ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI CAISIM

54

BAB VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI CAISIM

6.1 Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengestimasi tingkat efisiensi teknis adalah melalui pendekatan dengan stochastic production frontier seperti telah dibahas pada metodologi penelitian. Analisis fungsi produksi stochastic frontier meliputi pendugaan model fungsi produksi stochastic frontier dan interpretasi model fungsi produksi stochastic frontier. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini.

6.1.1 Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Model fungsi Cobb-Douglas Stochastic Production Frontier ialah model yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani caisim. Parameter yang digunakan ialah parameter Maximum Likelihood Estimated MLE. MLE dapat menggambarkan hubungan antara produksi output maksimum yang dapat dicapai pada tingkat penggunaan faktor-faktor produksi input yang ada. Nilai MLE diperoleh dari pengolahan data menggunakan program komputer Frontier 4.1. Menurut Soekartawi 1994, fungsi Cobb-Douglas mengikuti kaidah diminishing return sehingga nilai koefisien dalam model diharapkan bernilai positif sehingga selanjutnya dapat memberikan untuk melakukan upaya agar setiap penambahan input dapat menghasilkan tambahan output yang lebih besar. Berkaitan dengan hal tersebut, hipotesis awal juga menduga bahwa semua input produksi memiliki koefisien atau elastisitas positif n . Penelitian ini menggunakan delapan faktor produksi. Input model faktor produksi dapat dilihat pada Lampiran 4. 55 Tabel 13. Pendugaan Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier Caisim dengan Metode OLS Tahun 2012 Variabel Koefisien t-ratio p-value VIF Stochastic Frontier Intersep ln 5.584 3.49 0.002 δuas δahan 1 0.5613 2.25 0.033 9.4 Benih 2 0.2397 1.58 0.125 5.7 Unsur ζ 3 0.1699 1.64 0.114 1.7 Unsur P 4 0.01556 1.36 0.185 2.2 Unsur K 5 -0.02784 -2.50 0.019 1.9 Pupuk Kandang 6 0.1597 1.28 0.211 2.4 Obat- obatan 7 0.2017 1.51 0.142 4.3 Tenaga Kerja 8 -0.0228 -0.12 0.909 5.9 R 2 90,1 Durbin-Watson statistic 1.76 Keterangan : nyata pada ⍺ = 0.5 nyata pada ⍺ = 1 nyata pada ⍺ = 2.5 nyata pada ⍺ = 5 nyata pada ⍺ = 10 Pencarian awal fungsi produksi dilakukan dengan metode Ordinary Least Square OLS. Faktor-faktor produksi variabel independen yang diduga mempengaruhi produksi caisim adalah luas lahan, benih, unsur N, unsur P, Unsur K, pupuk kandang, obat-obatan, dan tenaga kerja output model produksi dapat dilihat pada Tabel 13. Pada pendugaan awal menggunakan metode OLS, variabel-variabel bebas yang berpengaruh terhadap produksi caisim tidak memiliki masalah multikulinearitas dan autokorelasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai VIF nya masing-masing yang nilainya kurang dari 10. Model yang diperoleh dari pendugaan model produksi dengan metode OLS adalah sebagai berikut : ln Y = 5.58 + 0.561 ln L + 0.240 ln B + 0.170 ln N + 0.0156 ln P - 0.0278 ln K + 0.160 ln PK + 0.202 ln O - 0.023 ln TK Setelah melakukan pendugaan dengan metode OLS dan tidak terdapat masalah multikolinearitas serta autokorelasi, maka selanjutnya dilakukan pendugaan model fungsi produksi dengan metode MLE. Pendugaan model fungsi produksi stochastic frontier usahatani caisim di Desa Ciruteun Ilir dengan metode MLE dapat dilihat pada Tabel 14. 56 Tabel 14. Pendugaan Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier Caisim dengan Metode MLE Tahun 2012 Variabel Koefisien Standard Error t-ratio Stochastic Frontier Intersep ln 1,266 0,759 1,666 δuas δahan 1 0,006 0,002 2,599 Benih 2 0,655 0,197 3,322 Unsur ζ 3 -0,006 0,001 -4,250 Unsur P 4 0,127 0,244 0,519 Unsur K 5 0.0004 0,004 0,090 Pupuk Kandang 6 0,278 0,097 2,858 Obat- obatan 7 0,003 0,001 2,966 Tenaga Kerja 8 0,021 0,012 1,702 2 0,040 0.011 3,404 0.998 0.009 105,062 log likelihood function 14,704 LR test of one side error 30,83 Keterangan : nyata pada ⍺ = 0.5 nyata pada ⍺ = 1 nyata pada ⍺ = 2.5 nyata pada ⍺ = 5 nyata pada ⍺ = 10 Hasil estimasi awal menggunakan OLS menunjukkan nilai R 2 sebesar 90,1 persen dan tidak terdapat masalah multikolinieritas antar varibel dalam model yang ditunjukkan dengan Nilai Variance Inflation Factor VIF yang masih berada di bawah 10 Lampiran 6. Masalah multikulinearitas bisa menyebabkan tingginya standard error sehingga t-hitung menjadi lebih kecil dan bisa menyebabkan nilai tersebut menjadi tidak nyata. Berdasarkan metode MLE pendugaan model fungsi produksi memiliki nilai LR galat satu sisi sebesar 30,83 yang lebih besar dari χ 2 9 pada Tabel Chi Square Kodde dan Palm pada ⍺ = 0,1 yaitu 27.133, sehingga terdapat inefisiensi teknis pada model ini. Persamaan yang dihasilkan dari Model tersebut ialah : ln Y = 1,266 + 0,006 ln L + 0,655 ln B - 0,006 ln N + 0,127 ln P + 0.0004 ln K + 0,278 ln PK + 0,003 ln O + 0,021 ln TK 57 Model tersebut ialah model yang akan digunakan untuk menduga pengaruh faktor produksi terhadap produksi karena model tersebut telah memenuhi kriteria dari fungsi produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier. Selanjutnya model inilah yang akan dibahas untuk menggambarkan produksi dari usahatani caisim di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.

