan dan beberapa keluaran output meliputi output yang dikehendaki dan tak
dikehendaki. Output yang tidak dikehendaki dapat diatasi dengan mekanisme
SISTEM MINAPOLITAN PERIKANAN TANGKAP
DI PALABUHANRATU INPUT TIDAK TERKENDALI
- Stok sumberdaya ikan kg - Musim penangkapan bulan
- Fluktuasi harga ikan Rpkg - Kondisi perairan
- Daerah penangkapan ikan - Nelayan dari daerah lain
- Banyaknya supply ikan dari
daerah lain melalui transportasi darat ke PPN Palabuhanratu
INPUT TERKENDALI
- Teknologi penangkapan ikan ukuran kapal dan alat tangkap
- Jumlah kapal unit - Investasi Rp
- Teknologi penanganan hasil tangkapan
- Sumberdaya manusia keahlian, ketrampilan, dan kinerja
- Sarana, prasarana dan infrastruktur
- Kebijakan dan kelembagaan
OUTPUT DIKEHENDAKI
- Peningkatan produksi, produktivitas dan kualitas produk kelautan dan
perikanan - Peningkatan pendapatan nelayan
- Integrasi pasar, rantai pasok dan kelembagaan minapolitan
- Pengembangan kawasan minapolitan sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi daerah
OUTPUT TIDAK DIKEHENDAKI
- Kemiskinan nelayan - Kelangkaan sumberdaya ikan
- Konflik pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan laut
- Praktek monopoli dan bisnis tidak sehat di kawasan minapolitan
- Tumpang tindih kewenangan dalam pengembangan minapolitan
- Nelayan kecil semakin terpinggirkan - Pola kerja sama kemitraan yang
kurang adil
Lingkungan
- Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 412009 - Keputusan Menteri Kelautan No.322010
- Keputusan Bupati Sukabumi No.523Kep.565-Dislutkan2010 - Keputusan Bupati Sukabumi No.523.05Kep.565-Dislutkan2010
MANAJEMEN PENGENDALIAN
58 kontrol yang dibutuhkan dalam sistem minapolitan perikanan tangkap di
Palabuhanratu. Input
terkendali memiliki peranan sangat penting dalam sistem minapolitan perikanan tangkap terutama kegiatan operasi penangkapan ikan tuna maupun
layur yang menjadi komoditas unggulan daerah. Input terkendali meliputi teknologi penangkapan ikan, jumlah kapal, investasi, teknologi penanganan hasil
tangkapan, sumberdaya manusia ketrampilan, keahlian dan kinerja, sarana, prasarana dan infrastruktur serta kebijakan dan kelembagaan. Semua input
masukan dalam sistem ditujukan untuk membangun sistem minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu yang diharapkan dapat menghasilkan output
yang dikehendaki yaitu 1 peningkatan produksi, produktivitas dan kualitas produk kelautan dan perikanan, 2 peningkatan pendapatan nelayan, 3 integrasi
pasar, rantai pasok dan kelembagaan minapolitan, 4 pengembangan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi daerah. Hasil ini output yang
dikehendaki dapat dicapai dengan memanipulasi input terkendali, tak terkendali, dan input lingkungan.
Input tak terkendali meliputi stok sumberdaya ikan, musim penangkapan,
daerah penangkapan ikan, fluktuasi harga ikan, kondisi perairan, nelayan dari daerah lain dan banyaknya pengiriman ikan dari daerah lain melalui jalur
transportasi darat ke PPN Palabuhanratu. Sistem minapolitan perikanan tangkap tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol input ini, tetapi input ini diperlukan
agar sistem dapat berfungsi. Input
lingkungan yang mempengaruhi sistem adalah beberapa regulasi yang terdapat dalam sistem minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu. Mengacu
pada Masterplan Kawasan Penunjang Minapolitan Palabuhanratu Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi 2011
c
, regulasi yang menjadi dasar hukum dalam sistem minapolitan di Pababuhanratu sebagai berikut:
1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
4 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
59 5 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas
UU Nomor 32 tentang Pemerintah Daerah 7 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan
8 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan
Pemerintah KabupatenKota 9 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional 10 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2008 tentang
Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh di Daerah 11 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 41 Tahun 2008 tentang
Penetapan Lokasi Pengembangan Kawasan Minapolitan 12 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.KEP.31MEN2010
tentang Penetapan Kawasan Minapolitan Kota 13 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.KEP.18MEN2011
tentang Pedoman Umum Minapolitan 14 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 39 Tahun 2011
tentang Penetapan Lokasi Minapolitan 15 Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Propinsi Jawa Barat 2008-2013
16 Peraturan Daerah Kabupataen Sukabumi Nomor 13 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sukabumi
Tahun 2005-2025 Lembaran Daerah Kabupaten Sukabumi Tahun 2009 Nomor 13
Selanjutnya Nasrudin 2010 menambahkan beberapa regulasi terkait lainnya, yaitu 1 Keputusan Bupati Sukabumi Nomor 523Kep.565-
Dislutkan2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan Berbasis Perikanan Tangkap di Kabupaten Sukabumi, dan 2 Keputusan Bupati Sukabumi Nomor