68
BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN PENGURUS YAYASAN DALAM
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI PERGURUAN TINGGI BERDASARKAN PUTUSAN MA Reg. 275 K PID.SUS2012 TENTANG
YAYASAN UISU
A. Yayasan UISU Sebagai Penyelenggara Pendidikan Perguruan Tinggi
Yayasan Universitas Islam Sumatera Utara UISU merupakan Yayasan yang bergerak di bidang penyelenggaraan pendidikan, yaitu perguruan tinggi. Yayasan
ini pada awalnya bernama Yayasan Perguruan Tinggi Islam Indonesia, yang didirikan pada hari Selasa tanggal 3 Januari 1951. Yayasan Universitas Islam
Sumatera Utara UISU merupakan Badan Wakaf yang dikelola dan dibina menurut Hukum Islam terhitung sejak hari Kamis tanggal 2 Februari 1978.
77
Yayasan UISU memiliki misi untuk melaksanakan pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan dakwah Islamiyah
secara professional untuk membentuk sarjana Muslim dan Nasional yang berkualitas, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, berilmu dan beramal sholeh,
turut serta berperan dalam pembangunan ummat Islam, agama, bangsa, dan negara Republik Indonesia demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat manusia.
78
Yayasan UISU yang menyelenggarakan Universitas Islam Sumatera Utara memiliki tujuan membentuk manusia seutuhnya yang sadar akan dirinya sebagai
hamba Allah sekaligus sebagai Khilafah di Bumi, melakukan penelitian dan usaha penyempurnaan serta peningkatan mutu dalam lapangan ilmu pengetahuan agama
Islam, ilmu pengetahuan umum, teknologi, seni, kebudayaan dan kemasyarakatan sesuai ajaran Islam, dan menggali sumber ilmiah yang berfaedah bagi
77
Pasal 5, Statuta Yayasan Universitas Islam Sumatera Utara, Tahun 2003
78
Ibid, Pasal 3
78
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan agama Islam untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umat yang tidak bertentangan dengan harkat
martabat manusia dan kaidah – kaidah Islam.Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut Universitas UISU menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran,
penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan dakwah Islamiyah
79
B. Putusan Mahkamah Agung No Reg. 275 KPid.Sus2012
Namun, pada tahun 2006 terjadi konflik didalam kepengurusan Yayasan UISU, sehingga Yayasan UISU terbagi menjadi dua versi Yayasan, yaitu Yayasan
UISU Al Munawarah, dan Yayasan UISU Al Manar. Dualisme dalam kepengurusan Yayasan ini yang pada akhirnya menyebabkan munculnya masalah
– masalah dalam penyelenggaraan Universitas Islam Sumatera Utara, terutama permasalahan atas izin penyelenggaraan pendidikan.
1. Kronologis Kasus
Dalam kurun waktu 2009 dan 2010, Terdakwa, Ir. Helmi Nasution M.Hum yang merupakan Ketua Umum Yayasan UISU berdasarkan Akta Tengku Perdana
Sulaeman No. 2 Tahun 2006 tentang Kepengurusan Yayasan Universitas Islam Sumatera Utara, bersama – sama dengan Chairul M. Mursin selaku Rektor
Universitas Islam Sumatera Utara menyelenggarakan pendidikan pada Universitas Islam Sumatera Utara, yaitu dengan menerima mahasiswa baru dan
menyelenggarakan perkuliahan pada 9 Sembilan program pendidikan strata 1 dan 1 satu program pasca sarjana. Dimana selama tahun 2009 jumlah mahasiswa
79
Ibid, Pasal 4
79
yang diterima adalah kurang lebih 1594 seribu lima ratus Sembilan puluh empat untuk pendidikan tingkat strata 1 S1 dan kurang lebih 83 delapan puluh tiga
orang untuk pendidikan tingkat strata 2 S2 dan selama tahun 2010 adalah kurang lebih 942 sembilan ratus empat puluh dua orang untuk pendidikan tingkat strata
1 S1. Selama kurun waktu tahun 2009 dan 2010 Terdakwa Helmi Nasution.
bertindak selaku Ketua Umum Yayasan Universitas Islam Sumatera Utara UISU dengan Chairul M. Mursin selaku Rektor Universitas Islam Sumatera Utara
UISU juga telah melaksanakan wisuda sebanyak 3 tiga kali yaitu: a.
Pada periode III tahun 2009 tanggal 29 Desember 2009 kurang lebih sejumlah 4460 empat ratus enam puluh orang alumni
dengan perincian: 1
Fakultas Hukum : 26 orang 2
Fakultas Ekonomi: 53 orang 3
Fakultas Sastra: 55 orang 4
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan: 96 orang 5
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik : 6 orang 6
Fakultas Pertanian : 34 orang 7
Fakultas Kedokteran: 104 orang 8
Fakultas Teknik : 74 orang 9
Magister Manajemen: 11 orang 10
Magister Sastra Inggris : 1 orang
80
b. Pada periode I tahun 2010 tanggal 21 dan 22 April 2010 kurang
lebih sejumlah 633 enam ratus tiga puluh tiga orang alumni dengan perincian:
1 Fakultas Hukum : 239 orang
2 Fakultas Agama Islam : 48 orang
3 Fakultas Ekonomi : 177 orang
4 Fakultas Sastra : 31 orang
5 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan : 11 orang
6 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik : 4 orang
7 Fakultas Pertanian : 24 orang
8 Fakultas Kedokteran : 49 orang
9 Fakultas Teknik : 43 orang
10 Magister Manajemen : 8 orang
c. Pada periode II tahun 2010 tanggal 3 agustus 2010 kurang lebih
sejumlah 508 lima ratus delapan orang alumni dengan perincian: 1
Fakultas Hukum : 97 orang 2
Fakultas Agama Islam : 12 orang 3
Fakultas Ekonomi : 177 orang 4
Fakultas Sastra : 35 orang 5
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan : 131 orang 6
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik : 25 orang 7
Fakultas Pertanian : 14 orang 8
Fakultas Kedokteran : 4 orang
81
9 Fakultas Teknik : 57 orang
10 Magister Ilmu Hukum: 54 orang
11 Magister Linguistik : 2 orang
Dalam setiap pelaksanaan wisuda tersebut, Chairul M. Mursin selalu melaporkannya kepada Terdakwa. Kemudian Terdakwa selaku Ketua Yayasan
UISU memimpin pada setiap pelaksanaan wisuda yang diselenggarakan di Auditorium UISU yang terletak di kampus induk Al Munawarah Jl. SM. Raja
Kel. Teladan Barat Kec. Medan Kota, dan memberikan ijazah yang telah ditandatangani oleh Chairul M. Mursin selaku Rektor kepada para wisudawan.
Namun akibat terjadi konflik di dalam Yayasan UISU, sehingga UISU terbagi menjadi dua Yayasan, maka Menteri Pendidikan Nasional selaku
penanggung jawab sistem pendidikan nasional menerbitkan Surat Nomor: 131MPNDT2009 tanggal 11 September 2009 perihal penyelesaian masalah
UISU yang ditujukan kepada Ketua Umum Yayasan UISU dalam hal ini Usman Pelly yang pada pokoknya menyatakan : Yayasan yang dipimpin oleh Usman
Pelly memiliki hak dan kewenangan untuk mengelola Perguruan Tinggi Universitas Islam Sumatera Utara disingkat UISU beserta seluruh sumber daya
yang dimiliki. Pihak Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi telah memanggil para pihak
yaitu: Rektor Usman dan Chairul M. Mursin dan menyatakan bahwa yang berhak atas Universitas Islam Sumatera Utara UISU adalah Usman dan meminta agar
Chairul M. Mursin agar mematuhi Surat Menteri Pendidikan Nasional No.
82
131MPNDT2009 tanggal 11 September 2009 perihal penyelesaian masalah UISU tersebut.
Pihak Kopertis Wilayah 1 Nangroe Aceh Darusalam – Sumatera Utara dengan surat nomor: 057L.1.2.1PS2010 tanggal 12 April 2010 yang ditujukan
kepada Chairul M. Mursin sudah melarang pelaksanaan wisuda dan sekaligus melarang melakukan penerimaan mahasiswa baru serta melaksanakan kegiatan
belajar mengajar dengan mengatas namakan Universitas Islam Sumatera Utara UISU. Namun baik Terdakwa Helmi Nasution. maupun Chairul M. Mursin tidak
mengindahkannya.
2. Dakwaan
Didalam surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum, perbuatan Terdakwa didakwa dengan 2 dakawaan yang dirumuskan secara alternatif, yaitu:
Pertama: Perbuatan Terdakwa diatur dan diancam pidana sebagaimana dalam Pasal 67 ayat
1 Undang – undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional jo Pasal 55 ayat 1 Ke-1 KUHP yang berbunyi:
Pasal 67 ayat 1: “Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara pendidikan yang memberikan
ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi, dan atau vokasi tanpa hak dipidana dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun danatau pidana denda
paling banyak Rp 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah.” Pasal 55 ayat 1 Ke-1 KUHP:
“1 Dihukum sebagai orang yang melakukan peristiwa pidana:
83
1. Orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau turut melakukan
perbuatan itu “ Atau Kedua:
Perbuatan Terdakwa diatur dan diancam pidana sebagaimana Pasal 71 Undang – undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional jo Pasal 55 ayat 1 Ke-1 KUHP yang berbunyi: Pasal 71:
“Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan tanpa izin Pemerintah atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat 1 dipidana
dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun danatau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah.”
Pasal 55 ayat 1 Ke-1 KUHP: “1 Dihukum sebagai orang yang melakukan peristiwa pidana:
1. Orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau turut melakukan
perbuatan itu ”
3. Tuntutan
Berdasarkan hasil pemeriksaan di persidangan, Jaksa Penuntut Umum menuntut Terdakwa sebagai berikut:
1. Menyatakan Terdakwa Helmi Nasution secara sah dan meyakinkan
telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana “secara bersama – sama memberikan ijazah tanpa hak” sebagaimana yang didakwakan
dalam dakwaan pertama melanggar Pasal 67 ayat 1 Undang – undang
84
Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Helmi Nasution dengan pidana
penjara selama 2 dua tahun dan denda sebesar Rp. 200.000.000,- dua ratus juta rupiah subsidair 3 tiga bulan kurungan
3. Menetapkan barang bukti berupa:
a. Surat dari Chairul M. Mursin mengatas namakan Rektor UISU
mengirimkan nama-nama peserta Wisuda Periode Pertama2010 tanggal 3 April 2010;
b. Surat dari Koordinator Kopertis Wilayah – 1 NAD – SUMUT
Nomor: 057L.1.2.1.PS2010 tanggal 12 April 2010 tentang larangan kepada Chairul M. Mursin untuk melakukan wisuda
dan penerimaan mahasiswa baru atas nama UISU; c.
Kwitansi pembayaran SPP Uang Kuliah Pembayaran pada tahun 2006 – 2007 sebesar Rp. 3.850.000,- tiga juta delapan
ratus lima puluh ribu rupiah yang disetorkan kepada Marnelly pada tanggal 23 Februari 2008;
d. Kwitansi pembayaran SPP Uang kKuliah Pembayaran pada
tahun 2007 – 2008 sebesar Rp.5.500.000,- lima juta lima ratus ribu rupiah yang disetorkan kepada Irwansyah Harahap, SE
pada tanggal 14 Februari 2008 e.
Kwitansi pembayaran SPP Uang kKuliah Pembayaran pada tahun 2008 – 2009 sebesar Rp.5.500.000,- lima juta lima ratus
85
ribu rupiah yang disetorkan kepada Najamuddin Nasution, S.Sos pada tanggal 18 Juli 2008.
f. Kwitansi pembayaran SPP Uang kKuliah Pembayaran pada
tahun 2008 – 2009 sebesar Rp.5.500.000,- lima juta lima ratus ribu rupiah yang disetorkan kepada Irwansyah Harahap, SE
pada tanggal 14 Februari 2008 g.
1 satu lembar ijazah mahasiswi Fakultas kedokteran a.n Elfida Sari ditandatangani oleh Rektor a.n Chairul M. Mursin
dengan Dekan a.n. Rahmad Nasution h.
Surat transkrip nilai Pendidikan Profesi Dokter dari Fakultas Kedokteran UISU atas nama Elfida Sari Haarahap dengan
nomor seri : 09.71.08.1.092 tanggal 13 Juli 2009 yang ditandatangani oleh Rektor a.n. Chairul M. Mursin dengan
Dekan a.n. Rahmad Nasution Terlampir dalam berkas perkara a.n Chairul M. Mursin
4. Menetapkan agar terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp.
5000,- lima ribu rupiah
86
5. Putusan
A. Amar Putusan
1. Putusan Pengadilan Negeri Nomor: 4046Pid.B2010PN.Mdn
Putusan Mahkamah Agung No Reg. 275 KPid.Sus2012 merupakan putusan kasasi atas putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor:
4046Pid.B2010PN.Mdn tanggal 06 Juli 2011 yang amar selengkapnya sebagai berikut:
1. Menyatakan perbuatan yang didakwakan kepadaTerdakwa Helmi
Nasution terbukti akan tetapi perbuatan yang terbukti itu tidak merupakan suatu tindak pidana ;
2. Melepaskan Terdakwa oleh karena itu dari segala tuntutan hukum ;
3. Memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan harkat
serta martabatnya; 4.
Memerintahkan barang bukti berupa: a.
Surat dari Chairul M. Mursin mengatas namakan Rektor UISU mengirimkan nama-nama peserta Wisuda Periode Pertama2010
tanggal 3 April 2010; b.
Surat dari Koordinator Kopertis Wilayah – 1 NAD – SUMUT Nomor: 057L.1.2.1.PS2010 tanggal 12 April 2010 tentang
larangan kepada Chairul M. Mursin untuk melakukan wisuda dan penerimaan mahasiswa baru atas nama UISU;
c. Kwitansi pembayaran SPP Uang Kuliah Pembayaran pada tahun
2006 – 2007 sebesar Rp. 3.850.000,- tiga juta delapan ratus lima
87
puluh ribu rupiah yang disetorkan kepada Marnelly pada tanggal 23 Februari 2008;
d. Kwitansi pembayaran SPP Uang kKuliah Pembayaran pada tahun
2007 – 2008 sebesar Rp.5.500.000,- lima juta lima ratus ribu rupiah yang disetorkan kepada Irwansyah Harahap, SE pada
tanggal 14 Februari 2008 e.
Kwitansi pembayaran SPP Uang kKuliah Pembayaran pada tahun 2008 – 2009 sebesar Rp.5.500.000,- lima juta lima ratus ribu
rupiah yang disetorkan kepada Najamuddin Nasution, S.Sos pada tanggal 18 Juli 2008.
f. Kwitansi pembayaran SPP Uang kKuliah Pembayaran pada tahun
2008 – 2009 sebesar Rp.5.500.000,- lima juta lima ratus ribu rupiah yang disetorkan kepada Irwansyah Harahap, SE pada
tanggal 14 Februari 2008 g.
1 satu lembar ijazah mahasiswi Fakultas kedokteran a.n Elfida Sari ditandatangani oleh Rektor a.n Chairul M. Mursin dengan
Dekan a.n. Rahmad Nasution h.
Surat transkrip nilai Pendidikan Profesi Dokter dari Fakultas Kedokteran UISU atas nama Elfida Sari Haarahap dengan nomor
seri : 09.71.08.1.092 tanggal 13 Juli 2009 yang ditandatangani oleh Rektor a.n. Chairul M. Mursin dengan Dekan a.n. Rahmad
Nasution Terlampir dalam berkas perkara lain a.n Chairul M. Mursin.
88
5. Membebankan biaya perkara kepada negara.
2. Putusan Mahkamah Agung Nomor 275 KPid.Sus2012
Kemudian Jaksa Penuntut Umum mengajukan permohonan Kasasi dengan Nomor:84Akta Pid2011PN.Mdn yang diajukan pada tanggal 18 Juli 2011 serta
memori kasasi pada tanggal 28 Juli 2011. Atas permohonan kasasi oleh Jaksa Penuntut Umum tersebut, Mahkamah Agung mengabulkan permohonan tersebut
melalui Putusan No Reg. 275 KPid.Sus2012 yang Amarnya adalah sebagai berikut:
1. Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : Jaksa
Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Medan tersebut: 2.
Membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor : 4046Pid.B2010PN.Mdn tanggal 06 Juli 2011.
Mengadili Sendiri
1. Menyatakan Terdakwa Ir. Helmi Nasution M.Hum terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “secara bersama-sama memberikan ijazah tanpa hak”
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Helmi Nasution oleh
karena itu dengan pidana penjara selama 1 satu tahun. 3.
Menetapkan bahwa pidana tersebut tidak usah dijalani, kecuali apabila dikemudian hari ada perintah lain dengan putusan Hakim,
karena Terdakwa sebelum masa percobaan selama 2 dua tahun berakhir telah melakukan perbuatan yang dapat dipidana.
89
4. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa untuk membayar denda
sebesar Rp. 200.000.000,- dua ratus juta rupiah dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan pidana
kurungan selama 3 tiga bulan. 5.
Menetapkan barang bukti berupa: a.
Surat dari Chairul M. Mursin mengatas namakan Rektor UISU mengirimkan nama-nama peserta Wisuda Periode
Pertama2010 tanggal 3 April 2010; b.
Surat dari Koordinator Kopertis Wilayah – 1 NAD – SUMUT Nomor: 057L.1.2.1.PS2010 tanggal 12 April
2010 tentang larangan kepada Chairul M. Mursin untuk melakukan wisuda dan penerimaan mahasiswa baru atas
nama UISU; c.
Kwitansi pembayaran SPP Uang Kuliah Pembayaran pada tahun 2006 – 2007 sebesar Rp. 3.850.000,- tiga juta
delapan ratus lima puluh ribu rupiah yang disetorkan kepada Marnelly pada tanggal 23 Februari 2008;
d. Kwitansi pembayaran SPP Uang kKuliah Pembayaran
pada tahun 2007 – 2008 sebesar Rp.5.500.000,- lima juta lima ratus ribu rupiah yang disetorkan kepada Irwansyah
Harahap, SE pada tanggal 14 Februari 2008 e.
Kwitansi pembayaran SPP Uang kKuliah Pembayaran pada tahun 2008 – 2009 sebesar Rp.5.500.000,- lima juta
90
lima ratus ribu rupiah yang disetorkan kepada Najamuddin Nasution, S.Sos pada tanggal 18 Juli 2008.
f. Kwitansi pembayaran SPP Uang kKuliah Pembayaran
pada tahun 2008 – 2009 sebesar Rp.5.500.000,- lima juta lima ratus ribu rupiah yang disetorkan kepada Irwansyah
Harahap, SE pada tanggal 14 Februari 2008 g.
1 satu lembar ijazah mahasiswi Fakultas kedokteran a.n Elfida Sari ditandatangani oleh Rektor a.n Chairul M.
Mursin dengan Dekan a.n. Rahmad Nasution. Surat transkrip nilai Pendidikan Profesi Dokter dari Fakultas
Kedokteran UISU atas nama Elfida Sari Haarahap dengan nomor seri : 09.71.08.1.092 tanggal 13 Juli 2009 yang
ditandatangani oleh Rektor a.n. Chairul M. Mursin dengan Dekan a.n. Rahmad Nasution
Terlampir dalam berkas perkara lain a.n Chairul M. Mursin. Membebankan Terdakwa tersebut untuk membayar biaya perkara
dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp. 2500,- dua ribu lima ratus rupiah
B. Ringkasan Pertimbangan Majelis Hakim
1. Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan pertama mempertimbangkan dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang pertama yaitu Pasal 67 ayat 1 UURI No
91
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP yang unsurnya sebagai berikut:
1. Unsur perorangan, organisasi atau penyelenggara pendidikan 2. Unsur memberikan ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi
dan atau vokasi 3. Unsur Tanpa Hak
4. Unsur turut serta Menimbang bahwa dari fakta yang terungkap di persidangan bahwa sejak
tahun 2006 sampai sekarang terdakwa menjabat sebagai Ketua Yayasan UISU Medan yang Mengelola Kampus UISU di Jalan Sisisngamangaraja, Kelurahan
Teladan barat, Kota Medan dimana didalam kampus tersebut dilakukan kegiatan belajar mengajar seperti layaknya sebuah universitas yang dipimpin oleh rektor
dan beberapa dekan sesuai dengan program pendidikan yang dimilikinya. Menimbang bahwa sebagai Ketua Yayasan UISU kemudian terdakwa
mengangkat seorang Rektor Chairul M Mursin yang kemudian melakukan penerimaan siswa baru dan melakukan kegiatan wisuda bagi para alumni UISU
sebagai bentuk kegiatan pendidikan yang meneruskan aktifitas UISU yang telah beroperasi sejak tahun 1952 sehingga kegiatan belajar mengajar tidak terhenti
sampai sekarang. Menimbang dari uraian pertimbangan tersebut diatas, terdakwa bersama
dengan Rektor dekan dan seluruh staf pengajar maupun staf administrasi yang melakukan kegiatan belajar mengajar adalah termasuk suatu organisasi
92
penyelenggara pendidikanbernama UISU Jalan Sisingamangaraja medan, oleh karena itu unsur ini telah terpenuhi.
Menimbang dari fakta yang terungkap di persidangan baik keterangan terdakwa maupun para saksi dan bukti surat berupa ijazah yang diajukan di
persidangan, terdakwa sebagai ketua Yayasan UISU yang mengangkat Chairul M Mursin sebagai Rektor UISU pada tahun 2009 – 2010 telah melakukan wisuda
para sarjana yang telah lulus dalam perkuliahan di UISU jalan Sisingamangaraja Medan.
Menimbang bahwa dari keterangan para saksi dipersidangan bahwa para alumni UISU Jalan Sisingamangaraja setelah menerima ijazah dan menyandang
gelar akademik dari UISU Jalan Sisingamangaraja – medan kemudian mereka menggunakan ijazahnya untuk mendaftar mengikuti tes menjadi PNS di Instansi
Pemerintah maupun karyawan swasta di perusahaan, dengan demikian unsur ini telah terpenuhi.
Menimbang bahwa dari keterangan saksi saksi Terdakwa sendiri dimuka persidangan sehingga menjadi suatu fakta bahwa UISU Jalan Sisingamangaraja
sejak pertama berdiri tahun 1952 sebenarnya memiliki ijin pendirian sebuah perguruan tinggi namun ijijn operasional berakhir tahun 2007.
Menimbang bahwa menjelang berakhirnya masa ijin program pendidikan yang dimiliki UISU, kemudian Rektor UISU Chairul M Mursin mengajukan
permohonan perpanjangan ijin operasional program pendidikan dengan melengkapi persyaratan yang diperlukan kepada Kopertis Wilayah 1, namun
permohonan ijin operasional tersebut tidak mendapat jawaban dari pihak Kopertis
93
Wilayah 1 sampai masa berlakunya tersebut habis pada tahun 2007, sehingga program pendidikan yang dimiliki UISU dibawah pengelolaan Terdakwa dan
Chairul M Mursin melakukan kegiatan belajar mengajar tanpa adanya ijin operasional program dari pihak yang bewenang yaitu Kopertis Wilayah 1.
Menimbang dari pertimbangan tersebut, unsur ketiga yaitu tanpa hak telah terpenuhi.
Menimbang bahwa bermula dari adanya kemelut di Kepengurusan Yayasan UISU yang mengelola UISU di Jalan Sisingamangaraja Medan pada
tahun 2006 terdakwa duduk sebagai ketua Yayasan UISU sehingga terjadi dualisme Kepengurusan Yayasan.
Menimbang bahwa dengan adanya dualisme Kepengurusan Yayasan UISU kemudian atas permohonan Usman Pelly yang mengajukan surat kepada
Mendiknas perihal penyelesaian masalah Yayasan UISU, kemudian Menteri Pendidikan Nasional menjawab surat yang dimaksud dengan Surat
No.131MPNDT2009 tanggal 11 September 2009 perihal penyelesaian Yayasan UISU
Menimbang bahwa didalam surat dimaksud pada pokoknya meminta kepada Usman Pelly untuk menyelesaikan dualisme pengelolaan Yayasan UISU
tanpa diskriminatif dan disamping itu juga terdapat pengakuan dari Mendiknas terhadap Usman Pelly sebagai pengelola Yayasan UIsu sehingga surat tersebut
tidak dapat menyelesaikan permasalahan adanya dualisme kepengurusan Yayasan yang mengelola UISU karena kenyataannya sampai saat ini Usman Pelly sebagai
94
pihak yang diminta untuk menyelesaikan tidak dapat menyelesaikan permasalahana sesuai isi dari surat Mendiknas tersebut.
Menimbang bahwa dari fakta yang terungkap di persidangan bahwa pihak Kopertis Wilayah 1 sebagai Pembina Perguruan Tinggi Swasta tidak tegas
menyikapi adanya kemelut persoalan pengelolaan UISU sehingga dengan sikap Kopertis yang masih mempekerjakan sebagai tenaga pengajar dosen Kopertis di
UISU Sisingamangaraja hal ini berarti Kopertis Wilayah 1 tidak melarang adanya kegiatan belajar mengajar di UISU jalan Sisingamangaraja medan walaupun dari
pihak UISU Sisingamangaraja mengajukan perpanjangan ijin operasional program tidak mendapat jawaban dari Kopertis Wilayah 1 sejak tahun 2007.
Menimbang bahwa dengan adanya dua versi kepengurusan Yayasan UISU tersebut, maka pengadilan berpendapat bahwa perbuatan terdakwa yang
meneruskan pengelolaan kampus UISU di Jalan Sisingamangaraja Medan tersebut diatas walaupun perbuatannya terbukti sebagaimana dakwaan Pertama Penuntut
Umum, namun bukan merupakan suatu tindak pidana. Menimbang bahwa selain didakwa dengan dakwaan pertama, terdakwa
juga didakwa dengan dakwaan kedua yaitu Pasal 71 UURI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Jo Pasal 55 ayat 91 ke 1 KUHP yang unsur-
unsurnya sebagai berikut: 1.
Unsur Penyelenggaraan Satuan Pendidikan 2.
Unsur Tanpa Ijin Pemerintah atau Pemerintah Daerah 3.
Unsur Turut Serta
95
Menimbang bahwa dari fakta yang terungkap di persidangan Perguruan Tinggi UISU Jalan Sisingamangaraja Medan yang berdiri tahun 1951 yang
kemudian sejak tahun 2006 dikelola oleh terdakwa yang duduk sebagai Ketua Yayasan UISU yang kemudian mengangkat Rektor UISU yaitu Chairul M Mursin
dengan segala kelengkapan suatu Perguruan Tinggi seperti adanya tenaga pengajar dan tenaga administrasi dan terdapat mahasiswa yang menjadi peserta
pendidikan maka lembagaorganisasi yang dipimpin Terdakwa yaitu UISU telah melakukan pembelajaran sebagaimana dimaksud UU no 20 Tahun 2003, dengan
demikian unsur ini telah terpenuhi. Menimbang bahwa dari fakta yang terungkap dipersidangan UISU Jalan
Sisingamangaraja Medan yang saat ini dikelola oleh terdakwa dengan jabatan sebagai Ketua Yayasan UISU sejak tahun 2007 telah mengajukan perpanjangan
ijin operasional setiap program pendidikan yang dimiliki melalui Rektor UISU kepada Kopertis Wilayah 1 yang diberi kewenangan oleh Pemerintah untuk
mengeluarkan ijin dimaksud karena ijin yang dimiliki oleh UISU telah habis masa berlakunya.
Menimbang bahwa walaupun ijin operasional tidak juga keluar Kopertis Wilayah 1 UISU jalan Sisingamangaraja Medan Masih tetap melakukan kegiatan
belajar mengajar sampai terdapat mahasiswa yang lulus dan mendapatkan gelar akademik, dengan demikian unsur ini pun telah terpenuhi.
Menimbang bahwa pertimbangan mengenai penyebab tidak adanya ijin operasional program pendidikan yang dimiliki UISU walaupun telah mengajukan
permohonan dan melengkapi persyaratan telah dipertimbangkan dalam
96
pertimbangan dakwaan pertama maka pertimbangan tersebut oleh Pengadilan diambil alih untuk dipergunakan dalam pertimbangan dalam dakwaan kedua ini.
Menimbang bahwa dari uraian pertimbangan tersebut diatas, maka Pengadilan berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa telah terbukti namun
perbuatan tersebut tidak merupakan tindak pidana. Menimbang bahwa karena perbuatan terdakwa tidak merupakan suatu
tindak pidana maka terhadap terdakwa harus dilepaskan dari segala tuntutan hukum.
2. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung
Majelis Hakim di dalam pertimbangannya berpendapat bahwa permohonan kasasi yang diajukan oleh JaksaPenuntut Umum pada tanggal 18
Juli 2011 serta memori kasasinya telah diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 28 Juli 2011 beserta alasan – alasannya telah diajukan
dalam tenggang wajtu dan dengan cara menurut Undang – undang, oleh karena itu permohonan kasasi tersebut dapat diterima.
Menimbang, bahwa Pasal 244 KUHAP Kitab Undang – undang Hukum Acara Pidana menentukan bahwa terhadap putusan perkara pidana yang
diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain, selain dari Mahkamah Agung, Terdakwa atau Penuntut Umum dapat mengajukan permintaan kasasi
kepada Mahkamah Agung kecuali terhadap putusan bebas. Menimbang bahwa akan tetapi Mahkamah Agung berpendapat bahwa
selaku badan peradilan tertinggi yang mempunyai tugas untuk membina dan
97
mejaga agar semua hukum dan Undang – undang di seluruh wilayah negara diterapkan secara tepat dan adil, serta dengan adanya putusan Mahkamah
Konstitusi No. 114PUU – X2012 tanggal 28 Maret 2013 yang menyatakan frasa “kecuali terhadap putusan bebas” dalam Pasal 244 Undang – undang No 8 Tahun
1981 tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, maka Mahkamah Agung berwenang memeriksa permohonan kasasi terhadap putusan bebas.
Menimbang bahwa alasan – alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi JaksaPenuntut Umum pada pokoknya sebagai berikut:
1. Bahwa Pengadilan Negeri Medan tidak menerapkan atau menetapkan
peraturan hukum tidak sebagaimana mestinya, yakni: Bahwa pada salinan putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan, dalam
pertimbangannya pada paragraph 1 halaman 42, pada butir 1 halaman 44 dan paragraph 4 dan 5 halaman 48 menyatakan sebagai berikut :
• Menimbang bahwa dari keterangan saksi – saksi dan keterangan Terdakwa dihubungkan dengan barang bukti yang bersesuaian antara satu dengan
yang lainnya diperoleh fakta – fakta sebagai berikut: • Bahwa alumni UISU Jalan Sisingamangaraja dimana Terdakwa sebagai
Ketua Yayasan UISU ijazahnya tidak pernah ada masalah dan dari para alumni tersebut banyak yang diterima masuk jadi PNS di instansi
pemerintah maupun perusahaan swasta yang sampai saat ini tidak dipermasalahkan.
• Menimbang bahwa didalam surat dimaksud pada pokoknya meminta kepada Usman Pelly untuk menyelesaikan terjadinya dualismee
98
pengelolaan Yayasan UISU tanpa diskriminatif dan disamping itu juga terdapat pengakuan dari Mendiknas terhadap Usman Pelly sebagai
pengelola Yayasan UISU sehingga surat tersebut tidak dapat menyelesaikan permasalahan adanya dualisme kepengurusan Yayasan
yang mengelola UISU karena kenyataannya sampai saat ini. Usman Pelly sebagai pihak yang diminta untuk menyelesaikan tidak dapat
menyelesaikan permasalahan sesuai dengan isi surat tersebut. • Menimbang bahwa dari keterangan ahli Nur Ali yang didengar
dipersidangan menyatakan bahwa apabila terjadi perselisihan terhadap kepengurusan Yayasan maka penyelesaiannya melalui Pengadilan.
Demikian juga Judex Facti dalam pertimbangannya pada paragraph 1,2, dan 3 halaman 49 menyatakan sebagai berikut:
• Menimbang bahwa dari fakta yang terungkap di persidangan bahwa pihak Kopertis Wilayah I sebagai Pembina Perguruan Tinggi Swasta tidak tegas
menyikapi adanya kemelut persoalan pengelolaan UISU sehingga dengan sikap Kopertis Wilayah I yang masih memperkerjakantidak menarik
sebagai pengajar dosen kopertis di UISU Jalan Sisingamangaraja. Hal ini berarti Kopertis Wilayah I tidak melarang adanya kegiatan belajar
mengajar di UISU Jalan Sisingamangaraja Medan walaupun dari pihak UISU Jalan Sisingamangaraja Medan mengajukan perpanjangan ijin
operasional program tidak mendapat jawaban dari Kopertis Wilayah I sejak tahun 2007.
99
• Menimbang bahwa tidak adanya jawaban dari Kopertis Wilayah I mengenai perpanjangan ijin program pendidikan yang diajukan oleh
Rektor UISU Chairul M Mursin merupakan fakta yang diketahui oleh semua pihak bahwa tidak keluarnya ijin perpanjangan program tersebut
diakibatkan karena adanya perselisihan di tingkat Kepengurusan Yayasan UISU.
Telah keliru dalam menerapkan hukum atau tidak menerapkan hukum pembuktian sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dibuktikan dengan tidak
dipertimbangkannya oleh Judex Facti dalam putusan a quo tentang fakta yang terungkap di persidangan yaitu fakta yang tertuang dalam putusan :
b. Pada halaman 14 keterangan saksi Zainuddin pada butir 8,9, dan
10 yaitu: • Bahwa Ijazah yang dikeluarkan Terdakwa itu dilarang
karena tidak ada ijin • Bahwa berdasarkan surat Mendiknas No.
131MPNDT2009 tanggal 11 September 2009 secara tegas menyatakan UISU dikelola oleh Usman Pelly
sedangkan rektor yang ditunjuk adalah USMAN SE. Msi. • Bahwa sebagai pimpinan Kopertis saksi sudah pernah
melarang Terdakwa dengan surat larangan untuk tidak melakukan wisuda mahasiswa bukti surat larangan
terlampir dalam berkas perkara dan telah diperlihatkan kepada saksi maupun terdakwa
100
Bahwa berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan tersebut, terlihat bahwa Judex Facti sama sekali tidak mempertimbangkan tentang alat bukti yang
diajukan ke depan persidangan berupa keterangan saksi – saksi, serta adanya surat, berupa Surat Koordinator Kopertis Wilayah I NAD – SUMUT Nomor: 057
L1.2.1PS2010, tanggal 12 April 2010 tentang larangan kepada Chairul M. Mursin, untuk melakukan wisuda dan penerimaan mahasiswa baru atas nama
UISU. Hal tersebut dapat ditunjukan bahwa: • Alumni UISU Jalan Sisingamangaraja dimana Terdakwa sebagai Ketua
Yayasan UISU ijazahnya tidak pernah ada masalah dan dari para alumni tersebut banyak yang diterima masuk jadi PNS di instansi pemerintah
maupun perusahaan swasta yang sampai saat ini tidak permasalahkan adalah merupakan pendapat dari saksi – saksi yang merupakan
DekanPimpinan Fakultas dimana Terdakwa sebagai Ketua Yayasan UISU namun tidak didukung dengan saksi Alumni UISU Jalan Sisingamangaraja
yang diterima menjadi pegawai ataupun saksi yang menerima Alumni UISU Jalan Sisingamangaraja yang bekerja menjadi pegawai atau PNS
atau alat bukti lainnya. • Adanya dualismee kepengurusan Yayasan yang mengelola UISU,
berdasarkan keterangan ahli Nur Ali yang didengar di persidangan menyatakan bahwa penyelesaiannya melalui pengadilan. Namun perlu
diingat, hal tersebut adalah mengenai Yayasannya, yaitu Yayasan yang bergerak di bidang pendidikan. Dalam hal ini, Yayasan UISU adalah
Yayasan yang mengelola sebuah Perguruan Tinggi yaitu Universitas Islam
101
Sumatera Utara UISU. Sedangkan mengenai pendidikan yang pengelolaannya adalah merupakan adalah merupakan tanggung jawab
menteri sesuai dengan Pasal 50 ayat 1 Undang – undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan: “Pengelolaan
sistem pendidikan nasional merupakan tanggung jawab menteri”. Dengan demikian hal – hal yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan tentu
saja berada di bawah pengawasan menteri yaitu Menteri Pendidikan Nasional. Dan dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasional telah
menerbitkan surat No. 131MPNDT2009 tanggal 11 September 2009,
yang secara tegas menyatakan Ketua Yayasan yang sah adalah Usman
Pelly dan rektornya adalah Usman. Dimana isi surat Menteri Pendidikan Nasional tersebut diantaranya juga mewajibkan untuk “menciptakan dan
memelihara keamanan dan ketertiban di kampus UISU agar dapat digunakan untuk melaksanakan pembelajaran secara kondusif : menjamin
keberlanjutan proses pembelajaran”. Dengan demikian jelas bahwa yang ditunjuk oleh Menteri Pendidikan Nasional untuk melakukan proses
pembelajaran adalah bukan Terdakwa, namun Usman Pelly dan Rektor Usman.
• Keterangan ahli baik dari Kopertis maupun Kementrian Pendidikan Nasional jelas – jelas menyatakan bahwa ijin penyelenggaraan pendidikan
UISU belum dikeluarkan karena dianggap tidak sah, namun Majelis Hakim tidak mempertimbangkannya dan berpendapat tidak keluarnya ijin
perpanjangan program tersebut diakibatkan karena masih adanya
102
perselisihan di tingkat Kepengurusan Yayasan UISU. Hal tersebut adalah sesuai dengan pendapat ahli dari departemen Hukum dan Hak Azasi
Manusia menkumham telah mengeluarkan Surat No. CHT.01.10.14 pada tanggal 3 April 2007 perihal Yayasan UISU yang sah adalah dibawah
pimpinan Sariani Amiraden Siregar. Namun Terdakwa tetap bertindak selaku Ketua Umum Yayasan UISU dan melakukan kegiatan pengelolaan
pendidikan. Dengan demikian, walaupun ada dualismee kepemimpinan ditubuh Yayasan UISU, namun pemerintah dalam hal ini telah
menegaskan siapa pihak yang berhak dan ditunjuk untuk melakukan pengelolaan pendidikan sesuai dengan kewenangan masing – masing.
Menimbang bahwa atas alasan – alasan kasasi dari Pemohon KasasiJaksaPenuntut Umum tersebut Mahkamah Agung berpendapat:
Bahwa alasan kasasi JaksaPenuntut Umum dapat dibenarkan. Permohonan kasasi JaksaPenuntut Umum memenuhi ketentuan Pasal 253 ayat
1 KUHAP. JaksaPenuntut Umum dapat membuktikan bahwa putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 4046Pid2010PN.Mdn tanggal 06 Juli 2011
telah tidak menerapkan hukum dengan tepat. Bahwa Pasal 50 ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
menyebutkan bahwa Sistem Pendidikan Nasional merupakan tanggung jawab MenteriMendiknas.
Bahwa Usman Pelly mengajukan surat pada Mendiknas perihal penjelasan masalah Yayasan UISU, lalu Mendiknas menjawab dengan Surat Nomor:
103
131MPNDT2009 tanggal 11 September 2009 perihal Yayasan tersebut bahwa ketua Yayasan yang sah adalah Usman Pelly dan rektornya yaitu Usman.
Bahwa berdasarkan fakta bahwa memang sejak tahun 2006 Terdakwa adalah mengaku sebagai ketua Yayasan, telah menyelenggarakan pendidikan,
mengelola UISU dan Yayasan, melakukan kegiatan belajar mengajar dengan beberapa dekan. Kemudian terjadi dualismee kepengurusan Yayasan.
Bahwa Chairul M. Mursin diangkat menjadi rektor yang menandatangani ijazah alumni, mewisuda, memberi gelar akademik, sehingga unsur ke 3 yaitu
tanpa hak bertentangan dengan persyaratan pendirian dan izin operasional Yayasan pendidikan. Memang penyelenggaraan operasional sejak tahun 1952
tetapi telah berakhir tahun 2007, oleh karenanya rektor mengajukan izin operasional dengan melengkapi persyaratan kepada Kopertis Wilayah 1, namun
tidak mendapat jawaban, meskipun demikian ketua Yayasan maupun rektor tetap operasional.
Sedangkan keterangan Ahli Kusbianto, Bianto Nainggolan, dan Nur Ali bahwa Kopertis Wilayah 1 selaku pengawas sehari – hari penyelenggaraan
pendidikan di daerah tidak mengabulkan permintaan rektor untuk memperpanjang karena tidak ada rekomendasi dari Mendiknas karena yang sah menurut Menteri
yaitu Usman Pelly dengan Rektor Usman dan tentang Yayasan juga tidak menyebut Terdakwa tetapi sesuai Surat Menkumham No CHT 01.10.14 tanggal 3
april 2007 menyatakan perihal Yayasan UISU yang sah adalah yang dipimipin oleh Sariani Amiraden Siregar.
104
Bahwa kendati Terdakwa mengklaim jika pihaknya mempunyai dasar antara lain Akta Tengku Perdana Sulaeman No. 2 Tahun 2006 tentang
Kepengurusan Yayasan Universitas Islam Sumatera Utara UISU, Putusan Perdata No. 319Pdt.G2009PN.Mdn tanggal 17 Maret 2009, kemudian Terdakwa
bertindak selaku Ketua Umum Yayasan menyelenggarakan pendidkan dengan mengangkat Chairul M. Mursin sebagai rektor, lalu menggunakan fasilitas
Yayasan UISU, kemudian menerima mahasiswa baru sampai melakukan wisuda, akan tetapi izin operasional dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi tersebut
telah berakhir pada tahun 2010. Bahwa Terdakwa telah mengajukan permohonaan perpanjangan izin
operasional kepada pihak yang berwenang, namun izin yang dimaksud sampai saat ini belum keluar.
Bahwa tidak keluarnya izin operasional yang dimohonkan oleh pihak Terdakwa, sesuai dokumen dan surat pernyataan yang dikeluarkan oleh instansi
yang berwenang yaitu Menteri Pendidikan Nasional, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi dan Kopertis, karena penyelenggaraan pendidikan yang dikelola oleh pihak
Terdakwa bersama dengan Chairul M. Mursin tidak sah, sedangkan yang sah dan diakui oleh pejabat yang berwenang adalah Yayasan penyelenggaran UISU yang
dikelola oleh Usman Pelly dengan Rektor Usman SE Msi karena mempunyai izin yang sah.
Dengan demikian, perbuatan Terdakwa yang menyelenggarakan pendidikan atas nama Yayasan UISU beserta dengan segala aktivitas akademik
termasuk memberikan ijazah, karena tidak mempunyai izin dari pejabat yang
105
berwenang, maka menurut hukum perbuatan Terdakwa tersebut dilakukan tanpa hak.
Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, perbuatan Terdakwa telah memenuhi unsur – unsur tindak pidana dalam dakwaan alternatif pertama Pasal 67
ayat 1 Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Jo Pasal 55 ayat 1 ke – 1 KUHP.
Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan diatas maka putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 4046Pid2010PN.Mdn tanggal 06 Juli 2011
yang melepaskan Terdakwa dari segala tuntutan hukum tersebut tidak dapat dipertahankan lagi.
6. Analisis Putusan
Berdasarkan kasus tersebut, ada beberapa fakta hukum yang dapat menjadi pertimbangan untuk menganalisa kasus tersebut lebih lanjut yaitu:
a. Terdapat dualismee dalam kepengurusan Yayasan UISU yaitu
Yayasan UISU yang dipimpin oleh Terdakwa Ir Helmi Nasution dan Yayasan UISU yang dipimpin oleh Usman Pelly
b. Akibat dualismee dalam kepengurusan Yayasan UISU tersebut,
timbul permasalahan Yayasan UISU mana yang berhak atas penyelenggaraan Universitas Islam Sumatera Utara.
Dalam kasus tersebut, Jaksa Penuntut Umum dalam Surat Dakwaannya merumuskan 2 dakwaan alternatif, dimana apabila terpenuhi unsur – unsur pada
106
dakwaan pertama primer, maka tidak perlu lagi mempertimbangkan dakwaan kedua.
Dakwaan pertama adalah bahwa perbuatan Terdakwa diatur dan diancam pidana sebagaimana dalam Pasal 67 ayat 1 Undang – undang No. 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP. Sedangkan dakwaan kedua adalah bahwa Perbuatan Terdakwa diatur dan diancam
pidana sebagaimana Pasal 71 Undang – undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional jo Pasal 55 ayat 1 Ke-1 KUHP.
Majelis Hakim pada tingkat Pengadilan Negeri melalui Putusan No 4046Pid.B2010PN.Mdn tanggal 06 Juli 2011 Menyatakan perbuatan yang
didakwakan kepadaTerdakwa Helmi Nasution terbukti akan tetapi perbuatan yang terbukti itu tidak merupakan suatu tindak pidana. Putusan PN Medan tersebut
merupakan putusan lepas dari segala tuntutan hukum dimana merupakan salah satu dari jenis putusan pengadilan sebagaimana yang ditentukan berdasarkan
Pasal 191 ayat 2 KUHAP.
80
Dengan demikian, berdasarkan Pasal 191 ayat 2 KUHAP ini dapat disimpulkan bahwa putusan lepas dari segala tuntutan hukum itu, dijatuhkan
apabila pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang dilakukan terdakwa bukan merupakan tindak pidana, meskipun perbuatannya itu terbukti dilakukan olehnya.
Dengan kata lain, dalam putusan lepas ini, sebenarnya perbuatan itu adaterjadi dan terbukti dilakukan oleh pelakuterdakwa sebagaimana yang didakwakan oleh
80
Pasal 191 ayat 2 KUHAP berbunyi: “jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak
pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum”.
107
Jaksa Penuntut Umum, akan tetapi perbuatan itu bukan merupakan tindak pidana.
81
Sedangkan menurut Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan dalam pertimbangannya menyatakan bahwa didalam surat dimaksud pada pokoknya
Sedangkan Majelis Hakim pada tingkat kasasi melalui Putusan No Reg. 275 KPid.Sus2012 Menyatakan Terdakwa Ir. Helmi Nasution M.Hum terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “secara bersama- sama memberikan ijazah tanpa hak”. Menetapkan bahwa pidana tersebut tidak
usah dijalani, kecuali apabila dikemudian hari ada perintah lain dengan putusan Hakim, karena Terdakwa sebelum masa percobaan selama 2 dua tahun berakhir
telah melakukan perbuatan yang dapat dipidana. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa untuk membayar denda sebesar Rp. 200.000.000,- dua ratus juta
rupiah dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama 3 tiga bulan.
Ada beberapa hal yang menarik untuk dianalisa dari putusan tersebut, yang pertama adalah pertimbangan majelis hakim mengenai dualisme Yayasan
UISU tersebut. Dalam pertimbangannya majelis hakim berpendapat bahwa Yayasan UISU yang sah adalah Yayasan yang dipimpin oleh Usman Pelly. Dasar
pertimbangan Majelis Hakim tersebut adalah Surat Nomor: 131MPNDT2009 tanggal 11 September 2009 perihal Yayasan tersebut bahwa ketua Yayasan yang
sah adalah Usman Pelly dan rektornya yaitu Usman. Yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan Nasional.
81
M. Hamdan dan M Eka Putra, Eksaminasi Putusan Nomor: 362PID.SUS2013PN.SRG, Hal. 22, Disampaikan dalam acara Eksaminasi Putusan Pengadilan
Tentang Lingkungan Hidup di Universitas Sumatera Utara
108
meminta kepada Usman Pelly untuk menyelesaikan terjadinya dualisme pengelolaan Yayasan UISU tanpa diskriminatif dan disamping itu juga terdapat
pengakuan dari Mendiknas terhadap Usman Pelly sebagai pengelola Yayasan UISU sehingga surat tersebut tidak dapat menyelesaikan permasalahan adanya
dualisme kepengurusan Yayasan yang mengelola UISU karena kenyataannya sampai saat ini Usman Pelly sebagai pihak yang diminta untuk menyelesaikan
tidak dapat menyelesaikan permasalahan sesuai dengan isi surat tersebut. Hal yang perlu diperhatikan disini adalah apakah kewenangan untuk
memberikan pengesahan terhadap suatu Yayasan adalah kewenangan Menteri Pendidikan Nasional atau tidak. Pada dasarnya, Yayasan UISU adalah Yayasan
yang berdiri sebelum berlakunya UU No 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan, namun setelah berlakunya UU Yayasan tersebut, Yayasan memperoleh pengesahan dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
82
Sedangkan Menteri Pendidikan Nasional memiliki kewenangan penuh terhadap pengelolaan dari penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia.
83
Seharusnya Majelis Hakim lebih teliti dalam mempertimbangkan barang bukti surat 131MPNDT2009 tanggal 11 September 2009, yaitu mengenai
kekuatan hukum dari surat tersebut. Surat tersebut memang dikeluarkan oleh Pejabat yang berwenang, dalam hal ini Kementrian Pendidikan Nasional, namun
harus dipertimbangkan lagi apakah surat tersebut dapat menimbulkan akibat hukum atau tidak. Surat Nomor 131MPNDT2009 tanggal 11 September 2009
tersebut merupakan surat perintah terhadap Usman Pelly untuk menyelesaikan
82
Pasal 11 UU No. 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.
83
Pasal 50 ayat 1 Undang – undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
109
terjadinya dualisme pengelolaan Yayasan UISU tanpa diskriminatif dan disamping itu juga terdapat pengakuan dari Mendiknas terhadap Usman Pelly
sebagai pengelola Yayasan UISU. Perlu ditinjau kembali apakah surat tersebut hanya surat biasa atau suatu keputusan tata usaha negara KTUN.
KTUN adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau Pejabat Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan perUndang – undangan yang
berlaku, yang bersifat konkrit, individual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
84
Selanjutnya yang dapat dilihat dalam pertimbangan Majelis Hakim adalah mengenai izin operasional Yayasan UISU. Majelis Hakim mempertimbangkan
dakwaan alternatif pertama Pasal 67 ayat 1 Undang – undang Nomor 20 Tahun Apabila dilihat dari
pertimbangan Majelis Hakim tingkat Judex Facti mengenai Surat Nomor 131MPNDT2009 tanggal 11 September 2009, surat tersebut bukanlah
Keputusan Tata Usaha Negara karena hanya berisi penjelasan dan perintah terhadap Usman Pelly untuk perihal pengelolaan dan penyelesaian dualisme
Yayasan UISU, sehingga tidak menimbulkan akibat hukum apapun dan bukan merupakan Keputusan Tata Usaha Negara.
Majelis Hakim keliru dalam pertimbangannya karena Surat Nomor 131MPNDT2009 bukan tentang pengesahan Yayasan UISU, karena hal tersebut
bukan merupakan kewenangan Menteri Pendidikan Nasional, sehingga lebih tepat pertimbangan dari Majelis Hakim PN Medan yang menafsirkan surat tersebut
adalah perihal penyelesaian dualisme pengelolaan Yayasan UISU.
84
Pasal 1 angka 3 Undang – undang No 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
110
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Jo Pasal 55 ayat 1 ke – 1 KUHP.
Pasal tersebut adalah larangan bagi Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara pendidikan yang memberikan ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik,
profesi, dan atau vokasi tanpa hak. Unsur “tanpa hak” telah dipertimbangkan oleh majelis hakim yaitu sebagai berikut:
“ Bahwa Chairul M. Mursin diangkat menjadi rektor yang menandatangani ijazah alumni, mewisuda, memberi gelar akademik, sehingga unsur ke 3 yaitu
tanpa hak bertentangan dengan persyaratan pendirian dan izin operasional Yayasan pendidikan. Memang penyelenggaraan operasional sejak tahun 1952
tetapi telah berakhir tahun 2007, oleh karenanya rektor mengajukan izin operasional dengan melengkapi persyaratan kepada Kopertis Wilayah 1, namun
tidak mendapat jawaban, meskipun demikian ketua Yayasan maupun rektor tetap operasional.”
“ Bahwa kendati Terdakwa mengklaim jika pihaknya mempunyai dasar antara lain Akta Tengku Perdana Sulaeman No. 2 Tahun 2006 tentang
Kepengurusan Yayasan Universitas Islam Sumatera Utara UISU, Putusan Perdata No. 319Pdt.G2009PN.Mdn tanggal 17 Maret 2009, kemudian Terdakwa
bertindak selaku Ketua Umum Yayasan menyelenggarakan pendidkan dengan mengangkat Chairul M. Mursin sebagai rektor, lalu menggunakan fasilitas
Yayasan UISU, kemudian menerima mahasiswa baru sampai melakukan wisuda, akan tetapi izin operasional dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi tersebut
telah berakhir pada tahun 2010.”
111
“ Dengan demikian, perbuatan Terdakwa yang menyelenggarakan
pendidikan atas nama Yayasan UISU beserta dengan segala aktivitas akademik
termasuk memberikan ijazah, karena tidak mempunyai izin dari pejabat yang berwenang, maka menurut hukum perbuatan Terdakwa tersebut dilakukan tanpa
hak.” Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur “tanpa hak” tersebut terpenuhi
karena tidak mempunyai izin dari pihak yang berwenang, sehingga penyelenggaraan pendidikan Yayasan UISU yang dikelola oleh Terdakwa
dianggap tidak memiliki izin pada saat pemberian ijazah tersebut yaitu pada tahun 2009 sampai 2010. Namun Majelis Hakim dalam pertimbangannya bertentangan
satu sama lain, karena dalam pertimbangan pertama menyebutkan “penyelenggaraan izin operasional sejak tahun 1952 tetapi telah berakhir 2007”
sedangkan dalam pertimbangan selanjutnya menyatakan “ Ketua Umum Yayasan menyelenggarakan pendidkan dengan mengangkat Chairul M. Mursin sebagai
rektor, lalu menggunakan fasilitas Yayasan UISU, kemudian menerima mahasiswa baru sampai melakukan wisuda, akan tetapi izin operasional dalam
menyelenggarakan pendidikan tinggi tersebut telah berakhir pada tahun 2010 ”.
Apabila izin operasional tersebut memang berakhir pada 2007, hal ini berarti Terdakwa memang menyelenggarakan pendidikan tanpa izin pada tahun
2009 dan 2010, namun apabila izin tersebut berakhir pada 2010, maka penyelenggaraan pendidikan pada tahun 2009 dan 2010 tersebut bukanlah
penyelenggaraan pendidikan tanpa izin. Sehingga unsur “tanpa hak” tersebut
112
seharusnya tidak terpenuhi. Hal ini mengakibatkan ketidakjelasan mengenai izin operasional tersebut apakah berakhir tahun 2007 atau 2010.
Hal terakhir yang perlu diperhatikan adalah putusan oleh Majelis Hakim dalam kasus tersebut. Majelis Hakim menerapkan putusan yang tidak memberikan
manfaat apapun terhadap masyarakat secara langsung, khususnya terhadap penyelesaian permasalahan penyelenggaraan pendidikan oleh Yayasan UISU
tersebut. Pidana yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim adalah pidana bersyarat, dengan masa percobaan 2 dua tahun. Serta denda sebesar Rp. 200.000.000
dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama 3 tiga bulan.
Penjatuhan pidana bersyarat diatur dalam Pasal 14a-14f KUHP. Dalam Pasal 14a KUHP ditentukan bahwa hakim dapat menetapkan pidana dengan
bersyarat dalam putusan pemidanaan, apabila
85
85
Adami Chazawi, Op, Cit, Hal. 54.
: 1. Hakim menjatuhkan pidana penjara paling lama satu tahun;
2. Hakim menjatuhkan pidana kurungan bukan kurungan penggganti denda maupun kurungan penggganti perampasan barang;
3. Hakim menjatuhkan pidana denda, dengan ketentuan ialah: a apabila benar benar ternyata pembayaran denda atau perampasan barang yang ditetapkan
dalam keputusan itu menimbulkan keberatan yang sangat bagi terpidana, dan b apabila pelaku tindak pidana yang dijatuhi denda bersyarat itu bukan berupa
pelanggaran yang berhubungan dengan pendapatan negara.
113
Muladi di dalam Marlina menyatakan mengenai manfaat – manfaat dari pidana bersyarat antara lain
86
1. Pidana Bersyarat tersebut di satu pihak harus dapat meningkatkan
kebebasan individu dan di lain pihak mempertahankan tertib hukum serta memberikan perlindungan kepada masyarakat secara efektif terhadap
pelanggaran hukum lebih lanjut. :
2. Pidana bersyarat harus dapat meningkatkan persepsi masyarakat terhadap
falsafah rehabilitasi dengan cara memelihara kesinambungan hubungan antara narapidana dengan masyarakat secara normal.
3. Pidana bersyarat berusaha menghindarkan dan melemahkan akibat –
akibat negatif dari pidana perampasan kemerdekaan yang seringkali menghambat usaha pemasyarakatan kembali narapidana ke dalam
masyarakat. 4.
Pidana bersyarat mengurangi biaya – biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat untuk membiayai sistem koreksi yang berdaya guna.
5. Pidana bersyarat diharapkan dapat membatasi kerugian – kerugian dari
penempatan pidana pencabutan kemerdekaan, khususnya terhadap mereka yang kehidupannya tergantung kepada si pelaku tindak pidana.
6. Pidana bersyarat diharapkan dapat memenuhi tujuan pemidanaan yang
bersifat integrative, dalam fungsinya sebagai sarana pencegahan umum dan khusus, perlindungan masyarakat, memelihara solidaritas masyarakat
dan pengimbalan.
86
Marlina, Hukum Penitensier, Bandung: PT Refika Aditama, 2011 Hal.144
114
Apabila ditinjau dari tujuan pemidanaan, suatu putusan pidana seharusnya memiliki efek jera terhadap pelaku tindak pidana, atau memberi manfaat terhadap
pembinaan terdakwa serta pencegahan terulangnya suatu tindak pidana. Namun didalam Putusan Mahkamah Agung No Reg. 275 KPid.Sus2012 tidak jelas
tujuan dari pemidanaan terhadap pelaku, karena tidak memberikan efek jera sama sekali dan tidak memberikan penyelesaian apapun terhadap dualisme
penyelenggaraan pendidikan oleh Yayasan UISU pada saat itu. Seharusnya Majelis Hakim lebih teliti dalam menerapkan pemidanaan
terhadap kasus penyelenggaraan pendidikan tanpa izin di perguruan tinggi tersebut, karena lebih tepat diterapkan sanksi administratif dalam Putusan
Mahkamah Agung No Reg. 275 KPid.Sus2012 yang akan lebih bermanfaat dibandingkan sanksi pidana. Sanksi administratif tersebut sebenarnya telah diatur
didalam UU No 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi.
106
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengurus Yayasan dalam melakukan tugasnya dan kemudian
mempertanggungjawabkannya berdasarkan Fiduciary Duty, Duty of Skill dan Care dan Statutory duty, dimana tidak boleh ada kepentingan antara pengurus
dan Yayasan, dan tidak memanfaatkan Yayasan untuk kepentingan pribadi. Tugas dan kewajiban pengurus Yayasan bersumber dari kontrak, kepatutan,
dan peraturan perundang undangan yang berlaku. Pada dasarnya kedudukan pengurus Yayasan dalam penyelenggaraan Pendidikan Tinggi memiliki peran
yang cukup besar baik di bidang administrasi maupun di bidang keuangan. Namun, hal yang paling utama dari kedudukan pengurus Yayasan dalam
penyelenggaraan pendidikan di Perguruan Tinggi adalah pembentukan statuta Perguruan Tinggi.
2. Berdasarkan Undang – undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, tindak pidana yang berhubungan dengan penyelenggaraan pendidikan tanpa izin diatur didalam Pasal 67 ayat 1, 2, dan Pasal 71.
Sedangkan berdasarkan Undang – undang No 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi, ketentuan pidana diatur di dalam Pasal 93. Subjek Hukum
dalam Undang – undang No 20 Tahun 2003 dan Undang – undang No 12 Tahun 2012 adalah perorangan, organisasi atau penyelenggara pendidikan.
Berarti Korporasi, dalam hal ini organisasi penyelenggara pendidikan dapat
116
dijatuhi pemidanaan terhadap penyelenggaraan pendidikan tanpa izin. sanksi pidana yang diberikan dalam ketentuan pidana tersebut adalah dalam bentuk
Sanksi pidana pokok, sedangkan sanksi pidana tambahan tidak ada. Pidana pokok yang terdapat didalam Pasal tersebut adalah pidana penjara dan denda.
Dimana ancaman pidana penjara adalah sepuluh tahun dan ancaman denda adalah Rp. 1.000.000.000,00 satu milyar rupiah. Namun Undang – undang
No 12 Tahun 2012 juga menerapkan sanksi administratif. 3.
Kasus penyelenggaraan pendidikan tanpa izin berdasarkan putusan Mahkamah Agung No Reg. 275 KPid.Sus2012 tentang Yayasan UISU tersebut
merupakan tindak pidana yang disebabkan karena adanya konflik internal Pengurus Yayasan yang menyebabkan terjadinya dualisme penyelenggaraan
UISU. Menurut pertimbangan majelis hakim, dikarenakan penyelenggaraan Yayasan UISU tersebut tidak diperpanjang, sehingga tidak memiliki izin,
maka perbuatan pelaku dalam hal ini Ketua Yayasan UISU adalah tanpa hak. Majelis Hakim memberlakukan Pasal 67 ayat 1 Undang Undang No 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional terhadap pelaku. Sehingga pertanggungjawaban pidana pengurus Yayasan terhadap penyelenggaraan
pendidikan tanpa izin berdasarkan putusan Mahkamah Agung No Reg. 275 KPid.Sus2012 adalah berkaitan dengan pemberian ijazah tanpa hak, dengan
pidana penjara selama 1 satu tahun., dengan masa percobaan 2 dua tahun, serta denda sebesar Rp. 200.000.000 dengan ketentuan apabila denda tersebut
tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama 3 tiga bulan. 4.
117
B. Saran