21
larangan terhadap kelakuan – kelakuan tertentu. Tindak pidana berisi rumusan tentang akibat – akibat yang terlarang untuk diwujudkan
15
2. Pertanggungjawaban Pidana
.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”tanggung jawab” adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu kalau terjadi apa-apa, boleh dituntut,
dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya. Pidana adalah kejahatan tentang pembunuhan, perampokan, dsb
16
. Hal pertama yang perlu diketahui mengenai pertanggungjawaban pidana adalah bahwa pertanggungjawaban pidana hanya
dapat terjadi jika sebelumnya seseorang telah melakukan tindakan pidana. Moeljatno mengatakan, orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan dijatuhi
pidana kalau tidak melakukan perbuatan pidana
17
Pertanggungjawaban pidana ditentukan berdasar pada kesalahan pembuat liability based on fault, dan bukan hanya dengan dipenuhinya seluruh unsur
suatu tindak pidana. Dengan demikian, kesalahan ditempatkan sebagai factor penentu pertanggungjawaban pidana dan tidak hanya dipandang sekedar unsur
mental dalam tindak pidana. Setiap sistem hukum modern mengadakan pengaturan tentang bagaimana mempertanggungjawabkan orang yang telah
melakukan tindak pidana. Baik di Negara – Negara civil law maupun common law, umumnya pertanggungjawaban pidana dirumuskan secara negative. Hal ini
. Dengan demikian, pertanggungjawaban pidana pertama-tama tergantung pada dilakukannya tindak
pidana.
15
Chairul Huda, Op.Cit, Hal. 31
16
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Jakarta Balai Pustaka, 1991, hal. 1006
17
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 1993, Hal. 155
22
berarti, dalam hukum pidana di Indonesia, sebagaimana sistem civil law lainnya, Undang – undang justru merumuskan keadaan – keadaan yang dapat
menyebabkan pembuat tidak dipertanggungjawabkan.
18
Dengan demikian, yang diatur adalah keadaan – keadaan yang dapat menyebabkan pembuat tidak
dipidana, yang untuk sebagian adalah alasan penghapus kesalahan. Sedangkan dalam praktik peradilan di negara –negara common law, diterima berbagai alasan
umum pembelaan General Defence ataupun alasan umum peniadaan pertanggungjawaban general excusing liability
19
Pertanggungjawaban pidana dipandang ada, kecuali ada alasan alasan penghapus pidana tersebut. Dengan kata lain, criminal liability dapat dilakukan
sepanjang pembuat tidak memiliki ‘defence’, ketika melakukan suatu tindak pidana. Dalam lapangan acara pidana hal ini berarti seorang terdakwa dipandang
bertanggungjawab atas tindak pidana yang dilakukannya, jika tidak dapat membuktikan bahwa dirinya mempunyai ‘defence’ ketika melakukan tindak
pidana itu. Untuk menghindari pengenaan pidana, terdakwa harus dapat membuktikan bahwa dirinya mempunyai alasan penghapus pidana ketika
melakukan tindak pidana.
20
Selanjutnya tidak ada gunanya untuk mempertanggungjawabkan terdakwa atas perbuatannya apabila perbuatannya itu sendiri tidaklah bersifat melawan
hukum, maka dapat dikatakan bahwa terlebih dahulu harus ada kepastian tentang adanya perbuatan pidana, dan kemudian semua unsur-unsur kesalahan harus
18
Andi Zainal Abidin, Hukum Pidana 1, Jakarta: Sinar Grafika, 1983, Hal. 260
19
Chairul Huda, Op.Cit, Hal. 63
20
Ibid, Hal. 64
23
dihubungkan pula dengan perbuatan pidana yang dilakukan, sehingga untuk adanya kesalahan yang mengakibatkan dipidananya terdakwa maka haruslah:
a. Melakukan perbuatan pidana
b. Mampu bertanggung jawab
c. Dengan sengaja atau kealpaan
d. Tidak adanya alasan pemaaf
3. Penyelenggaraan Pendidikan