diri   kepada   agama   tertentu,   dibanding   dua   kelompok   etnis lainnya.
Dari ketiga lokasi penelitian itu ditetapkan sample sejumlah 180 orang, dengan masing-masing lokasi berjumlah
60 orang responden. Dari 60 orang responden itu lalu dibagi ke dalam tiga kelompok berdasarkan suku.
Dengan demikian diperoleh subyek penelitian sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1 Distribusi Subyek Penelitian
Yogyakarta Padang
Tanah Karo Jawa
Minan g
Bata k
Jawa Minan
g Bata
k Jawa
Minan g
Bata k
20 20
20 20
20 20
20 20
20 60
60 60
180
D. Metode Pengumpulan Data dan Alat Ukur yang Dipergunakan
Data dikumpulkan dengan teknik yang bervariasi sesuai dengan jenis data.
1. Angket dipakai  untuk mengumpulkan data tentang tingkat pendidikan, etnisitas dan status sosial ekonomi
2. Penelusuran data sekunder dipergunakan dalam rangka mengidentifikasi data  tentang kontribusi kepemelukan
agama: mayoritas atau seimbangnya komposisi kepemelukan agama di suatu lokasi
3. skala dimanfaatkan untuk mengumpulkan data tentang kualitas integrasi yang telah terjalin antar komunitas itu.
Pada tahap pertama data dikumpulkan melalui angket dan skala. Pada skala ini pertanyaan-pertanyaan yang telah
dirumuskan dalam sebuah daftar diberi lajur-lajur jawaban yang tingkat kebenarnnya ditetapkan oleh skala  alternatif
yang menyertai pertanyaaan itu Surakhmad,  1989: 185. Sebagaimana disebutkan di atas, skala digunakan untuk
mengetahui kualitas integrasi. Skala yang dipakai adalah skala Likert Faisal, 1999: 143 yang penyusunannya melalaui
tahapan-tahapan sebagai berikut. Pertama, pembuatan blue print yang diabstraksikan
dari  konstruk teoritis yang dipilih.  Mengacu pada defenisi Ogburn dan Nimkoff dalam Susanto, 1979: 124 bahwa
integrasi melalui beberapa tahap yaitu: akomodasi, kerjasama, koordinasi dan asimilasi. Masing-masing fase itu
juga memiliki beberapa indikasi. Dengan menggabungkan indikasi-indikasi itu  maka penulis mengambil sepuluh indikasi
dari suatu pola hubungan sosial yang disebut integrasi itu. Kesepuluh indikasi integrasi yang kemudian menjadi
kisi-kisi dalam penyusunan skala integrasi adalah sebagai berikut
1. Tidak memasalahkan adanya perbedaan-perbedaan 2. Munculnya usaha-usaha adaptasi
3. Hadirnya kompromi dan toleransi
4. Adanya kerjasama 5. Adanya reaksi yang sama terhadap suatu kejadian
6. Munculnya pembagian kerja 7. Berkembangnya solidaritas
8. Adanya kerjasama yang telah berlangsung lama 9. Adanya harapan-harapan dan kesediaan untuk
bekerjasama 10.
Mengakhiri kebiasaan-kebiasaan lama atau adanya pengalaman-pengalaman bersama yang baru.
Kedua, berdasarkan cetak biru tersebut dikembangkan pernyataan-pernyataan items yang relevan untuk setiap
indikasi. Untuk setiap indikasi penulis rumuskan sembilan 9 item yang masing-masing terdiri dari tiga 3 item tentang
wawasan, tiga 3 item tentang sikap dan tiga 3 item tentang perilaku. Sehingga pada tahap ini keseluruhan
pernyataan berjumlah 90 item. Ketiga, peneliti kemudian menguji coba skala ini pada
30 subyek, pemeluk Islam dan Kristen dan dari 90 butir itu diperoleh 58 butir sahih. Selanjutnya dengan
mempertimbangkan proporsi butir tiap aspek maka ditetapkan masing-masing aspek dua butir. Sehingga keseluruhan  skala
integrasi memiliki 20 butir dengan reliabilitas alpha = 0,965. Keempat, kedua puluh butir itu sebagian merupakan
item yang favourable bila dijawab setuju maka nilainya maksimal dan bila dijawab tidak setuju maka nilainya minimal
dan sebagian merupakan item unfavourable bila dijawab setuju maka nilainya minimal dan bila dijawab tidak setuju
maka nilainya maksimal. Dengan urutan kerja seperti itu maka diperoleh dua
puluh item skala integrasi yang peneliti minta diisi oleh responden dengan cara memilih salah satu dari lima alternatif
jawaban yaitu: SS= Sangat Setuju, S=Setuju, R=Ragu-ragu, TS=Tidak Setuju, STS=Sangat Tidak Setuju. Rincian tentang
butir-butir tersebut bisa dilihat pada table berikut: Tabel 2
Butir-butir Skala Kualitas Integrasi dengan Pernyataan dan Alternatif Jawaban
Indikasi 1 tidak memasalahkan adanya perbedaan-perbedaan 01 saya sering merasa tidak nyaman kalau harus
kumpul-kumpul dengan orang  yang beda  suku dengan saya
SS-S--R--TS- STS
02 Kalau harus minta tolong pada tetangga, saya biasanya akan lihat dulu  tetangga itu satu suku
atau tidak dengan saya SS-S—R--TS-
STS
Indikasi 2 munculnya usaha-usaha adaptasi 03 Saya   senang     mengawali     kenalan   dengan
tetangga   baru   yang   beda   suku,   walau     saya lebih dulu jadi warga kampung
SS-S—R--TS- STS
04 Saya   selalu   berusaha   tidak   terlalu   akrab dengan   tetangga   yang   berbeda   suku   dengan
saya SS-S—R--TS-
STS
Indikasi 3 hadirnya kompromi dan toleransi 05 Tidak masalah bagi saya apakah tetangga saya
satu suku atau tidak dengan saya SS-S--R---TS-
STS 06 Saya bisa memahami bila ada teman saya yang
nikah dengan suku lain SS-S—R--TS-
STS
Indikasi 4 adanya kerjasama 07
Saya merasa kurang nyaman kalau dalam suatu
kegiatan harus bekerja bersama  dengan orang yang beda suku dengan saya
SS-S--R--TS- STS
08 Teman-teman   yang   beda   suku   sepertinya
merasa   tidak   senang   bila   bekerja   bersama dengan saya
SS-S--R--TS- STS
Indikasi 5 adanya reaksi yang sama terhadap suatu kejadian
09 Saya selalu berusaha menjenguk tetangga saya yang sakit, walaupun   dia tidak sesuku dengan
saya SS-S—R--TS-
STS 10 Ketika   ada   peringatan   17   Agustus     saya   rasa
orang di luar suku saya  tidak begitu peduli SS-S—R--TS-
STS Indikasi 6  munculnya pembagian kerja
11 Saya   merasa   canggung   bila   dalam   melayat harus   mengangkat   jenazah   tetangga   yang
berbeda suku dengan saya SS-S—R--TS-
STS 12 Menurut saya kalau ada warga  kampung  yang
menikah     perlu   dibentuk   panitia   yang melibatkan  warga  semua suku
SS-S—R--TS- STS
Indikasi 7 berkembangnya solidaritas 13 Kalau   ada   rumah   tetangga   yang   tidak   sesuku
dengan   saya   kemasukan   pencuri,   sedangkan yang punya rumah tidak berada di rumah, maka
saya akan berpura-pura tidak tahu SS-S—R--TS-
STS
14 Saya   kurang   bisa   merasakan   suasana   duka ketika   melayat   di   rumah   orang   yang   tidak
sesuku dengan saya SS-S—R--TS-
STS
Indikasi 8 adanya kerjasama yang telah berlangsung lama
15 Saya   pernah   bekerjasama   dengan   orang   yang beda   suku   dengan   saya     dalam   waktu   yang
cukup lama SS-S—R--TS-
STS 16 Saya   tidak   suka   harus   bekerjasama     dengan
orang yang beda suku  dalam waktu yang lama SS-S—R--TS-
STS
Indikasi 9 adanya harapan-harapan dan kesediaan untuk bekerjasama
17 Saya merasa senang  bila tidak diundang  dalam acara pernikahan  yang dilakukan oleh tetangga
saya  yang berbeda suku dengan saya SS-S—R--TS-
STS 18 Walau   tidak   diminta   saya   selalu   berusaha
terlibat membantu tetangga yang berbeda suku SS-S—R--TS-
dengan saya yang memerlukan bantuan STS
Indikasi 10 mengakhairi kebiasaan- kebiasaan lama atau adanya pengalaman-
pengalaman bersama yang baru 19 Saya   biasa   ikut   gotong   royong   bersama
tetangga   yang   berbeda   suku   dengan   saya membersihkan tempat ibaddah mereka
SS-S—R--TS- STS
20 Saya   sering   bermainnongkrong   di   rumah tetanggga yang tidak sesuku dengan saya
SS-S—R--TS- STS
E. Metode Analisa  Data
Untuk menguji hipotesis, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik Analisis Variansi. Semua tes dibantu
oleh program komputer SPSS.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Kualitas Integrasi Antar  Kelompok Etnis Tabel 3
Kualitas Integrasi Antar Kelompok Etnis Kualitas
Integrasi frekwensi
Prosenta se
Rendah 11
6,1 Sedang
37 20,6
Tinggi 132
73,3 Total
180 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa secara umum kualitas integrasi antar etnis Jawa, Minang dan Batak di Jogja, Padang, dan di
Tanah Karo adalah tinggi 73,3. Mereka yang memiliki kualitas integrasi sedang sebanyak 20,6. Sedangkan
responden yang berkualitas integrasi rendah sangat sedikit 6,1.
Data pada tabel ini dengan jelas menunjukkan bahwa mayoritas anggota kelompok etnis, baik orang Jawa, orang
Minang, maupun orang Batak yang berdomisili di Jogja, Padang dan Tanah Karo betul-betul tidak lagi memasalahkan
adanya perbedaan-perbedaan di antara mereka, selalu berusaha beradaptasi dengan teman yang berbeda suku,
sudah ada kompromi di antara mereka, sering bekerjasama, memiliki reaksi yang sama terhadap suatu kejadian, telah ada
pembagian kerja antar mereka, dan telah berkembang solidaritas antar mereka. Mereka juga pernah bekerjasama