Penyelenggaraan Pendidikan Badan Hukum Yayasan

23 dihubungkan pula dengan perbuatan pidana yang dilakukan, sehingga untuk adanya kesalahan yang mengakibatkan dipidananya terdakwa maka haruslah: a. Melakukan perbuatan pidana b. Mampu bertanggung jawab c. Dengan sengaja atau kealpaan d. Tidak adanya alasan pemaaf

3. Penyelenggaraan Pendidikan

Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan, perencanaan, pengawasan, pemantauan, dan evaluasi serta pembinaan dan koordinasi pelaksanaan jalur, jenjang, dan jenis Pendidikan Tinggi oleh Menteri untuk mencapai tujuan Pendidikan Tinggi. 21 Penyelenggaraan pendidikan merupakan sistem pelaksanaan pendidikian baik dilaksanakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat swasta. Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal yang didirikan wajib memperoleh izin Pemerintah Penyelenggaraan pendidikan tanpa izin merupakan salah satu tindak pidana di bidang pendidikan. tujuan pendidikan pada hakekatnya memiliki orientasi yang sangat mulia, namun di sisi lain bahwa dalam pelaksanaan pendidikan sering terjadi pelanggaran – pelanggaran terhadap norma – norma hukum atau kaidah – kaidah hukum yang ada. Pelanggaran-pelanggaran terhadap 21 Pasal 1 Butir 1 PP No 04 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi 24 kaidah-kaidah normatif pendidikan dapat dikategorikan sebagai tindak pidana pendidikan. 22 a. Dilakukan dalam bidang pendidikan serta berbagai kaitan yang ada di dalamnya Selanjutnya dijelaskan lebih lanjut bahwa tindak pidana pendidikan adalah suatu sikap tindak yang : b. Berupa kejahatan ataupun pelanggaran dengan segala tujuannya c. Baik disengaja maupun tidak disengaja d. Pelakunya dapat siapa saja , baik ia itu seorang pengajar baik di dalam ataupun di luar lembaga pendidikan formal, ataupun seorang murid, ataupun pihak orang tuawali murid ataupun mungkin juga orang lain lagi yang sikap tindaknya baik secara langsung ataupun tidak langsung mendatangkan pengaruh yang buruk pula terhadap kelangsungan suatu pendidikan, baikpendidikan tersebut bersifat formal maupun nonformal e. Berwujud sebagai suatu kesalahan baik yang sudah di atur maupun yang belum di atur secara yuridis dalam peraturanperaturan hukum yang berlaku 23

4. Badan Hukum Yayasan

Yayasan merupakan salah satu badan hukum yang melaksanakan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan untuk mencapai tujuan tertentu di 22 A. Ridwan Halim, Tindak Pidana Pendidikan Suatu Ttinjauan Filosofis-Edukatif, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985, hal. 108 23 Ibid, Hal. 112 25 bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota. 24 1. Pembina Dalam pelaksanaannya Yayasan terdiri dari tiga organ Yayasan yaitu: Pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh Undang – undang ini atau anggaran dasar, kewenangan Pembina Yayasan meliputi 25 a. Keputusan mengenai perubahan anggaran dasar : b. Pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan anggota pengawas c. Penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan anggaran dasar d. Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan e. Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan. Anggota Pembina diangkat dari orang – perseorangan yang adalah pendiri Yayasan danatau mereka yang berdasarkan rapat anggota Pembina dinilai mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan. Pembina mempunyai semua kewenangan yang tidak diserahkan, baik kepada pengurus maupun pengawas oleh Undang – undang ataupun anggaran dasar. 26 24 Chatamarrasjid Ais, Op.Cit.,Hal. 2 25 Pasal 28 ayat 2 Undang – undang RI no 16 tahun 2001 tentang Yayasan Jo. Undang – undang No 28 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang undang No 16 tahun 2001 tentang Yayasan 26 Chatamarrasjid Ais, Op.Cit.,Hal. 10 26 Pendiri Yayasan tidak dengan sendirinya harus menjadi Pembina. Anggota Pembina dapat dicalonkan oleh penguus atau pengawas. Anggota Pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota pengurus danatau anggota pengawas. Selanjutnya, anggota Pembina, pengurus, dan pengawas Yayasan dilarang merangkap sebagai anggota organ suatu badan usaha yang didirikan Yayasan bersangkutan atau badan usaha di mana Yayasan bersangkutan menanamkan modalnya. 27 2. Pengurus Peranan pengurus sangat dominan pada suatu organisasi. Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan Yayasan. Pengurus tidak boleh merangkap sebagai Pembina atau pengawas. Larangan perangkapan jabatan dimaksud untuk menghindari kemungkinan tumpang tindih kewenangan, tugas, dan tanggungjawab antara Pembina, pengurus, dan pengawas yang dapat merugikan kepentingan Yayasan atau pihak lain. 28 Pengurus Yayasan diangkat oleh Pembina berdasarkan keputusan rapat Pembina untuk jangka waktu selama lima tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan. Pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian pengurus harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang terdapat di dalam anggaran dasar Yayasan. Pengurus dapat diganti setiap saat sebelum masa jabatannya berakhir jika dinilai oleh Pembina melakukan tindakan yang merugikan 27 Ibid, Hal. 11 28 Ibid, Hal. 12 27 jabatan. 29 Pengurus Yayasan, sesuai dengan asas persona standi in judicio, mewakili Yayasan di dalam dan di luar pengadilan. Jika pengurus melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama Yayasan, anggaran dasar dapat membatasi kewenangan tersebut dengan menentukan bahwa untuk perbuatan hukum tertentu diperlukan persetujuan terlebih dahulu dari Pembina dan atau pengawas, misalnya untuk menjaminkan kekayaan Yayasan guna membangun sekolah atau rumah sakit. Selanjutnya pengurus Yayasan juga dilarang mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan, organ Yayasan, dan karyawan Yayasan, kecuali bila perjanjian tersebut bermanfaat bagi tercapainya tujuan Yayasan. Pengurus yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan dalam mengurusi suatu Yayasan, selama lima tahun sejak tanggal putusan memperoleh kekuatan hukum tetap, tidak dapat menjadi pengurus Yayasan manapun. Susunan pengurus Yayasan terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara. 30 3. Pengawas Pengawas merupakan organ Yayasan yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pengurus Yayasan. Wewenang, tugas dan tanggung jawab pengawas Yayasan diatur dalam anggaran dasar Yayasan itu sendiri. Pengawas tidak boleh merangkap sebagai Pembina atau pengurus. Pengawas diangkat dan sewaktu – waktu 29 Ibid. 30 Ibid, Hal. 17 28 dapat diberhentikan berdasarkan keputusan rapat Pembina sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar. Pengawas dapat memberhentikan pengurus untuk sementara dengan mengemukakan alasan alasan pemberhentian dan melaporkan dalam jangka waktu yang ditetapkan kepada Pembina dan Pembina yang akan menentukan apakah pengurus diberhentikan untuk seterusnya atau justru pemberhentian dibatalkan. 31 Pengawas dalam melakukan tugasnya harus berdasarkan ”duty of skill and care”, yaitu harus berdasarkan kecakapan dan kehati – hatian yang seharusnya dimiliki oleh seorang pengawas. Oleh karena itu, bila kepailitan terjadi karena kesalahan dan atau kelalaian, seperti juga pada pengurus, setiap anggota pengawas secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian tersebut, kecuali anggota yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaian anggota tersebut. Anggota pengawas yang dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan, dalam jangka waktu paling lama lima Pengawas diangkat oleh Pembina untuk jangka waktu lima tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan. Pembina wajib memberitahukan secara tertulis perihal penggantian ini kepada menteri hukum dan hak asasi manusia, dan kepada instansi terkait. Penggantian pengawas harus sesuai dengan anggaran dasar. 31 Ibid, Hal. 18 29 tahun sejak putusan berkekuatan hukum tetap, tidak dapat diangkat menjadi pengawas Yayasan manapun. 32 Dalam penelitian skripsi ini, metode penelitian diperlukan agar lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif. Metode penelitian hukum normatif digunakan dalam penelitian ini guna melakukan penelusuran terhadap norma – norma hukum yang terdapat dalam peraturan – peraturan mengenai pertanggungjawaban pengurus Yayasan terhadap penyelenggaraan pendidikan tanpa izin. Selain itu juga untuk memperoleh data maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur di perpustakaan, jurnal hasil penelitian, situs internet, Koran dan sebagainya

F. Metode Penelitian

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Pertanggungjawaban Pidana Dokter (Studi Putusan Makamah Agaung Nomor 365 K/Pid/2012)

4 78 145

Pertanggungjawaban Pidana Dokter Yang Melakukan Malpraktek ( Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 365K/PID/2012 )

3 41 88

Pertanggungjawaban Pidana Dokter Yang Melakukan Malpraktek ( Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 365K PID 2012 )

0 9 8

Pertanggungjawaban Pidana Dokter Yang Melakukan Malpraktek ( Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 365K PID 2012 )

0 0 1

Pertanggungjawaban Pidana Dokter Yang Melakukan Malpraktek ( Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 365K PID 2012 )

0 3 16

Pertanggungjawaban Pidana Dokter Yang Melakukan Malpraktek ( Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 365K PID 2012 )

0 2 35

Pertanggungjawaban Pidana Dokter Yang Melakukan Malpraktek ( Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 365K PID 2012 )

0 1 2

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang - Pertanggungjawaban Pidana Pengurus Yayasan Yang Melakukan Tindak Pidana Penyelenggaraan Pendidikan Tanpa Izin (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Ri Nomor 275 K/ Pid.Sus/ 2012 Tentang Yayasan Uisu)

0 0 24

Pertanggungjawaban Pidana Pengurus Yayasan Yang Melakukan Tindak Pidana Penyelenggaraan Pendidikan Tanpa Izin (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Ri Nomor 275 K/ Pid.Sus/ 2012 Tentang Yayasan Uisu)

0 0 9