6.1.2 Interpretasi Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Parameter yang digunakan adalah parameter dari fungsi produksi stochastic frontier metode MLE. Dari hasil pendugaan Model Tabel 14 dapat dilihat bahwa nilai sebesar 0.998, dimana merupakan rasio antara deviasi inefisiensi teknis ui terhadap deviasi yang mungkin disebabkan oleh faktor acak vi. Secara statistik 0.998 mendekati satu yang menunjukkan bahwa sebesar 99,8 dari error yang ada dalam fungsi produksi disebabkan oleh adanya inefisiensi teknis sedangkan sisanya 0.2 persen disebabkan oleh variabel kesalahan acak risiko. Berikut adalah interpretasi dari masing-masing faktor produksi dari pendugaan model fungsi produksi stochastic frontier.

1. Lahan

Penggunaan lahan berpengaruh positif dan nyata pada taraf kepercayaan 99.5 persen terhadap produksi caisim. Nilai elastisitas lahan terhadap produksi caisim yaitu sebesar 0,006 yang berarti bahwa dengang peningkatan luas lahan sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi caisim sebesar 0,006 persen, ceteris paribus. Lahan berpengaruh positif karena lahan dilokasi penelitian termasuk lahan yang subur dan cocok untuk usahatani sayur-sayuran. Perluasan lahan dapat dilakukan dengan ekstensifikasi lahan. Akan tetapi realita di lapangan, ekstensifikasi lahan tidak mudah mengingat bahwa keterbatasan jumlah lahan akibat penggunaan lahan untuk keperluan selain untuk lahan pertanian. Pada Gambar 11 dapat dilihat hubungan luas lahan terhadap produktivitas dan faktor produksi lainnya. Perubahan lahan berhubungan positif dengan perubahan produktivitas, dimana peningkatan lahan akan disertai dengan 58 produktifitas yang relatih meningkat. Begitupula halnya dengan penggunaan benih, pupuk, obat dan tenaga kerja. produktivitas lu a s l a h a n 20 00 15 00 10 00 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.01 Produksi 10 00 50 Benih 4 2 Unsur N 8 4 Pupuk Kandang 40 20 Obat-obatan 40 20 Tenaga Kerja 3 1 5 Matrix Plot of luas lahan vs produktivita, Produksi, Benih, ... Gambar 11. Matrix Plot Lahan VS Produktivitas, Produksi, Benih, Pukan, Obat, Unsur N dan Tenaga Kerja 2. Benih Penggunaan benih berpengaruh positif dan nyata pada taraf kepercayaan 99,5 persen. Nilai elastisitasnya sebesar 0,655, artinya dengan meningkatkan penggunaan benih sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi sebesar 0,655 persen dengan asumsi variabel lain tetap. Elastisitas produksi yang positif menunjukkan bahwa penggunaan benih caisim berada pada daerah rasional. Hal ini disebabkan karena benih memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan produksi atau dengan kata lain produksi sangat responsif terhadap benih sehingga dengan peningkatan penggunaan benih akan meningkatkan produksi secara signifikan. Peningkatan penggunaan benih dapat dilakukan dengan penerapan jarak tanam yang lebih padat yaitu 20 x 20 cm atau 20 x 15 cm mengingat bahwa jarak tanam yang digunakan petani di daerah penelitian yaitu rata-rata 25 x 20 cm dan 20 x 20 cm. Hal ini juga dapat dilihat dari penggunaan benih rata-rata di daerah penelitian sebanyak 682,47 grHa yang masih berada dibawah anjuran 59 penggunaan sebanyak 750 grHa 9 . Masih kurangnya penggunaan bibit berasal dari penggunaan benih hibrida. Penggunaan benih hibrida rata-rata sebesar 503,55 grHa dari 40 persen petani responden. Kurangnya penggunaan benih disebabkan oleh harga benih yang relatif mahal. Pada Gambar 12 di bawah ini dapat dilihat Matrix Plot hubungan benih terhadap produksi dan luas lahan caisim di daerah penelitian. Dari gambar tersebut terlihat bahwa umumnya penggunaan benih yang tinggi juga akan disertai dengan produksi yang relatif tinggi pula. Jadi, dengan peningkatan penggunaan benih akan berpeluang meningkatkan produksi daerah rasional. Begitu pula hubungan dengan lahan, dengan adanyatambahan bibit, maka lahan yag dibutuhkan juga semakin luas, akibatnya pupuk, obat dan tenaga kerja yang dibutuhkan juga meningkat. produktivitas B e n ih 20 00 15 00 10 00 50 40 30 20 10 Produksi 10 00 50 luas lahan 0. 6 0. 4 0. 2 Unsur N 8 4 Pupuk Kandang 40 20 Obat-obatan 40 20 Tenaga Kerja 3 1 5 Matrix Plot of Benih vs produktivita, Produksi, luas lahan, ... Gambar 12. Matrix Plot Benih VS Produktivitas, Produksi, Luas Lahan, Pukan, Obat, Unsur N dan Tenaga Kerja 9 http:bp4k.bogorkab.go.idindex.php?option=com_contentview=articleid=225. diakses 16 Juli 2012 60

3. Unsur N

Penggunaan unsur N berpengaruh negatif dan nyata pada taraf kepercayaan 99,5 persen terhadap produksi caisim. Nilai elastisitas unsur N sebesar 0,006 menunjukkan bahwa adanya penambahan unsur N sebesar satu persen akan menurunkan produksi caisim sebesar 0,006 persen, ceteris paribus.. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan penggunaan unsur N sudah berlebih berada pada daerah irrasional. Karena dominan unsur N terdapat dalam pupuk Urea, maka terdapat indikasi penggunaan pupuk urea yang telah berlebih dimana rata-rata penggunaan urea sebanyak 257,26 yang sudah berada diatas anjuran penggunaan urea sebanyak 200kgHa untuk tanaman sawicaisim 10 . Unsur N dalam usahatani caisim diperoleh dari pupuk Urea dan Phonska. Penggunaan pupuk secara berlebih dikarenakan oleh beberapa hal antara lain kebiasaan petani dalam menggunakan pupuk. Penggunaan pupuk secara terus menerus dengan jumlah yang besar mengakibatkan penumpukan residu dalam tanah yan menyebabkan tanah akan lebih sulit menerima unsur hara, beberapa petani sudah mulai mengurangi pengaruh tersebut dengan mengurangi penggunaan pupuk dan mulai menggunakan kaptan kapur pertanian guna mengembalikan keseimbangan pH tanah pertaniannya. Selain itu pemberian pupuk berlebih juga disebabkan oleh cara penggunaan pupuk petani yang menggunakan pupuk dengan cara ditabur merata ke seluruh permukaan lahan rata-rata penggunaan urea 329,4 KgHa akan lebih boros dibandingkan dengan penggunaan pupuk urea yang dicampurkan dengan air kemudian disiram ke lahan rata-rata penggunaan urea 135,72 KgHa. Pada Gambar 13 juga dapat dilihat bahwa dengan semakin meningktnya satuan N yang digunakan, maka produktivitas maupun produksi semakin menurun dan membuat penggunaan obat dan tenaga kerja semakin meningkat. 10 http:balittanah.litbang.deptan.go.idengindex.php?option=com_contentview 61 produktivitas U n s u r N 20 00 15 00 10 00 8 7 6 5 4 3 2 1 Produksi 10 00 50 luas lahan 0. 6 0. 4 0. 2 Benih 40 20 Pupuk Kandang 40 20 Obat-obatan 40 20 Tenaga Kerja 3 1 5 Matrix Plot of Unsur N vs produktivita, Produksi, luas lahan, ... Gambar 13. Matrix Plot Unsur N VS Produktivitas, Produksi, Benih, Pukan, Obat, Luas Lahan dan Tenaga Kerja 4. Unsur P Penggunaan unsur P berpengaruh positif dan tidak nyata. Nilai elastisitas unsur P sebesar 0,127 menunjukkan bahwa adanya penambahan unsur P sebesar satu persen akan meningkatkan produksi caisim sebesar 0,127 persen, ceteris paribus. Unsur P dalam usahatani caisim diperoleh dari pupuk TSP, Phoska, dan pupuk kandang. Hal ini menunjukkan bahwa petani masih bisa menambahkan penggunaan unsur P TSP, Phoska untuk meningkatkan produksi caisim yang diusahakan.

5. Unsur K

Penggunaan unsur K berpengaruh positif dan tidak nyata terhadap produksi caisim. Nilai elastisitas unsur K sangat kecil yaitu sebesar 0.0004 menunjukkan bahwa adanya penambahan unsur K sebesar satu persen akan meningkatkan produksi caisim sebesar 0.0004 persen, ceteris paribus. Unsur K dalam usahatani caisim diperoleh dari Phoska, dan pupuk kandang. Hal ini menunjukkan bahwa petani masih bisa menambahkan penggunaan unsur K Phoska, KCL untuk meningkatkan produksi caisim yang diusahakan. 62

6. Pupuk Kandang

Pupuk kandang berpengaruh positif dan nyata pada taraf kepercayaan 99,5 persen. Nilai elastisitas menunjukkan nilai sebesar 0,278. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan pupuk kandang sebesar satu persen akan berdampak pada kenaikan produksi caisim sebesar 0,278 persen dengan asumsi faktor-faktor produksi lainnya tetap. Elastisitas produksi yang positif menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang berada pada daerah rasional. Penggunaan pupuk kandang masih bisa ditingkatkan guna terus meningkatkn produksi caisim. Selama ini kurangnya penggunaan pupuk kandang disebabkan oleh sulitnya mendapat pupuk kandang di daerah sekitar mengingat sedikitnya perusahaan ternak, sehingga harus membeli ke desa tetangga. Standar penggunaan pupuk kandang ayam yaitu 10.000 KgHa 11 . Gambar 14 memperlihatkan bahwa peningkatan pupuk kandang akan mengakibatkan peningkatan produktivitas KgHa usahatani caisim di Desa Ciaruteun Ilir. produktivitas P u p u k K a n d a n g 20 00 15 00 10 00 500 400 300 200 100 Produksi 10 00 50 luas lahan 0. 6 0. 4 0. 2 Benih 40 20 Unsur N 8 4 Obat-obatan 40 20 Tenaga Kerja 3 1 5 Matrix Plot of Pupuk Kandan vs produktivita, Produksi, luas lahan, ... Gambar 14. Matrix Plot Pukan VS Produktivitas, Produksi, Benih, Luas Lahan, Obat, Unsur N dan Tenaga Kerja 11 http:jambi.litbang.deptan.go.idindimagesPDFleafletsawi09.pdf 63

7. Obat-obatan

Obat-obatan berpengaruh positif dan mempunyai nilai elastisitas 0,003. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan obat-obatan pestisida cair sebesar satu persen akan berdampak pada kenaikan produksi caisim sebesar 0,003 persen dengan asumsi faktor-faktor produksi lainnya tetap. Elastisitas produksi yang positif menunjukkan bahwa penggunaan obat-obatan berada pada daerah rasional. Obat-obatan juga berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 99,5 persen. Penggunaan obat-obatan masih bisa ditingkatkan untuk meningkatkn produksi caisim. Selama ini kurangnya penggunaan obat-obatan disebabkan oleh kendala harga dari obat-obatan pestisida cair relatif mahal. Oleh sebab itu, perhatian pemerintah juga diperlukan dalam hal penyediaan obat-obatan berkualitas dan murah bagi petani. Gambar 15 menunjukkan bahwa dengan meningkatnya penggunaan obat-obatan semakin meningkatkan produktivitas. produktivitas O b a t- o b a ta n 20 00 15 00 10 00 40 30 20 10 Produksi 10 00 50 luas lahan 0. 6 0. 4 0. 2 Benih 40 20 Unsur N 8 4 Pupuk Kandang 40 20 Tenaga Kerja 3 1 5 Matrix Plot of Obat-obatan vs produktivita, Produksi, luas lahan, ... Gambar 15. Matrix Plot Obat VS Produktivitas, Produksi, Benih, Luas Lahan, Pukan, Unsur N dan Tenaga Kerja 8. Tenaga Kerja Tenaga kerja berpengaruh positif dan nyata pada taraf kepercayaan 95 persen. Nilai elastisitas tenaga kerja sebesar 0,021 yang menunjukkan dengan adanya peningkatan tenaga kerja sebesar satu persen akan meningkatkan produksi 64 caisim sebesar 0,021 persen, ceteris paribus. Penambahan tenaga kerja akan dapat meningkatkan produksi caisim dengan kontribusi berupa adanya aktivitas pemeliharaan seperti penyiraman, penyemprotan, serta penyiangan gulma atau rumput liar. Dengan adanya aktivitas yang rutin misalnya penyiraman mengingat bahwa caisim membutuhkan banyak air di musim kemarau maka akan sangat mempengaruhi caisim untuk mendapat air yang cukup sehingga mempengaruhi pertumbuhan caisim. Berdasarkan hasil ini juga mengindikasikan bahwa penggunaan tenaga kerja masih kurang. Kurangnya penggunaan tenaga kerja dikarenakan kurangnya tenaga kerja upahan mengingat pada umumnya petani di lokasi penelitian memiliki lahan sendiri maupun sewa yang harus dikelolah sehingga perlu mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga. Pada Gambar 16 memperlihatkan bahwa dengan semakin meningkatnya produktivitas juga relatif meningkat, hal ini tentunya didukung dengan input produksi lain yang juga meningkat. produktivitas T e n a g a K e r ja 20 00 15 00 10 00 35 30 25 20 15 10 5 Produksi 10 00 50 luas lahan 0. 6 0. 4 0. 2 Benih 40 20 Unsur N 8 4 Pupuk Kandang 40 20 Obat-obatan 4 2 Matrix Plot of Tenaga Kerja vs produktivita, Produksi, luas lahan, ... Gambar 16. Matrix Plot Tenaga Kerja VS Produktivitas, Produksi, Benih, Luas Lahan, Pukan, Unsur N dan Obat-obatan. 65

6.2 Tingkat Efisiensi dan Inefisiensi

Efisiensi usahatani akan berpengaruh terhadap produksi dari usahatani caisim. Adanya kendala-kendala dalam memperoleh output produksi caisim membuat petani tidak mampu mendapatkan hasil yang sebenarnya dapat diperoleh output frontier. Penurunan efisiensi petani pada produksi komoditas pertanian biasanya dipengaruhi oleh peranan efek stochastic yang akan dijelaskan oleh pengaruh efek inefisiensi teknis. Variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model efek inefisiensi teknis antara lain usia petani, lama pendidikan formal, pengalaman berusahatani, pendapatan diluar usahatani, dummy status lahan dan dummy varietas benih yang digunakan. Input inefisiensi teknis dapat dilihat pada Lampiran 5 dan ringkasan statistik variabel bebas model inefisiensi teknis dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Ringkasan Statistik Variabel Bebas Model Inefisiensi Teknis Petani Responden Tahun 2012 Variabel Bebas Mean Min Max Deviasi Standar Umur petanitahun 44.05 25 65 7.977 Umur Bibit hari 16.82 14 21 2.61 Pendidikan tahun 7.22 12 4.27 Pengalaman tahun 13.97 1 30 10.22 Pendapatan di Luar Usahatani Rp 146.23 1000 252.06 Varietas dummy 0.4 1 0.49 Status Lahan dummy 0.4 1 0.49 Pada Tabel 15 dapat dilihat sebaran petani responden berdasarkan tingkat efisiensi usatani caisim yang dilakukannya. Hasil pendugaan efisiensi menunjukkan tingkat efisiensi teknis petani caisim berada pada kisaran 0,27 sampai 0,98 dengan rata-rata sebesar 0,70 atau 70 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat peluang peningkatan produksi sebesar 30 persen untuk mencapai produksi maksimum. Petani dikatakan dikategorikan efisien jika memiliki nilai indeks lebih dari 0,7 Sumaryanto, 2001. Pada Tabel 16 juga dapat dilihat bahwa sebagian besar petani sebesar 51,42 persen sudah dapat dikategorikan efisien yaitu ditunjukkan dengan dengan indeks efisiensi teknis dari 0,7 samapi 1,0. Petani yang memiliki indeks di bawah 0,7 dapat dijadikan sasaran penyuluhan guna peningkatan manajemen usahatani dan teknis pertanian sehingga petani yang belum efisien dapat 66 berusahatani secara lebih efisien dari sisi teknis dan membuka peluang bagi petani untuk memperoleh hasil produksi yang lebih maksimal. Tabel 16. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Caisim Tahun 2012 Kelompok Efisiensi Teknis Jumlah orang Persentase TE 0,5 7 20.00 0,5 ≤ TE 0,6 6 17.14 0,6 ≤ TE 0,7 4 11.43 0,7 ≤ TE 0,8 6 17.14 0,8 ≤ TE 0,9 3 8.57 0,9 ≤ TE ≤ 1,0 9 25.71 Total 35 100 Rata-rata TE 0,70 Minimum TE 0,27 Maksimum TE 0.98 Pada tabel sebelumnya Tabel 13 diperoleh nilai sebesar 0.998, maka hal tersebut menunjukkan bahwa sebesar 99,8 dari error yang ada dalam fungsi produksi disebabkan oleh adanya inefisiensi teknis sedangkan sisanya 0.2 persen disebabkan oleh variabel kesalahan acak risiko sehingga perlu untuk menduga pengaruh dari sumber-sumber inefisiensinya. Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap inefisiensi teknis antara lain umur, umur bibit, pendidikan, pengalaman, pendapatan diluar usahatani, varietas dan status lahan. Hasil output dari analisis model Tabel 17 dapat dilihat bahwa terdapat empat variabel yang berkorelasi positif dan berpengaruh nyata yaitu variabel umur usia petani, umur bibit, pendidikan, dan varietas benih. pendapatan di luar usahatani dan umur bibit. Variabel pengalaman berpengaruh negatif dan nyata sedangkan dua variabel lainnya yaitu status lahan dummy dan varietas dummy berpengaruh positif dan tidak nyata terhadap inefisiensi teknis. 67 Tabel 17. Pendugaan Parameter Maximum Likelihood Model Inefisiensi Teknis Produksi Caisim Tahun 2012 Variabel Parameter Koefisien t-hitung Inefficiency Model Intersep 1,635 1,576 Umur petani 1 0,004 1,539 Umur Bibit 2 0,055 5,415 Pendidikan 3 -0,007 -1,891 Pengalaman 4 0,028 0,130 Pendapatan di Luar Usahatani 5 -0,002 -1,143 Varietas 6 -0,375 -1,881 Status Lahan 7 -0,0001 -0,034 Keterangan : nyata pada ⍺ = 0.5 nyata pada ⍺ = 1 nyata pada ⍺ = 2.5 nyata pada ⍺ = 5 nyata pada ⍺ = 10 Hasil olahan pendugaan parameter Maximum likelihood Estimation model inefisiensi teknis variabel-variabel yang mempengaruhi efisiensi teknis dijelaskan sebagai berikut :

1. Umur Petani

Umur petani berkorelasi positif dan nyata terhadap efek inefisiensi teknis usahatani caisim. Koefisien 0,004 menunjukkan jika umur petani bertambah satu tahun maka inefisiensi teknis akan meningkat 0,004 dan akan berpengaruh nyata terhadap inefisiensi teknis. Petani pada umumnya berada pada usia produktif dimana dominan berada pada usia 35 - 54 dominan, hal ini menunjukkan bahwa pada rentang usia tersebut petani memiliki efisiensi teknis usahatani inefisiensi rendah sehingga semakin dengan bertambahnya umur petani, petani tersebut akan semakin tua sehingga tenaga kemampuan untuk kerja juga mulai menurun yang mengakibatkan produktivitas kerjanya pun akan menurun. Usahatani caisim di lokasi penelitian relatif lebih banyak menggunakan tenaga terutama untuk kegiatan penyiraman mengingat sistem penyiraman dilakukan secara manual menggunakan alat penyiram emrat berbeda dengan daerah yang memiliki sumber air yang banyak dan saluran irigasi yang baik seperti daerah puncak, 68 cipanas, maupun cianjur dimana penyiraman dilakukan hanya dengan membuka saluran air sehingga air masuk ke sela-sela garit. lu a s l a h a n 0.06 0.04 0.02 umur P ro d u k s i 70 60 50 40 30 20 1000 750 500 250 Gambar 17. Matrix Plot Hubungan antara Umur terhadap Luas Lahan dan Produksi Dalam hal ini juga dapat dilihat hubungan antara luas lahan yang digunakan petani. Pada Gambar 17 dapat dilihat bahwa semakin tinggi umur petani rata-rata lahan yang digunakan semakin sempit sehingga sehingga produksipun semakin rendah. Sesuai dengan penemuan pada output MLE penduga model efisiensi bahwa lahan berpengaruh nyata sehingga membuat variabel umur petani berkorelasi positif dan nyata terhadap efek inefisiensi. Selain itu juga diperoleh hasil bahwa semakin tua umur petani, umumnya petani menggunakan bibit muda Lampiran 8.

2. Umur Bibit

Terdapat empat jenis umur bibit yang digunakan oleh petani responden yaitu bibit yang berumur 14, 15,20 dan 21 hari. Dari hasil output Frontier 4.1, Umur bibit yang ditanam di lokasi penelitian berkorelasi positif dan nyata dengan koefisien sebesar 0,055. Koefisien tersebut menunjukkan bahwa semakin bertambahnya waktu hari maka akan semakin meningkatkan pula inefisiensi teknis. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menduga dengan semakin lama 69 umur bibit yang digunakan maka semakin inefisien secara teknis usahatani caisim tersebut. Bibit yang disebut bibit muda merupakan bibit yang kurang dari 17 hari, sedangkan bibit tua ialah bibit yang lebih dari 17 hari. Pada Gambar 18, dapat dilihat bahwa petani yang menggunakan bibit muda memiliki produktifitas yang lebih tinggi dibanding dengan dengan petani yang menggunakan bibit tua. produktivitas u m u r b ib it 20000 15000 10000 21 20 19 18 17 16 15 14 Benih 40 20 Unsur N 8 4 Pupuk Kandang 400 200 Obat-obatan 40 20 Tenaga Kerja 30 15 Matrix Plot of umur bibit vs produktivita, Benih, Unsur N, ... Gambar 18. Matrix Plot Hubungan Umur Bibit dengan Produktivitas dan Input Produksi Lainnya Tingginya penggunaan bibit tua juga berhubungan dengan varietas bibit yang digunakan. Sekitar 60 persen petani responden menggunakan benih lokal sedangkan 40 persen menggunakan benih hibrida. Rata-rata umur bibit dari benih hibrida 16 hari sedangkan rata-rata umur bibit dari benih lokal lebih dari 17 hari. Hal ini menunjukkan bahwa umur bibit juga ditentukan oleh varietas benih yang digunakan. Jadi, petani dengan bibit yang berasal dari benih hibrida cendrung menggunakan bibit yang lebih muda dari petani dengan bibit yang berasal dari benih lokal. Standar umur bibit yang umumnya digunakan untuk caisim yaitu 2 – 3 minggu 12 . Lebih lamanya umur bibit dari benih lokal disebabkan oleh benih lokal yang digunakan merupakan bibit yang diperbanyak dari usatani sebelumnya 12 http:carabudidaya.combudidaya-tanaman-sawi 70 bukan keturunan pertama sehingga sifat-sifat unggul sudah berkurang termasuk pertumbuhan dan hasil yang akan diperoleh.

3. Pendidikan

Pendidikan formal diukur dengan menggunakan skala ordinal yaitu satu untuk petani yang tidak sekolah, dua untuk petani yang bersekolah hingga SD Sekolah Dasar, tiga untuk petani yang bersekolah hingga SMP Sekolah Menengah Pertama dan empat untuk petani yang bersekolah hingga SMA Sekolah Menengah Atas. Pendidikan berkorelasi negatif dan berpengaruh nyata terhadap inefisiensi teknis. Koefisiennya sebesar -0,007 berarti bahwa dengan bertambahnya pendidikan satu tahun maka tingkat inefisiensi teknis akan menurun sebesar 0,007. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin lama menempuh pendidikan semakin efisien. Hasil ini sama seperti pendugaan hipotesis awal yang menganggap bahwa semakin tingginya pendidikan maka semakin efisien usahatani yang dilakukan. Semakin tingginya pendidikan akan membantu petani dalam pemerolehan informasi dan teknologi budidaya pertanian.

4. Pengalaman

Pengalaman berpengaruh positif dan tidak nyata terhadap inefiiensi teknis usahatani caisim di Desa Ciaruteun Ilir. Koefisien sebesar 0,028 menunjukkan bahwa jika pengalaman petani bertambah satu satuan tahun maka akan meningkatkan inefisiensi teknis usahatani caisim sebesar 0,028. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menduga bahwa semakin lama pengalaman seorang petani dalam mengusahakan caisim maka semakin efisien. Semakin inefisiennya usahatani yang dilakukannya disebabkan oleh budidaya caisim relatif cukup mudah sehingga petani dapat cepat mempelajari dan menyesuaikan diri dengan sistem budidaya caisim dalam waktu yang relatif singkat.

5. Pendapatan di Luar Usahatani

Pendapatan diluar usahatani berpengaruh negatif dan tidak nyata terhadap inefiiensi teknis. Hipotesis awal menduga bahwa semakin besarnya pendapatan diluar usahatani maka semakin mengurangi inefisiensi teknis pada usahatani caisim karena pendapatan tersebut dapat digunakan untuk menambah modal usahatani. Ternyata output frontier sesuai dengan hipotesis awal yang 71 menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan maka semakin mengurangi inefisiensi. Ketersediaan modal petani membantu petani dalam kegiatan budidaya dan penyediaan saprotan sehingga kedua poin tersebut dapat sesegara mungkin dilakukan pada waktunya efisien waktu.

6. Varietas

Varietas benih diukur dengan dummy varietas hibrida = 1 dan varietas lokal = 0. Varietas bibit yang digunakan berkorelasi negatif dan nyata pada taraf kepercayaan 95 persen terhadap produksi caisim. Hal ini menunjukkan bahwa petani yang menggunakan benih hibrida lebih memiliki inefisiensi yang rendah dari pada petani yang menggunakan varietas benih lokal. Dengan kata lain bahwa petani yang menggunakan benih hibrida akan lebih efisien daripada petani yang menggunakan benih lokal. Hal ini disebabkan oleh bibit lokal yang kebanyakan digunakan petani diproduksi secara tradisional tanpa mempertimbangkan karakteristik bibit induk yang baik. Umumnya petani membeli dari petani yang menjual benih produksi sendiri dan ada pula yang memproduksi sendiri dengan menanam bibit indukan dipinggiran garit serta ada pula yang sengaja menanam ditengaah garit secara tumpang sari dengan dengan komoditi lain bayam atau kangkung. Benih lokal lebih banyak digunakan karena harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan benih hibrida yang harganya mencapai Rp 12.00025gr. Benih hibrida lebih baik dibanding dengan benih lokal mengingat bahwa benih hibrida merupakan benih keturunan pertama dari persilangan yang dihasilkan dengan mengatur penyerbukan dan kombinasinya sehingga mampu menghasilkan produksi caisim sesuai dengan karakteristik yang diharapkan sedangkan benih lokal yang digunakan merupakan benih yang diperbanyak dari tanaman produksi sebelumnya sehingga benih yang dihasilkan merupakan benih keturunan kedua, ketiga, dan selanjutnya. Dengan kondisi seperti ini maka kombinasi sifat genetiknya pun lebih cendrung berbeda dengan keturunan pertama benih nibrida.

7. Status Lahan

Status kepemilikan lahan berpengaruh berkorelasi negatif dan tidak nyata. Hal ini menunjukkan bahwa petani milik lahan sendiri dan sakap memiliki inefisiensi teknis lebih rendah. Sebaliknya petani yang lahannya dengan status 72 sewa lebih inefisien. Kondisi ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menduga petani sewa akan berusaha bertani sebaik mungkin untuk mendapatkan hasil maksimum sehingga berpendapatan maksimum, dengan begitu petani tersebut mampu membayar uang sewa.

6.3 Implikasi Penelitian

Hasil penelitian ini dapat diketahui tingkat efisiensi petani secara teknis sehingga memberikan beberapa implikasi bagi petani responden dan manajerial usahatani sebagai upaya untuk meningkatkan produksi dan efisiensi teknis usahatani caisim. Peningkatan dapat dicapai dengan memperbaiki tingkat efisiensi cara menggeser production frontier peningkatan efisiensi teknis atau perbaikan efisiensi dengan penggunaan atau penerapan teknologi tertentu bergerak menuju frontier. Implikasi kebijakan yang dapat diambil antara lain : 1. Variabel benih dan pupuk kandang berkorelasi positif dan berdampak nyata dengan elastisitas yang tinggi. Dengan itu upaya peningkatan produksi dapat dilakukan dengan peningkatan penggunaan input berupa peningkatan benih perapatan jarak tanam, dan pupuk. Pupuk yang dapat ditambah yaitu pupuk kandang, TSP, Phonska ataupun KCL sedangkan variabel lahan meskipun memiliki elastisitas yang cukup tinggi akan tetapi hal tersebut sulit dilakukan akibat terbatasnya lahan untuk pertanian. 2. Petani juga dapat meningkatkan efisiensi dengan mengunakan benih hibrida. Selama ini masih banyak petani yang menggunakan benih lokal karena benih lokal lebih murah. Namun jika mengunakan benih hibrida, maka dapat diperoleh kelebihan-kelebihan yang diberikan oleh benih hibrida seperti umumr bibit dapat menjadi lebih muda sehingga dapat meningkatkan efisiensi usahatani caisim. Selain itu petani juga perlu terbuka terhadap informasi teknik budidaya dan memulai menerapkan teknologi guna meningkatkan produksi. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan penyuluhan mengingat sangat jarangnya kegiatan penyuluhan di daerah penelitian. 73

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM