Ringkasan Cerita Analisis Sosiologis Cerita .1 Hubungan Pekerja dengan Masyarakat

BAB III ANALISIS SOSIOLOGIS CERITA

ABANDON THE OLD IN TOKYO KARYA YOSHIHIRO TATSUMI

3.1 Ringkasan Cerita

Komik Abandon the Old in Tokyo adalah sebuah novel grafis yaitu, komik yang berisi dari kumpulan delapan cerita pendek. Delapan cerita pendek tersebut antara lain adalah, Occupied, Abandon the Old in Tokyo, The Washer, Beloved Mongkey, Unpaid, The Hole, Forked Road dan Eel. Salah satu judul dari cerita pendek ini diangkat menjadi judul besar novel grafis ini yaitu cerita pendek yang berjudul Abandon the Old in Tokyo. Penulis mengangkat kehidupan kelas pekerja yang merupakan kelas yang mayoritas pada masyarakat Jepang setelah pertumbuhan ekonomi pesat Jepang 1950-1980. Kelas pekerja adalah kelas yang paling merasakan tekanan dari pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jepang, karena mereka dipaksa untuk bekerja terus-menerus tanpa jaminan sosial dari pemerintah. Di dalam delapan cerita pendek tersebut, diangkat perubahan-perubahan sosial di dalam masyarakat, seperti perubahan stratifikasi sosial di dalam masyarakat, perubahan bentuk keluarga ie keluarga satu garis keturunan menjadi keluarga inti kaku-kazoku, perilaku masyarakat yang semakin konsumtif, kecenderungan generasi muda Jepang yang mengabaikan orang tua mereka karena kesibukan bekerja dan biaya hidup yang mahal juga minimnya interaksi sosial Universitas Sumatera Utara antar individu dan membuat masyarakat pekerja merasa terasing dari perasaan akrab. Ditambah lagi, pemerintah hanya menaruh perhatian kepada peningkatan perekonomian dan mengabaikan jaminan sosial kepada masyarakatnya. 3.2 Analisis Sosiologis Cerita 3.2.1 Hubungan Pekerja dengan Masyarakat Cuplikan 1 Shimokawa : “Now that the serial I relied on to make ends meet had been canceled, I was out of work, I was burnt out, I stayed in bed a couple of days and started feeling better. Now then, I’ll have to wrap this one up. A man’s got to know when to call it quits, hm..hm..” “Sekarang serial yang dipercayakan kepadaku untuk diselesaikan sudah dihapuskan. Aku sudah keluar dari pekerjaan, aku dipaksa keluar, aku beristirahat di tempat tidur untuk beberapa hari dan merasa lebih baik. Sekarang, aku harus menyelesaikan yang satu ini, seorang laki-laki harus tahu kapan dia berhenti, hm..hm..” Shimokawa just remembered what his boss ever said, “You’re letting the kids influence you.” Shimokawa teringat kata-kata yang diucapkan oleh atasannya, “Kau membiarkan anak-anak yang mempengaruhimu.” Shimokawa just daydreaming and completely uninspired. Then, he decide to go to breathe some fresh air and his destination goes to a night bar Abandon the Old in Tokyo: 19-21. Shimokawa hanya melamun dan sama sekali tidak terinspirasi. Kemudian, ia memutuskan untuk berjalan-jalan dan tempat tujuannya adalah sebuah bar malam. Universitas Sumatera Utara Analisis : Shimokawa adalah seorang penulis komik anak-anak yang terancam dipecat karena serial yang dibuatnya berada pada peringkat terbawah pada poling pembaca. Menulis komik merupakan cita-cita Shimokawa sejak dulu dan ancaman dipecat benar-benar telah membuatnya stress. Ia sudah berusaha untuk membuat cerita yang lebih baik untuk terbitan selanjutnya agar ia tidak dipecat, namun tetap saja tidak membuahkan hasil. Shimokawa tidak tahu harus membuat serial yang bisa menarik hati anak-anak walaupun atasannya sudah memberikan masukan, sehingga ia pun berusaha untuk menyegarkan pikirannya dan pergi ke sebuah klub malam. Cuplikan di atas menunjukkan kesamaan dengan hal yang terjadi pada masa pertumbuhan ekonomi pesat setelah Perang Dunia II sekitar tahun 1970-an. Ekonomi pesat membuat masyarakat desa berpindah ke kota besar untuk bekerja karena industrialisasi bangkit akibat kebijakan pemerintah, sehingga membuat masyarakat terkonsentrasi di kota besar seperti Tokyo. Menurut Soerjono Soekanto, industrialisasi memunculkan kelas-kelas sosial baru di dalam masyarakat, sehingga stratifikasi sosial pun berubah. Bertambahnya penduduk di wilayah perkotaan menumbuhkan suatu kelas pekerja yang baru yang sebenarnya tidak mempunyai kekuasaan maupun prestise tertentu. Hal tersebut ditunjukkan dengan munculnya golongan menengah baru pada masyarakat Jepang yang terdiri dari karyawan pemerintah, pegawai dalam perusahaan-perusahaan besar, guru-guru dan para pekerja profesional. Golongan Universitas Sumatera Utara menengah baru ini berkembang dan mencakup banyak penduduk yang muncul sebagai massa yang terlepas dari komunitas-komunitas tradisional. Golongan-golongan menengah baru ini termasuk para pekerja, bekerja setiap minggu 40,2 jam dengan rata-rata jam kerja buruh 2146 jam. Tetapi, mereka tidak mendapat jaminan untuk peningkatan mutu lingkungan dan keselamatan sosial dari pemerintah. Masyarakat didasarkan kepada produksi massa dan ke dalam proses pembagian kerja yang semakin khusus dan membuat seseorang kehilangan kesadarannya sebagai seorang pribadi. Hubungan sosial impersonal dalam masyarakat yang mekanis membuat rasa terasing dan kesepian bagaikan bagian suatu massa manusia tanpa nama yang telah kehilangan semua keakraban. Oleh sebab itu, hubungan-hubungan dengan orang lain bersifat impersonal yang ditandai oleh tidak adanya keakraban dan adanya perasaan terasing. Masyarakat seringkali merasa hanya menjadi atom-atom dalam suatu mesin sosial raksasa atau orang-orang mengalami perasaan tidak berdaya. Meskipun setiap individu masyarakat massa ini juga terlepas dari masyarakat komunal kecil, namun tidak ada ikatan yang mempersatukan mereka bersama- sama karena semuanya mempunyai asal-usul pekerjaan dan kelas sosial yang berlain-lainan juga latar belakang pendidikan dan asuhan yang berbeda-beda. Seperti halnya dengan Shimokawa yang stress dengan pekerjaannya karena tekanan dari atasan dan takut akan dipecat, ia berusaha untuk menulis komik yang bisa menolong karirnya. Namun, ia bingung akan menulis komik yang seperti apa karena atasannya memerintahkannya untuk mengganti caranya dalam menulis komik. Shimokawa bingung dan tertekan, tetapi ia tidak tahu harus bagaimana keluar dari masalahnya, namun ia tidak mencoba untuk bicara dengan Universitas Sumatera Utara orang lain seperti teman atau tetangga, karena masyarakat Jepang saat itu terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing. Masyarakat massa yang impersonal ini akhirnya berubah menjadi mayoritas yang anonim dan kerumunan tanpa bentuk. Di samping kemiskinan dalam arti konvensional, masyarakat Jepang menjadi kekurangan dalam hal mutu hidup mereka. Kebudayaan dikomersialkan, berciri hedonistik dalam mengejar kesenangan. Hiburan massa hanya memberikan pelepasan bagi nafsu sosial dan perjudian yang merupakan pelarian dari kenyataan hidup. Penduduk dengan tingkat upah rendah yang mengejar pemenuhan keinginan sesaat, mencari jalan keluar sementara dari kenyataan-kenyataan hidup dengan salah satu bentuk perjudian atau dalam bentuk hiburan lainnya. Sama seperti Shimokawa yang ingin mencari jalan keluar dan masalahnya dan pergi ke sebuah bar malam untuk melepaskan diri dari kenyataan hidup dan pemenuhan keinginan sesaat. Gambar yang Menunjukkan Kehidupan Pekerja yang Dekat dengan Hiburan Malam yang Digambarkan pada Komik Abandon the Old in Tokyo. Universitas Sumatera Utara Cuplikan 2 Kenichi is washing some clothes in his small apartement. Kenichi sedang mencuci pakaian di apartemen kecilnya. Paper on wall : Note, Keep sink clean. No noise, please. Turn off gas. Tulisan di dinding : Catatan, jagalah bak tetap bersih. Harap tenang. Matikan gas. Suddenly, a woman stop water flowing from tap. Tiba-tiba, seorang wanita mematikan keran A woman : “Mr. Nakamura, please be careful, you have to be more considerate towards the other tenants. Just because everyone has the same water bill doesn’t mean you can use this much also, your room really stinks. Have you been cleaning it up?”Abandon the Old in Tokyo: 38-39. “Tuan Nakamura, tolong berhati-hatilah, kau harus lebih perhatian kepada penyewa kamar yang lain. Bukan berarti bila semua memiliki tagihan yang sama, kau bisa menggunakannya sesuka hati. Juga, kamarmu benar-benar bau. Apa kau tidak pernah bersih- bersih?” Analisis : Kenichi adalah seorang pekerja dinas kebersihan Tokyo yang tinggal di sebuah apartemen kecil dan terbatas. Apartemen itu penuh sesak dengan orang- Universitas Sumatera Utara orang, tetapi hanya difasilitasi dengan sebuah kamar mandi untuk mandi dan mencuci juga sebuah dapur yang digunakan oleh semua penghuni apartemen. Setiap orang yang tinggal di apartemen dikenakan biaya air dan listrik selain sewa apartemen yang cukup mahal dan sama rata, sehingga mereka harus berhati-hati menggunakan air dan listrik. Diantara tetangga, tidak ada perasaan akrab karena kesibukan kerja yang membuat setiap orang lebih individualis seperti Kenichi yang tidak memiliki komunikasi yang baik dengan tetangganya, sehingga tetangganya tidak tahu kalau kamarnya bau bukan karena ia tidak pernah bersih- bersih, tetapi karena ia tinggal bersama ibunya yang sudah lumpuh dan seringkali buang air di kasurnya. Sama halnya dengan kehidupan masyarakat Jepang setelah pertumbuhan ekonomi pesat sekitar tahun 1950-1980-an. Kota-kota ini seperti Tokyo semakin berkembang dan menimbulkan kepincangan penduduk tidak hanya pada taraf nasional tetapi juga pada taraf lokal. Akhirnya, beberapa kota yang sangat besar beserta pinggirannya terutama Tokyo sungguh sesak karena terlalu padat penduduknya. Golongan pekerja yang jumlahnya membengkak tinggal secara berjejal-jejalan dalam apartemen-apartemen kecil yang didirikan secara pribadi dan terletak disana-sini di daerah-daerah perkotaan-perkotaan kunotersebar dalam kompleks-kompleks apartemen dan daerah-daerah pemukiman baru. Mereka membayar sewa tinggi untuk apartemen-apartemen satu kamar dalam bangunan kayu kecil. Karena harga tanah sangat mahal, rakyat perorangan hampir tidak mungkin mampu mendirikan rumah sendiri, sehingga didirikan rumah-rumah tempat tinggal standar dalam proyek perumah rakyat yang berupa ruang sempit Universitas Sumatera Utara dan tinggal berdesak-desakan. Keadaan kota yang padat dan kesibukan bekerja, membuat masyarakat tidak menaruh minat sama sekali pada masalah-masalah tetangga mereka. Masyarakat yang tinggal hanya menunggu kesempatan untuk berpindah tempat ke tempat yang lebih baik apalagi, ditambah dengan banyak orang-orang dari desa atau kota yang lebih kecil bekerja di Tokyo dan menganggap Tokyo hanyalah sebagai tempat untuk bekerja. Gambar yang Menunjukkan Keadaan Apartemen Pekerja yang Sempit dan Interaksi antar tetangga yang Digambarkan pada Komik Abandon the Old in Tokyo. Universitas Sumatera Utara Cuplikan 3 A factory labor is operating machines. Seorang buruh pabrik sedang mengoperasikan mesin-mesin. Factory labor : “Habit can be a scary thing. When you’re surrounded all day by noise at work, silence almost seems creepy. It’s too loud to talk, so there’s no need for conversation. The noise of machines overtakes the world as everyone becomes isolated. The more people flock together, the more alienated they become.” Abandon the Old in Tokyo: 86-87. “Kebiasaan bisa menjadi hal yang mengerikan. Ketika kau setiap harinya dikelilingi suara bising saat bekerja, Kesunyian hampir-hampir terasa mengerikan. Terlalu berisik untuk mengobrol jadi, di sini percakapan tidak dibutuhkan, suara-suara dari mesin melingkupi dunia seolah-olah setiap orang menjadi terisolasi. Semakin orang-orang berkumpul bersama, semakin terasinglah mereka.” Analisis : Cuplikan di atas menceritakan tentang perasan seorang buruh pabrik yang setiap harinya bekerja diantara suara-suara mesin yang tidak memungkinkan mereka untuk mengobrol dengan orang lain. Karena buruh bukanlah ahliprofessional di bidang mesin, setiap buruh harus mengawasi mesin-mesin yang beroperasi, karena kerja mesin-mesin harus selalu di bawah pengawasan buruh. Setiap buruh akhirnya menjadi seperti terisolasi karena setiap harinya bekerja dikelilingi suara berisik dari mesin dan tidak menjalin pembicaraan dengan sesama buruh lain. Cuplikan di atas sesuai dengan kehidupan buruh pabrik yang terjadi setelah Perang Dunia II tepatnya setelah pertumbuhan pesat Jepang tahun 1950- 1980. Pembaharuan-pembaharuan teknik telah meningkatkan mekanisasi kerja dalam pabrik-pabrik yang besar. Dalam industri berat, mesin-mesin dimasukkan Universitas Sumatera Utara untuk menggeser tenaga kerja, memaksa mereka menyesuaikan gerakan mereka dengan mesin-mesin itu. Kerja tangan telah sangat berkurang, tetapi sebaliknya buruh terpaksa melakukan pekerjaan yang membosankan, yaitu mengawasi bekerjanya proses mesin otomatis, sehingga buruh mengalami kesulitan mendapat kepuasan di dalam pekerjaannya. Bila seorang buruh berminat terhadap pekerjaannya dan merasakannya sebagai hal yang menyenangkan, biasanya hal ini tidak disebabkan oleh pekerjaan itu sendiri, tetapi karena upah yang diterimanya memuaskan atau karena gengsi yang diperoleh dari pekerjaan itu. Demikianlah, seorang buruh cenderung mengalami masa keterasingan-ditinggalkan. Penggunaan komputer dan cepatnya perubahan menuju mesin-mesin otomatis telah memaksa pekerjaan semakin dirasionalisasikan. Menurut salah satu pandangan, penerangan hasil-hasil teknologi maju tampak memerlukan pengetahuan dan latihan tingkat tinggi, dengan demikian mendorong berkembangnya spesialisasi pekerjaan. Namun, jumlah ahli-ahli teknik yang benar-benar mengurus pabrik otomatis sangat kecil bila dibandingkan dengan sejumlah besar buruh yang harus tunduk kepada mesin-mesin, melakukan kegiatan penuh yang terus berulang-ulang atau hanya mengawasi kegiatan mesin- mesin. Pekerjaan sederhana itu diulangi terus-menerus menurut irama mesin, sehingga ada kesan bahwa pekerjaan hanya menjadi sarana untuk memperoleh upah demi memenuhi kebutuhan hidup. Buruh harus menangani dengan setia giliran proses memproduksi yang disodorkan kepadanya dengan ban berjalan menjadi tidak lebih daripada sebuah roda gigi dalam suatu mesin besar. Buruh yang jumlahnya banyak sekali ini dapat sampai kehilangan kepribadiannya sebagai manusia. Mereka tidak mempunyai harapan untuk dapat memelihara Universitas Sumatera Utara identitas mereka sebagai manusia di tempat-tempat kerja mereka. Kerja tangan sudah sangat berkurang, tetapi sebaliknya buruh terpaksa melakukan pekerjaan yang membosankan yaitu mengawasi bekerjanya proses mesin otomatis. Saat bekerja, buruh dipaksa untuk tidak memalingkan pandangannya dari jarum-jarum pengukur walaupun sebentar saja dan membuat mereka terasing dari hubungan- hubungan manusiawi yang wajar. Buruh lebih mengalami kelelahan mental daripada fisik. Gambar yang Menunjukkan Situasi Buruh Saat Bekerja yang Digambarkan pada Komik Abandon the Old in Tokyo. Universitas Sumatera Utara

3.2.2 Hubungan Pekerja dengan Atasan Cuplikan 1

Editor : “Are you all right, Mr. Shimakowa?” “Apakah anda baik-baik saja, tuan Shimokawa?” Shimokawa : “I’m sorry.” “Maaf” Editor : “As I was saying, we can’t publish your work anymore. You’re ranked at the bottom according to our reader polls.” “Seperti yang saya katakan, kami tidak dapat memublikasikan karyamu lagi. Posisimu terbawah di poling pembaca kami.” Shimokawa :”I worked on this serial day and night. Trying to entertain children.” “Aku bekerja keras untuk serial ini siang dan malam. Mencoba untuk menghibur anak-anak.” Editor :”That’s your problem, you’re letting the kids influence you. It should be the other way around. The writer has to influence the kids. In anycase, we need you to end the story with our next issue.” Abandon the Old in Tokyo: 13-14. “Itulah masalahmu, kau membiarkan anak-anak yang mempengaruhimu. Seharusnya kau menggunakan cara lain. Penulis yang seharusnya mempengaruhi anak-anak. Bagaimanapun, kami mau kau menyelesaikan ceritanya di terbitan selanjutnya.” Analisis : Shimokawa adalah seorang penulis komik anak-anak yang mendapat teguran dari atasannya karena serialnya terus-menerus berada pada peringkat terbawah pada poling pembaca. Atasannya sudah berulang kali mengingatkan Shimokawa untuk membuat serial yang lebih menarik untuk anak-anak, namun, Shimokawa tidak berhasil juga, sehingga mendapat ancaman dipecat oleh atasannya. Universitas Sumatera Utara Shimokawa sudah mendapat teguran untuk meningkatkan kinerjanya melalui komunikasi empat mata yang dilakukan atasannya dengan Shimokawa untuk mencari jalan keluar dari masalah Shimokawa, atasannya juga sudah memberikan saran-saran yang bisa membantu, namun kinerja Shimokawa tidak kunjung membaik, sehingga atasannya terpaksa harus memecat Shimokawa. Atasan menggunakan wewenangnya untuk memecat bawahannya yang tidak berkinerja baik. Walaupun atasan Shimokawa tidak langsung mengatakan “kau dipecat” tetapi dengan menggunakan kata yang lebih halus, Shimokawa mengerti bahwa ia tidak dipekerjakan lagi melalui kata-kata atasannya yang berbunyi “Bagaimanapun juga, kami mau kau mengakhiri ceritanya di terbitan selanjutnya.” Sama seperti yang terjadi pada kehidupan masyarakat Jepang pasca Perang Dunia II tepatnya setelah pertumbuhan pesat, pemerintah memusatkan pertumbuhan ekonomi sebagai satu-satunya tujuan nasional yang paling penting, sehingga memacu pertumbuhan perusahaan baik perusahaan besar maupun kecil. Negara Jepang menganut filosofi kaizen yaitu, filosofi kerja yang diturunkan dari hasil sistem pendidikan dan interaksi sosial budaya Jepang yang mengutamakan keharmonisan dan kegiatan bersama. Gagasan fundamental dalam pembentukan kebijakan nasional salah satunya adalah “keterlibatan karyawan dalam organisasi”. Pemimpin melalui kebersamaan ini mampu menciptakan strategi pengembangan sumber daya manusia sesuai kebutuhan strategi yang mereka rumuskan. Manajemen paternalistik adalah ciri khas dari perusahaan Jepang. Perhatian atasan dengan bawahan bersifat keibuan. Kritik biasanya dilakukan Universitas Sumatera Utara empat mata dari atasan untuk mengatasi suatu masalah yang mengganggu bawahannya. Sama seperti Shimokawa yang mendapat teguran dari atasannya tetapi dilakukan empat mata saja, sehingga Shimokawa tidak merasa dipermalukan oleh atasannya. Orang Jepang merasa bahwa harga dirinya ditentukan oleh tinggi- rendahnya posisi kelompoknya. Untuk meninggikan harga dirinya, ia berusaha sekuat tenaga agar kelompoknyaperusahaannya semakin maju sehingga, meningkatkan posisi kelompok itu di masyarakat. Jadi, dedikasi orang Jepang kepada pekerjaannya pada hakikatnya merupakan suatu self-interest. Sama seperti halnya dengan Shimokawa dan atasannya yang bersama-sama berusaha memajukan perusahaannya agar perusahaan tempat mereka bekerja semakin terpandang. Tidak peduli atasan dengan bawahan, semuanya bersama-sama ingin memajukan perusahaan demi meningkatkan prestise perusahaannya. Para karyawan tidak hanya mengharapkan gaji tetapi juga pengakuan tergantung pada sebuah kelompok yang terpandang, sehingga apabila seorang individu dirasakan tidak lagi memberikan keuntungan bagi perusahaan, maka seorang atasan memiliki wewenang untuk memberhentikan bawahannya setelah melalui banyak pertimbangan. Universitas Sumatera Utara Gambar yang Menunjukkan Situasi Ketika Pekerja Mendapat Teguran dari Atasan yang Digambarkan pada Komik Abandon the Old in Tokyo. Cuplikan 2 A labor factory got an accident in factory while he was operating machine and made his left arm lost. Now, he stays in a hospital for a couple days to heal and the labor factory read a newspaper to spend his free-time. Seorang pekerja pabrik mendapat kecelakan kerja ketika ia mengoperasikan mesin dan membuatnya kehilangan tangan kirinya. Sekarang, ia dirawat di rumah sakit untuk penyembuhan dan si pekerja pabrik membaca berita di surat kabar untuk mengisi waktu luang. Caption : “Current price, The 3 Million Yen Dog.” Judul : “Harga sekarang, Anjing 3 Juta Yen.” Then, he receive a guest. In fact, his guest is his boss. Universitas Sumatera Utara Kemudian, ia menerima seorang tamu. Kenyataannya, tamunya adalah atasannya. Labour : “Sir” “Pak.” Boss : “Looks like you’re recovering. Here’s your workers’s compensation insurance money. 300.000 Yen. Your carelessness has really hurt us financially. We’re going through hard times. But don’t feel to bad. Cheer up, I wish you well. Oh that’s right. We’ve accepted your letter of resignation.”Abandon the Old in Tokyo: 105-106 “Sepertinya kau sudah pulih. Ini uang asuransi ganti rugi kerjamu. 300.000 Yen. Kecerobohanmu benar-benar menghancurkan keuangan kami. Saat ini kami berada dalam kesulitan. Tapi, jangan berkecil hati. Bersemangatlah. Kuharap kau sehat. Oh iya, kami mengabulkan surat pengunduran dirimu.” Analisis: Cuplikan dialog di atas menceritakan tentang seorang buruh yang mengalami kecelakaan saat bekerja di pabrik dan kecelakaan tersebut membuatnya kehilangan tangan kirinya. Setelah dirawat di rumah sakit selama beberapa hari, si buruh mendapat kunjungan dari atasannya. Atasannya menjenguknya sekaligus memberikan uang asuransi kecelakan kerjanya dan mengatakan bahwa perusahaan menerima surat pengunduran diri yang memang sudah ditulis si buruh sebelum terjadinya kecelakaan, tetapi hal tersebut hanyalah cara halus mengatakan bahwa si buruh tidak dibutuhkan lagi di perusahaan itu karena sudah cacat. Setelah berbasa-basi sedikit, atasannya meninggalkannya dengan uang asuransi kecelakaan sebanyak 300.000 Yen yang tidak lebih banyak jumlahnya daripada harga seekor anjing. Hal tersebut sesuai dengan hal yang terjadi pada kehidupan pekerja Jepang setelah pertumbuhan pesat ekonomi. Kesetiaan pekerja pada manajemen Universitas Sumatera Utara paternalistik diperteguh dengan berbagai fasilitas kesejahteraan dan pelayanan- pelayanan yang diberikan sebagai penghasilan tambahan. Jepang menjamin kesejahteraan karyawan dalam sistem “bekerja dalam tugas selama hidup”, namun perusahaan juga memilih karyawan yang akan dijamin kesejahteraannya oleh perusahaan. Seperti halnya dengan si buruh yang kehilangan lengan kirinya dalam kecelakaan kerja, perusahaan memberikan uang asuransi kecelakaan secukupnya, namun si buruh tidak lagi layak dipekerjakan perusahaan karena ia telah cacat dan tidak memberikan keuntungan lagi bagi perusahaan. Demikian pula dengan pemerintah yang hanya menaruh perhatian kepada peningkatan ekonomi Jepang, sehingga menelantarkan kehidupan orang-orang usia lanjut dan orang-orang cacat. Si buruh ditinggalkan tanpa jaminan hidup dari pemerintah dan pekerjaan untuk melanjutkan hidupnya. Asuransi sosial di Jepang pun memiliki sejarah yang sangat pendek. Asuransi merupakan suatu sistem yang diharapkan dapat memberikan penghasilan yang terjamin untuk mengimbangi hilangnya penghasilan yang disebabkan oleh usia lanjut, ketidakmampuan bekerja, kecelakaan di tempat kerja, penyakit akibat tugasnya, pengangguran dan juga untuk membayar biaya-biaya perawatan kesehatan bila orang mengalami cedera atau jatuh sakit. Tetapi, di negara Jepang terdapat kerangka simpang siur yang mengurus asuransi tunjangan kesejahteraan, tunjangan nasional, asuransi kesehatan nasional, asuransi pengangguran, asuransi ganti rugi kecelakaan pekerja, asuransi pelaut dan segala macam himpunan keuntungan timbal-balik milik para karyawan negara tingkat pusat dan daerah, karyawan perusahaan-perusahaan pemerintah, guru-guru sekolah swasta, karyawan organisasi pertanian, kehutanan dan perikanan. Semuanya didirikan Universitas Sumatera Utara pada waktu yang berlainan dan berbeda-beda sifat dan pelayanan. Namun, sistem tunjangan di Jepang secara keseluruhan baru saja dibentuk dan pembagian keuntungan baru dibayarkan mulai tahun 1971. Tetapi, pada tahun 1972 sistem tunjangan itu menjadi inti perdebatan. Taraf tunjangan tahunan akhirnya dinaikkan dan dilaksanakan menurut sistem tunjangan tahunan menurut indeks. Tunjangan tahunan nasional pada tahun 1973 naik menjadi 24.000 Yen sebulan dari 2000 Yen sebulan. Gambar yang Menunjukkan Keadaan Pekerja Ketika mendapat Asuransi Kecelakaan Kerja dan Interaksi dengan Atasan yang Digambarkan pada Komik Abandon the Old in Tokyo. Universitas Sumatera Utara

3.2.3 Hubungan Pekerja dengan Rekan Kerja Cuplikan 1

Two factory labors just finished their duty in factory. Dua buruh pabrik baru saja menyelesaikan pekerjaan mereka di pabrik. Labor : “You’ve been smiling all day, something good happen? So you got a girl. You might not believe me but, you better watch out. Hehehe…”Abandon the Old in Tokyo: 99 “Kau tersenyum sepanjang hari, apakah ada hal baik yang terjadi? Jadi kau punya pacar? Kau mungkin tidak mempercayaiku, tetapi kau lebih baik berhati-hati. Hehehe..” Analisis : Cuplikan di atas menceritakan tentang seorang buruh pabrik yang baru saja mendapat kekasih setelah sekian lama sendiri. Rekan kerjanya yang lain memperhatikan tingkah lakunya yang sedikit berbeda selama bekerja, karena rekan kerjanya menyadari bahwa ia tersenyum sepanjang hari selama bekerja. Setelah selesai bekerja, rekan kerjanya mengajaknya untuk mengobrol untuk membahas hal apa yang mengubah tingkahnya dan mengingatkannya agar berhati-hati memilih perempuan. Sesuai dengan kehidupan masyarakat Jepang setelah perang tepatnya setelah pertumbuhan ekonomi pesat, hubungan antar manusia dalam masyarakat Jepang dibagi dua kategori yaitu vertikal dan horizontal dan kedua hubungan ini bersifat linier. Kedua hubungan ini juga berlaku untuk hubungan atasan dengan bawahan, juga hubungan horizontal seperti hubungan antar rekan kerja. Kedua jenis hubungan ini merupakan fakta yang sangat penting dalam tata hubungan dan merupakan inti struktur kelompok. Secara teoritis, ikatan horizontal diantara mereka dari lapisan yang sama berfungsi dalam perkembangan kasta dan Universitas Sumatera Utara golongan sementara, ikatan vertikal berfungsi untuk pembentukan kelompok yang lebih menekankan susunan hierarki atas-bawah. Di dalam lingkungan kerja terdapat tiga kategori yaitu sempai senior, kohai junior dan doryo yaitu artinya rekan dan hanya menunjukkan mereka yang berpangkat sama. Diantara rekan-rekan sejawat bisa melepaskan diri dari kata- kata sopan dan tidak menghormat bila sudah akrab dan tidak jarang orang Jepang membicarakan masalah rumah tangga dan percintaan mereka dengan rekan sekerja yang dirasa akrab. Demikianlah yang terjadi kepada pekerja yang memiliki jabatan yang sama. Kerja sama lebih cepat terjalin kepada rekan kerja yang memiliki tugas yang sama, karena seringnya menikmati kebersamaan antara teman sejawat, bagi rekan kerja yang akrab hubungannya, timbul kepekaan yang tajam dengan rekan kerjanya, sehingga perubahan terkecil pun dalam perilaku pada rekan kerja akan mudah diketahui oleh rekan kerja lainnya yang memiliki hubungan akrab. Cuplikan 2 Sewer cleaner : “You’re gonna quit this job, right? Well, it shouldn’t be permanent. You’re still young. Besides, you’re gonna be a dad soon.” Abandon the Old in Tokyo: 186 “Kau akan secepatnya keluar dari pekerjaan ini, bukan? Baiklah, lagipula kau tidak seharusnya bertahan di sini. Kau masih muda dan kau akan jadi ayah sebentar lagi.” Analisis : Cuplikan di atas menceritakan tentang seorang pembersih gorong-gorong yang merasa bingung apakah ia harus bertahan di pekerjaannya atau mencari Universitas Sumatera Utara pekerjaan lain, karena istrinya memaksanya untuk mencari pekerjaan baru yang lebih baik karena mereka butuh banyak uang untuk biaya kehamilan istrinya dan kebutuhan sehari-hari, sementara gaji seorang pembersih gorong-gorong bahkan tidak cukup untuk membeli sebuah pemanas ruangan. Seorang rekannya yang sudah tua dan sudah lama bekerja sebagai pembersih gorong-gorong, menasehatinya untuk segera keluar dari pekerjaannya yang sekarang ini dan segera mencari pekerjaan yang lebih baik karena ia akan segera memiliki anak yang membutuhkan banyak biaya untuk membesarkannya. Seperti halnya dengan kehidupan pekerja pada pasca Perang Dunia II, khususnya setelah pertumbuhan perekonomian pesat Jepang, di dalam lingkungan kerja terdapat tiga kategori yaitu sempai yaitu senior yang sudah lama bekerja di perusahaan dan dianggap sudah memiliki banyak pengalaman, kohai atau orang yang baru saja bekerja di sebuah perusahaan dan dianggap harus banyak belajar dari seniornya dan doryo yang artinya rekan dan hanya menunjukkan mereka yang pangkatnya sama bukan untuk semua orang yang bekerja di kantor yang sama. Bahkan untuk doryo, perbedaan usia, tahun mulai bekerja atau wisuda di sekolah menciptakan kesan sempai dan kohai. Biasanya, diantara rekan sejawat bisa melepaskan diri dari kata-kata sopan dan tidak menghormat bila sudah akrab dan tidak jarang orang Jepang membicarakan masalah rumah tangga dan percintaan mereka dengan rekan sekerja yang dirasa akrab. Sama seperti si pembersih gorong-gorong yang mendapat nasehat dari rekannya yang sudah lebih lama bekerja sebagai pembersih gorong-gorong. Rekannya memberikan nasehat padanya untuk mencari pekerjaan yang lebih baik, karena ia membutuhkan banyak biaya untuk membesarkan anaknya kelak. Universitas Sumatera Utara Biasanya seorang pekerjapegawai yang baru bekerja akan meminta bantuan kepada rekan kerja yang lebih senior dan biasanya mereka dengan senang hati mengajarkan hal-hal yang dibutuhkan untuk pekerjaan juniornya. Karena merasa hidup dalam kelompok dan bertujuan untuk memajukan kelompok daripada individu, ditambah lagi dengan kebersamaan rekan kerja dalam bekerja, membuat para pekerja yang sama pangkatnya lebih mudah bekerjasama dan saling memahami perasan antar-rekan kerja.

3.2.4 Hubungan Pekerja dengan Orang tua Cuplikan 1

Kenichi is reading a newspaper. Kenichi sedang membaca sebuah surat kabar. Caption: “Senior Citizen Discovered Two Weeks After Death in A Downtown Apartement.” Judul: “Seorang Manula Ditemukan Tewas di Sebuah Apartemen Kota Setelah Dua Minggu.” Then, Kenichi remember what his friend ever said “People get rid of anything old. That’s modern life for ya.” Kemudian, Kenichi mengingat hal yang pernah dikatakan temannya. “Orang- orang membuang hal-hal yang sudah tua. Sekarang ada kehidupan modern untukmu.” Kenichi also remember what his fiance ever said. “I cant wait to leave home. I can’t wait to live with you.” Kenichi juga mengingat hal yang pernah dikatakan tunangannya. “Aku tidak sabar untuk meninggalkan rumahku. Aku tidak sabar untuk hidup bersamamu.” When Kenichi see his mother who is invalid, asleep beside him, suddenly he want to abandon her because he think that take care of her mother is very burdensome Abandon the Old in Tokyo: 54. Universitas Sumatera Utara Ketika Kenichi melihat ibunya yang cacat tertidur di sampingnya, tiba-tiba saja terlintas di pikirannya untuk membuang ibunya karena ia berpikir mengurus ibunya sangat berat. Analisis: Kenichi adalah seorang petugas dinas kebersihan kota Tokyo yang hidupnya pas-pasan dan tinggal di sebuah apartemen kecil. Suatu hari, tunangannya mendesaknya untuk segera menikah agar mereka bisa tinggal bersama. Namun, tanpa sepengetahuan kekasihnya, Kenichi tinggal dengan ibunya yang sudah renta dan lumpuh. Kenichi menjadi bingung karena tunangannya mendesaknya untuk segera menikah agar mereka tinggal berdua saja karena kekasihnya sudah bosan tinggal dengan orang tuanya. Padahal, Kenichi memiliki ibu yang menggantungkan hidup sepenuhnya kepada Kenichi. Tiba-tiba saja, Kenichi membaca berita di sebuah surat kabar yang mengabarkan bahwa ada seorang manula yang dibiarkan tewas di sebuah apartemen dan baru ditemukan setelah dua minggu kemudian. Hal tersebut menarik perhatian Kenichi apalagi dengan kata-kata temannya yang mengatakan bahwa masyarakat modern Jepang sudah tidak cocok dengan barang-barang tua dan usang, karena barang-barang tua sudah selayaknya dibuang ke tempat sampah dan digantikan dengan barang yang baru. Hal itu membuat Kenichi tergoda untuk berbuat hal yang sama dengan berita yang ada di surat kabar. Ia memang sudah bosan hidup dengan ibunya dan ingin segera menikahi tunangannya. Cuplikan di atas sesuai dengan keadaan hidup masyarakat Jepang setelah pertumbuhan ekonomi pesat 1950-1980. Perkembangan industri yang pesat membuat kota-kota inti berkembang termasuk Tokyo yang mengakibatkan Universitas Sumatera Utara beberapa kota yang sangat besar beserta pinggirannya sungguh sesak karena terlalu padat penduduk. Golongan pekerja yang jumlahnya membengkak tinggal berjejal-jejalan dalam apartemen-apartemen kecil. Mereka membayar sewa tinggi untuk apartemen-apartemen satu kamar dalam bangunan kayu kecil. Perumahan rakyat yang dibuat pemerintah untuk memberi tempat tinggal kepada masyarakat yang tidak memiliki rumah karena terlalu mahal, hanya berupa unit “2DK” yang hanya terdiri dari dua kamar dan sebuah dapur kecil mendorong terjadinya peralihan menuju keluarga inti. Pada pertumbuhan ekonomi pesat, masyarakat Jepang menjadi masyarakat konsumtif pula. Dengan didorong oleh pertumbuhan ekonomi dan TV serta pertunjukan-pertunjukan iklan-iklan di media massa, tingkat konsumsi terus- menerus didorong untuk meningkat. Ekonomi Jepang yang tumbuh pesat itu telah sangat mengubah pola-pola konsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Sebelum perang, orang-orang Jepang menganggap berbelanja untuk konsumsi itu sebagai suatu sifat buruk, tetapi hal tersebut menjadi lumrah setelah pertumbuhan ekonomi pesat. Pengeluaran biaya tinggi untuk konsumsi dapat dibenarkan atau bahkan membawa gengsi. Jaminan sosial yang rendah tingkatannya mendorong orang-orang Jepang untuk hidup sederhana, tetapi teknik-teknik pemasaran yang maju telah merangsang kecenderungan orang untuk membelanjakan uang lebih banyak untuk barang-barang konsumsi. Berbagai perubahan dalam pola-pola konsumsi berjalan begitu cepat sehingga menimbulkan kekacauan gaya hidup seperti inilah yang dikatakan oleh teman Shimokawa tersebut. Barang-barang lama harus segera digantikan dengan barang-barang baru ditunjukkan dengan pola konsumsi masyarakat yang terus meningkat. Tingkat konsumsi untuk setiap Universitas Sumatera Utara individu dalam masyarakat sangat besar, sehingga tidak ada waktu untuk mengurus orang tua. Seperti yang dikatakan oleh Tadashi Fukutake, perpaduan antara perumahan rakyat yang tidak mencukupi dan kepemilikan kendaraan secara pribadi menggambarkan secara jelas keadaan umum masyarakat Jepang modern. Tidak mungkin orang membangun kebudayaan konsumen yang menjamin adanya rasa aman bagi orang-orang berusia lanjut kalau rata-rata pekerja tidak dapat membeli rumah meskipun sudah menggunakan seluruh penghasilannya. Setelah Perang Dunia II, pemerintah Jepang hanya memperhatikan pertumbuhan ekonomi saja sehingga dana pemerintah habis untuk perbesaran modal saja dan dana kesejahteraan umum tidak mendapat perhatian sewajarnya termasuk jaminan sosial kepada orang tua lanjut usia dan orang-orang cacat. Perubahan sistem keluarga ie menjadi keluarga inti pun telah mengubah nasib orang tua yang berusia lanjut. Saat masih menganut sistem keluarga dengan garis keturunan langsung ie, orang tua memiliki hak untuk hidup bersama anak laki- laki sulung. Namun, karena sistem keluarga inti sudah diberlakukan dan rumah- rumah yang dibangun tidak memungkinkan dihuni oleh keluarga besar, orang tua usia lanjut pun tersingkir bahkan tidak mendapat jaminan sosial dari pemerintah. Sama seperti Kenichi yang setelah menikah ingin tinggal berdua saja dengan istrinya dan tega meninggalkan ibunya yang renta dan tidak bisa apa-apa tanpa jaminan sosial dari pemerintah. Dalam struktur keluarga ie, posisi nenek atau kakek sangat kuat. Anak biasanya diasuh di bawah bimbingan nenek yang memanjakannya daripada oleh ibu mereka sendiri yang tidak memiliki kewibawaan nyata untuk mengatur mereka. Namun, hal tersebut tidak lagi sama setelah keluarga Jepang modern Universitas Sumatera Utara mengalami peralihan dari keluarga kuno dengan garis keturunan langsung menjadi satu keluarga yang berupa pasangan baru suami-istri yang bergerak menuju pembebasan dari ikatan-ikatan masa lampau. Keluarga sebagai lembaga juga tidak bisa memberi jaminan bagi mereka yang berusia lanjut. Menurut survei yang dilakukan oleh Perdana Menteri pada tahun 1973, semakin banyak orang- orang muda yang berpendapat bahwa orang-orang berusia lanjut seharusnya mengurus dirinya sendiri atau diurus oleh lembaga masyarakat. Termasuk Kenichi yang saat itu adalah generasi muda Jepang sekitar tahun 1970-an. Fukutake berpendapat, keluarga inti paling cepat digulirkan oleh pekerja kota, karena banyak orang dari kelas ini tinggal di ruang beton yang sempit. Gaya konsumsi masyarakat Jepang pada pertumbuhan ekonomi meliputi yaitu; car mobil, cooler pendingin udara dan color television televisi berwarna. Keluarga Jepang modern yang berupa keluarga inti menganut nilai maihōmushugi “rumahku-isme” yaitu, mencukupi suatu keinginan untuk pertama-tama mendahulukan keluarga sendiri dan pemenuhan kebutuhannya. Setiap keluarga umumnya ingin meningkatkan prestise keluarga melalui kemapanan ekonomi keluarga, sehingga berusaha untuk membali tiga barang konsumsi pada masa itu yaitu mobil, pendingin udara dan televisi berwarna untuk meningkatkan prestise keluarga. Untuk dapat memiliki barang-barang tersebut, sering kali baik suami maupun istri bekerja sehingga tidak memiliki waktu untuk mengurus anak bahkan orang tua mereka. Universitas Sumatera Utara Gambar yang Menunjukkan Keadaan Pekerja yang Ingin Membuang Orang tuanya yang Digambarkan pada Komik Abandon the Old in Tokyo. Cuplikan 2 An old man is walking back to his residence located in seedy neighborhood. When he was opening the door of his residence, he found his daughter in his house. Seorang laki-laki tua berjalan pulang kembali ke kediamannya yang berada di lingkungan kumuh. Ketika ia membuka pintu rumahnya, ia menemukan putrinya berada di dalam rumah. Daughter : “Hi, dad. I wanted to borrow some soy sauce.” Universitas Sumatera Utara “Hai, ayah. Aku bermaksud untuk meminjam kecap.” Father : “R-Ruriko.” “Ru..Ruriko.” Daughter : “Yes? What is it? You’re being strange.” “Ya? Ada apa? Ayah benar-benar aneh,” His father doesn’t continue his word and Ruriko walk away from her father residence and back to her luxury apartement Abandon the Old in Tokyo: 75. Ayahnya tidak melanjutkan kata-katanya dan Ruriko pun pergi meninggalkan ayahnya dan kembali ke apartemen mewahnya. Analisis : Cuplikan dialog di atas menceritakan tentang laki-laki tua yang bekerja sebagai pembersih jendela kantor dan setiap hari bekerja keras karena ia hanya hidup sendirian dan putrinya meninggalkannya setelah mandiri dan bekerja di sebuah perusahaan besar. Ruriko putri si pembersih jendela tinggal tidak jauh dari rumah ayahnya, namun ayahnya berdiam di sebuah rumah kecil di pemukiman kumuh, sementara Ruriko tinggal di sebuah apartemen mewah. Ruriko dan ayahnya tidak lagi memiliki hubungan yang dekat sebagai keluarga. Ruriko dan ayahnya bagaikan dua orang asing yang tidak saling mengenal. Hal ini sesuai dengan kehidupan masyarakat Jepang pada pasca pertumbuhan ekonomi pesat 1950-1980. Menurut Fukutake, golongan yang paling kurang beruntung adalah para pekerja pada perusahaan-perusahaan kecil, pekerja yang tidak dipekerjakan, orang-orang setengah umur dan lanjut usia yang kembali lagi menjadi pekerja. Mereka merupakan lapisan terendah dalam masyarakat. Mereka mencakup 2,4 dari seluruh rumah tangga yang hidup dengan bantuan pemerintah atau berada dalam lapisan ambang yang mungkin Universitas Sumatera Utara sewaktu-waktu jatuh. Penduduk yang termasuk kelas-kelas ini merupakan golongan terendah diantara kelas. Langkah-langkah legislatif bagi orang-orang yang lamban mentalnya, bagi orang-orang lanjut usia dan keluarga-keluarga tanpa ayah diberlakukan belum lama masing-masing pada tahun 1960, 1963 dan 1964. Orang-orang yang kurang beruntung yang menjadi tujuan dibuatnya undang-undang ini cenderung ditinggalkan saja di tengah memuncaknya pertumbuhan ekonomi. Suara mereka di masyarakat lemah dan ketentuan-ketentuan hukum untuk menjamin mereka ketinggalan dan dana kesejahteraan umum tidak mendapat perhatian sewajarnya dalam anggaran belanja nasional yang mendapat perhatian utama dalam pemerintahan hanyalah pertumbuhan di bidang ekonomi. Orang lanjut usia dan orang-orang cacat merupakan lapisan terbawah dalam suatu masyarakat yang nampaknya kaya raya. Seperti halnya dengan si pembersih jendela kantor merasa dibuangdiabaikan di usianya yang sudah senja dan harus tetap bekerja keras untuk membiayai hidupnya karena tidak adanya jaminan sosial kepada orang- orang usia lanjut. Keluarga Jepang modern mengalami peralihan dari keluarga kuno dengan garis keturunan langsung menjadi satu keluarga yang berupa pasangan baru suami-istri yang bergerak menuju pembebasan dari ikatan-ikatan ketat masa lampau. Keluarga sebagai lembaga juga tidak bisa memberi jaminan bagi mereka yang berusia lanjut yang pada masa dulu dapat diselenggarakan. Ditambah lagi dengan survei pendapat umum oleh Perdana Menteri mengenai kehidupan dan masalah penduduk berusia lanjut menunjukkan bahwa angka perbandingan orang- orang yang beranggapan jaminan hari tua sebagai tanggung jawab keluarga adalah Universitas Sumatera Utara 34 pada tahun 1969, tetapi menurun menjadi 22 pada tahun 1973. Survei itu menunjukkan pendapat bahwa orang-orang berusia lanjut itu seharusnya mengurus dirinya sendiri atau diurus oleh lembagai masyarakat, semakin banyak dianut oleh responden yang usianya lebih muda. Seperti halnya dengan Ruriko yang merasa ayahnya harus mengurus dirinya sendiri terlihat pada sikap Ruriko yang tinggal terpisah dengan ayahnya dan sama sekali tidak peduli dengan keadaan ayahnya yang hidup sendiri di rumah kecil dan harus bekerja setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Gambar yang Menunjukkan Hubungan Pekerja dengan Anggota Keluarganya yang Digambarkan pada Komik Abandon the Old in Tokyo. Universitas Sumatera Utara

3.2.5 Keluarga Kelas Pekerja Cuplikan 1

Kenichi and his fiancé promise to meet at a café. Kenichi dan tunangannya berjanji bertemu di sebuah kafe. A girl : “I’m sorry, am I late?” “Maaf, apa aku terlambat?” Then, Kenichi’s fiancé sit in front of him. Kemudian, tunangan Kenichi duduk di depannya. A girl : “I can’t belive how many you’ve smoked, it’s bad for you besides, it’s waste of money. Tee ..hee.., I’m sorry. A girl gets practical once she’s engaged. Why don’t you show me you apartement? I really want to see it. I want to see how a bachelor lives. It’s probably because we didn’t have any boys in our family. It’s a drag living with my father. I can’t wait to live with you.”Abaondon the Old in Tokyo: 47-48 “Aku benar-benar tidak percaya kamu merokok sangat banyak. Merokok tidak baik untukmu selain itu, merokok juga membuang uang, hehehe.. maaf, seorang gadis menjadi rewel ketika dia sudah bertunangan. Kenapa kamu tidak menunjukkan apartemenmu kepadaku? Aku benar-benar ingin melihatnya. Aku ingin melihat bagaimana seorang bujangan hidup. Mungkin karena tidak ada anak laki-laki di keluarga kami. Sangat membosankan tinggal dengan ayahku. Aku tidak sabar untuk hidup bersamamu.” Analisis : Kenichi adalah seorang pekerja di dinas kebersihan kota Tokyo dan berencana akan menikah dengan kekasihnya. Kenichi masih mengurungkan niatnya untuk menikah, sementara kekasihnya ingin buru-buru menikah dan segera meninggalkan rumah orang tuanya. Sesuai dengan kehidupan pasca Perang Dunia II tepatnya setelah pertumbuhan ekonomi pesat 1950-1980, masyarakat Jepang menggulirkan Universitas Sumatera Utara bentuk keluarga satu generasi ie dengan keluarga inti kaku-kazoku. Revisi terhadap kode hokum sipil setelah perang mendominasi ie secara hukum atas individu. Pasal 24 dalam Undang-Undang Dasar dengan tegas menyatakan pentingnya martabat individu dan kesamaan derajat pria dan wanita di dalam kehidupan keluarga. Perkawinan dilaksanakan berdasarkan kesediaan kedua pihak yang bersangkutan. Ini berarti asas-asas baru keluarga modern dalam pembentukan kode hukum sipil. Undang-Undang baru melambangkan suatu revolusi dalam kehidupan keluarga Jepang. Seperti yang dikatakan oleh Seoerjono Soekanto, industrialisasi cenderung mengubah ikatan-ikatan keluarga luas. Sebagai akibat terjadinya mobilitas secara geografis, maka peranan keluarga kecil menjadi lebih penting daripada keluarga luas. Di zaman pasca Perang Dunia II, Pasangan suami-istri yang baru saja menikah di kota-kota lebih suka hidup terpisah dari orang tua mereka. Keluarga kelas atas, meskipun mempunyai ruangan di rumah orang tuanya, namun orang tua lebih suka membangun rumah baru bagi mereka. Atau, karena tinggi- rendahnya harga tanah, orang tua pada umumnya mendirikan rumah baru di tanah mereka sendiri untuk anaknya yang baru menikah. Pria dan wanita dari golongan menengah dan bawah yang baru menikah biasanya tidak mempunyai dana untuk menjamin kemandirian mereka, tetapi kerap hidup terpisah dari orang tua mereka dalam kamar sewaan dengan bantuan dana dari orang tua. Seperti halnya dengan tunangan Kenichi yang berniat untuk segera pindah dari rumah orang tuanya untuk segera tinggal berdua dengan Kenichi dan membuat sebuah keluarga baru. Masyarakat perorangan cenderung untuk membuat keluarga inti menjadi sebuah norma. Universitas Sumatera Utara Cuplikan 2 Sewer cleaner’s wife : “So you say you’re gonna quit your job, but when? I’m so sick of this life. Go ahead, be a sewer cleaner the rest of your life. I’m sorry, but you’re a loser. I’m going out with a friend.”Abandon the Old in Tokyo: 191 “Kau bilang kau akan keluar dari pekerjaanmu tapi kapan? Aku sudah muak hidup begini. Terserah sajalah. Jadilah pembersih gorong-gorong seumur hidupmu. Maaf, tapi kau memang pecundang. Aku mau pergi keluar dengan seorang teman sekarang.” Analisis : Cuplikan di atas bercerita tentang seorang pembersih gorong-gorong yang bertengkar dengan istrinya karena ia tidak kunjung meninggalkan pekerjaannya sebagai pembersih gorong-gorong, padahal istrinya sudah memintanya untuk mencari pekerjaan yang lebih baik agar kehidupan rumah tangga mereka menjadi lebih sejahtera, tetapi si pembersih gorong-gorong ragu ia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Istrinya akhirnya tidak tahan hidup bersamanya lagi setelah ia keguguran karena ia tergelicir di tangga saat akan pergi ke pemandian air panas karena si pembersih gorong-gorong tidak mampu membeli sebuah pemanas ruangan. Akhirnya istrinya memutuskan untuk segera berpisah dengan suaminya, si pembersih gorong-gorong. Sama halnya dengan keadaan keluarga pekerja Jepang setelah pertumbuhan ekonomi pesat. Revisi terhadap kode hukum sipil setelah perang menolak dominasi ie secara hukum atas individu. Pasal 24 dalam Undang-Undang Dasar dengan tegas menyatakan pentingnya martabat individu dari kesamaan derajat pria dan wanita di dalam kehidupan keluarga. Perkawinan dilaksanakan berdasarkan kedudukan dua belah pihak yang bersangkutan. Ini berarti asas-asas Universitas Sumatera Utara baru keluarga modern dalam pembentukan kode hukum sipil. Undang-undang baru melambangkan suatu revolusi dalam kehidupan keluarga Jepang dan menggulirkan keluarga inti sebagai norma. Bahkan dari tahun 1955 sampai tahun 1980, keluarga inti yang terdiri dari suami dan istri saja meningkat jumlahnya menjadi 13.1 seperti halnya dengan bentuk keluarga si pembersih gorong- gorong yang hanya terdiri dari suami dan istri saja. Di dalam keluarga inti, kedudukan wanita umumnya meningkat karena di dalam keluarga inti berorientasi pada hubungan suami-istri dengan kesamaan derajat pria dan wanita. Wanita memang belum mencapai kedudukan yang sama seperti pria, tetapi di dalam keluarga kedudukan wanita telah menjadi kuat, bahkan para istri juga bekerja untuk menambah penghasilan keluarga demi meningkatkan prestise keluarga. Wanita tidak lagi terlalu terikat dengan suami, karena perkawinan tidak lagi demi kepentingan ie yang menekankan wanita sebagai anak menantu bagi ie daripada istri bagi suaminya. Sama seperti istri dari si pembersih gorong-gorong berhak untuk menekan suaminya untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik karena kedudukan mereka sama dan ia juga berhak memutuskan untuk melanjutkan pernikahannya atau tidak, karena perkawinan sudah berorientasi hubungan kepada suami-istri dengan kesamaan derajat pria dan wanita yang didukung oleh Undang-undang. Selain itu, pada zaman pasca Perang Dunia II, kesadaran akan hierarki status masih berlangsung dengan kuat sementara batas-batas antara kelas terus-menerus menjadi lemah dan meningkatnya tingkatan di bidang ekonomi langsung berkaitan dengan meningkatnya status keluarga dan kedudukan sosial seseorang, sehingga nama baik keluarga akan menjadi baik apabila perekonomian keluarga itu baik. Sama Universitas Sumatera Utara halnya dengan istri dari si pembersih gorong-gorong mendesak ia untuk mencari pekerjaan yang lebih baik bukan hanya dikarenakan mereka membutuhkan biaya yang cukup banyak, tetapi juga istrinya ingin meningkatkan status keluarga tersebut di masyarakat. Ada perasaan malu bagi si istri sebagai istri seorang pembersih gorong-gorong dan ia ingin meningkatkan prestise keluarganya. Gambar yang Menunjukkan Interaksi Pekerja dengan Istrinya yang Digambarkan pada Komik Abandon the Old in Tokyo. Universitas Sumatera Utara

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan