GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

42

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian

Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini juga merupakan daerah dataran tinggi dengan tingkat suhu rata-rata 24 - 40 C. Curah hujan rata-rata pertahun di daerah ini sekitar 240,08 mm dengan rata-rata 14 hari hujan per bulannya. Kondisi tersebut menyebabkan Desa Ciaruten Ilir sesuai untuk budidaya sayuran. Desa Ciaruten Ilir terdiri dari 4 Dusun, 35 RT dan 10 RW. Luas wilayah Desa Ciaruten Ilir secara keseluruhan adalah 360 Ha, yang terdiri dari 200 Ha lahan sawah, 105 Ha lahan perumahan dan pekarangan, 40 Ha ladang, 2 Ha empang, dan 13 Ha lain-lain. Jumlah penduduk Desa Ciaruten Ilir berdasarkan data terakhir dari kantor desa adalah 10.120 jiwa. Jumlah penduduk Desa Ciaruten Ilir terdiri dari 5.107 jiwa penduduk pria dan 5.013 jiwa penduduk wanita. Penduduk Desa Ciaruten Ilir lebih banyak berada pada usia produktif. Dilihat dari struktur mata pencahariannya, penduduk Desa Ciaruten Ilir sebagian besar bekerja sebagai petani yaitu sekitar 88 persen dari jumlah penduduk yang bekerja 5.623 jiwa atau sekitar 5.135 jiwa. Sedangkan penduduk yang lain diantara bekerja sebagai penjual jasa dan pedagang. Jenis pertanian yang diusahakan oleh petani Desa Cairuten Ilir adalah sayuran dan padi. Batas wilayah Desa Ciaruteun Ilir adalah sebagai berikut :  Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Rumpin  Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Ciampea  Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Leuweng Kolot  Sebelah barat berbatasan dengan Desa Cijujung

5.2 Karakteristik Petani Responden

Karakteristik petani responden yang akan dijelaskan merupakan gambaran mengenai keadaan petani caisim di Desa Ciaruteun Ilir yang diwakilkan oleh 35 orang petani responden. Karakteristik tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa 43 poin, antara lain usia responden, lama pendidikan, status kepemilikan lahan, pengalaman berusahatani caisim, jenis varietas, serta umur bibit yang digunakan. Dengan adanya berbagai keragaman dari karakteristik tersebut, diduga mempengaruhi keputusan petani dalam proses pengambilan keputusan.

5.2.1 Usia Responden

Petani yang menjadi responden berusia mulai dari 25 tahun hingga 65 tahun. Usia petani responden diklasifikasikan seperti pada tabel sebaran petani responden Desa Ciaruteun Ilir berdasarkan usia Tabel 6. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa usia petani responden didominasi oleh petani berusia 35 – 44 tahun sebesar 42,86 diikuti dengan petani berusia 45 – 54 sebanyak 37,14 dari total petani responden 35 petani. Dari jumlah tersebut dapat disimpulkan bahwa umumnya petani di desa tersebut masih berada pada usia produktif sehingga diduga mempengaruhi dalam hal pengambilan keputusan dan semangat serta kemampuan kerja yang tinggi. Tabel 6. Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan Usia Pada Tahun 2012 Usia Responden Tahun Jumlah Petani Orang Persentase 25 - 34 4 11.43 35 - 44 15 42.86 45 – 54 13 37.14 55 - 64 2 5.71 65 ≥ 1 2.86 Jumlah 35 100

5.2.2 Lama Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan salah satu karakteristik petani yang mempengaruhi dalam hal pengambilan keputusan. Selain itu juga dengan tingginya pendidikan formal diduga petani juga akan membantu dalam hal memperoleh informai dan teknologi serta penerapannya untuk pengembangan usahataninya. Sebaran petani responden berdasarkan lama pendidikan formal disajikan dalam Tabel 7. 44 Tabel 7. Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan Lama Pendidikan Formal Pada Tahun 2012 Pendidikan Formal Tahun Jumlah Petani Orang Persentase 4 11.43 1 - 6 13 37.14 7 - 9 6 17.14 10 - 12 12 34.29 ≥ 1γ 0.00 Jumlah 35 100 Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa petani responden didominasi oleh petani yang telah menempuh pendidikan selama 10 – 12 tahun SMASederajat diikuti oleh petani yang pernah menempuh pendidikan formal selama 7 – 9 tahun SMPSederajat. Disisi lain masih terdapat pula petani yang tidak menginjak banku pendidikan formal sama sekali yaitu sebanyak 4 orang. Hal ini disebabkan pada masa usia petani tersebut belum terdapat sekolah formal atau jarak yang jauh. Selain itu juga ada pula yang disebabkan karena masih ada pandangan dari orang tua petani bahwa pendidikan tidak berguna sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk hal seperti itu.

5.2.3 Status Lahan

Status lahan petani di daerah penelitian diklasifikasikan menjadi 3 yaitu milik, sewa dan sakap. Dari tabel sebaran petani berdasarkan status lahan Tabel 8 dapat dilihat bahwa umumnya petani berusahatani dengan lahan milik sendiri yaitu sebanyak 57,14 persen. Selain itu terdapat pula petani dengan lahan berststus sewa sebesar 40 persen. Petani yang menyewa umumnya merupakan pendatang atau warga setempat yang pernah bekerja diluar kota Jakarta kemudian kembali lagi ke Desa Ciaruteun Ilir. Kemudian terdapat pula petani dengan sistem sakap bagi hasi sebanyak satu orang atau sebesar 2,86 persen dari jumlah petani responden. 45 Tabel 8. Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun ilir Berdasarkan Status Lahan Pada Tahun 2012 Status Lahan Jumlah Petani Orang Persentase Milik 20 57.14 Sewa 14 40.00 Sakap 1 2.86 Jumlah 35 100.00

5.2.4 Pengalaman Usahatani

Pengalaman petani dalam berusahatani di daerha penelitian Desa Ciaruteun Ilir umumnya sudah berlangsung cukup lama. Pengalaman mengenai berusahatani perlu untuk diketahui mengingat bahwa pengalaman berusahatan mempengaruhi efisiensi usahatani. Semakin lama pengalaman usahatani maka semakin efisien pula usahatani caisim yang dilakukan petani. Pengalaman petani responden dalam usahatani caisim pada Tabel 9. Tabel 9. Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan Pengalaman Usahatani Pada Tahun 2012 Pengalaman Usahatani Caisim Tahun Jumlah Petani Orang Persentase ≤ 5 12 34.29 6 – 10 4 11.43 11 -15 5 14.29 ≥ 16 14 40.00 Jumlah 35 100 Dari Tabel 9, dapat dilihat bahwa dari 35 orang petani responden, pengalaman petani yang lebihdari 15 tahun mendominasi sekitar 40 persen kemudian diikuti oleh petani dengan pengalaman kurang dari sama dengan 5 tahun sebesar 34,29 persen atau sekitar 12 orang. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa petani responden rata-rata telah memiliki pengalaman yang sudah cukup lama rata-rata pengalaman usahatani 14 tahun. 46

5.2.5 Jenis Varietas

Terdapat dua jenis varietas benih yang digunakan oleh petani responden varietas lokal dan varietas hibrida tosakan : “cap panah merah”. Berdasarkan informasi dari seluruh responden Tabel 10, petani responden lebih banyak mengunakan jenis varietas lokal yaitu sebesar 60 persen sedangkan yang menggunakan varietas hibrida yaitu sebanyak 40 persen. Petani responden lebih cendrung mengunakan benih lokal disebabkan karena jika membeli, harga benih lokal lebih murah dibandingkan dengan harga benih hibrida. Selain itu dengan benih lokal, petani bisa memperbanyak sendiri melalui biji. Tabel 10. Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan Jenis Varietas Benih pada Tahun 2012 Varietas Jumlah Petani Orang Persentase Lokal 21 60 Hibrida 14 40 Jumlah 35 100

5.2.6 Pendapatan di Luar Usahatani

Berdasarkan data pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa dari 35 petani responden hanya terdapat 13 petani yang memiliki pendapatan diluar usahatani atau sekitar 37,14 persen sisanya merupakan petani yang tidak memiliki pendapatan di luar usahatani 62,86 persen. Pendapatan petani di luar usahatani variatif mulai dari Rp 83.333,33 – Rp1.000.000,00 dengan nilai rata-rata 9dari seluruh responden sebesar Rp 146.238,09. Pendapatan petani diluar usahatani diperoleh dari berbagai aktifitas antara lain penyewaan lahan, penyewaan rumah, ojek, buruh tani, buruh pikul, sopir, membantu tengkulak, dan setoran angkot. 47 Tabel 11. Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan Pendapatan di Luar Usahatani Pada Tahun 2012 Variabel Jumlah Petani Orang Persentase Berpendapatan di luar usahatani 13 37.14 Tidak berpendapatan di luar usahatani 22 62.86 Jumlah 35 100

5.2.7 Umur Bibit

Dalam budidaya caisim terdapat proses penyemaian benih. Benih disemaikan hingga 14 ampai 12 hari sebelum bisa ditanam. Berdasarkan data pada tabel sebaran petani responden berdasarkan umur bibit Tabel 12 dapat dilihat bahwa terdapat empat macam bibit yang digunakan berdasarkan umurnya yaitu bibit berumur 14, 15, 20, dan 21 hari. Umur bibit 15 hari lebih banyak digunakan oleh petani responden yakni sebesar 54,29 persen diikuti dengan penggunaan bibit 20 hari sebesar 31,43 persen. Dasar dari penetapan umur bibit yang digunakan merupakan pengalaman dari usahatani sebelumnya dan kondisi bibit memiliki tiga hingga 4 daun. Tabel 12. Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan Umur Bibit pada Tahun 2012 Umur Bibit Hari Jumlah Petani Orang Persentase 14 3 8.57 15 19 54.29 20 11 31.43 21 2 5.71 Jumlah 35 100.00

5.3 Kegiatan Budidaya Caisim di Lokasi Penelitian

Kegiatan budidaya merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan petani untuk memproduksi komoditi pertanian. Kegiatan budidaya caisim Desa 48 Ciaruteun Ilir dilakukan dengan penerapan berbagai tahapan kegiatan budidaya. Tahapan tersebut antara lain persiapan dan pengolahan lahan semai, penyemaian, persiapan dan pengolahan lahan tanam, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pascapanen. Berikut penjelasan dari tahapan kegiatan budidaya caisim.

5.3.1 Persiapan dan Pengolahan Lahan Semai

Langkah pertama yang umumnya dilakukan oleh petani di Desa Ciaruteun Ilir ialah persiapan dan pengolahan lahan semai. Persiapan lahan awalnya dilakukan dengan cara mencangkul lahan yang akan digunakan untuk perseaian. Lahan yang digunakan untuk persemaian umumnya dilakukan pada lahan-lahan bedeng garit kecil di pinggiran lahan tanam. Petani umumnya juga menggunakan sekitar dua sampai tiga garit berukuran enam sampai sepuluh meter. Penolahan lahan sebelumnya diawali dengan penaburan pupuk kandang. Pupuk kandang yang digunakan umumnya berjumlah dua karung satu karung sekitar 20 Kg untuk satu garit berukuran 10 sampai 14 meter. Pencangkulan dilakukan secara merata pada setiap garit. Setelah itu disiram kemudian dibiarkan diberakan selama satu sampai dua hari sebelum ditanam. Hal ini bertujuan untuk menghindari kurang baiknya pertumbuhan bibit karena lahan semai masi panas akibat reaksi dari pupuk kandang. Benih yang digunakan petani terdiri dari dua jenis benih yaitu benih lokal diperbanyak sendiri atau dibeli dari sesama petani caisim dan benih hibrida jenis Tosakan. Benih hibrida dibeli seharga Rp 10.000 – Rp 12.000 per bunkus 25 gram sedangkan benih lokal Gambar5 dibeli seharga Rp 40.000 per botol setara ± 200 gr. Tanaman yang dapat diambil bijinya yaitu tanaman caisim berbunga yang sudah berumur 75 samapai 90 hari. 49 Gambar 5. Benih Lokal yang Digunakan Petani di Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2012 5.3.2 Penyemaian Kegiatan selanjutnya yaitu persemaian. Persemaian merupakan kegiatan yang menebarkan benih benih caisim di atas lahan semai. Setelah penebaran bibit, pupuk kandang kembali ditabur untuk menutupi benih-benih yang telah ditebar. Setelah itu kemudian dilakukan penyiraman dengan air yang dicampur dengan urea 100 liter air + 1 Kg urea. Setelah hari keempat atau kelima, tanaman juga diberikan pupuk urea danatau PhoskaTSP. Kegiatan penyemaian berlangsung selama 14 samapi 21 hari. Selama penyemaian, kegiatan pemeliharaan benih semai juga dilakukan. Pemeliharaan yang dilakukan antara lain penyiraman dua samapai tiga kali sehari dan penyiangan rumput liar dan gulma tiga sampai empat hari sekali. Gambar bibit semai yang digunakan petani dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Bibit Semai Petani Caisim di Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2012 50 Pupuk kandang yang digunakan merupakan pupuk kandang yang berasal dari campuran sekam dan kotoran ayam. Pupuk tersebut dibeli dari perusahaan peternakan ayam pedaging di desa tersebut seharga Rp 5.000 – Rp.7.000. Pupuk diantar sampai ke tempat pemesan selama tempat tersebut masih berada di dekat jalan yang bisa dilalui kendaraan roda empat. Harga tersebut merupakan hanya harga pupuk kandang dan tidak termasuk karung kembali karung.

5.3.3 Persiapan dan Pengolahan Lahan Tanam

Sambil menunggu benih yang disemai siap ditanam, kegiatan yang dilakukan ialah persiapan dan pengolahan lahan tanam. Persiapan lahan tanam sama halnya dengan perlakuan pada persiapan dan pengolahan lahan semai. Bedanya hanya pada jumlah garit yang akan disiapkan lebih banyak. Kegiatan ini dilakukan dua atau satu hari sebelum ditanamnya bibit.

5.3.4 Penanaman

Penanaman merupakan proses pemindahan bibit semai ke lahan tanam. Bibit yang biasanya sudah dapat ditanam biasanya bibit yang sudah berumur 14 sampai 21 hari. Proses penanaman diawali dengan pembuatan lubang tanam. Lubang tanam dibuat dengan menusuk dengan jari atau kayu kira-kira sedalam jari tangan atau delapan sampai sepuluh sentimeter. Setelah membuat lubang tanam kemudian tanaman dapat ditanam. Kegiatan penanaman umumnya dilakukan pada pagi hari untuk menghindari tanaman kering atau rusak. Seusai penanaman, tanaman kemudian disiram dengan air. Jarak tanam dari penanaman umumnya kira-kira berjarak 25 cm x 20 cm atau 20 cm x 20 cm sesuai dengan kebiasan dan pengalaman bertani sebelumnya.

5.3.5 Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan penyiraman, penyiangan, pemberian pupuk serta penyemprotan obat-obatan insektisida. Penyiraman merupakan kegiatan yang sangat penting. Penyiraman umumnya dilakukan satu kali sehari pada musim hujan dan dua sampai tiga kali sehari ketika musim kemarau. Penyiraman merupakan kegiatan rutinitas yang dikerjakan setiap hari sampai panen. Kegiatan penyiraman dapat dilihat pada Gambar 7. Selain itu ada juga kegiatan penyiangan. Kegiatan ini dilakukan tergantung dari kondisi atau 51 banyaknya gulma, umumnya dilakukan selama satu samapai dua kali sampai panen. Begitu pula dengan penyemprotan insektisida, dilakukan tergantung dengan kondisi serangan hama. Umumnya dilakukan dua sampai lima kali penyemprotan sampai dengan panen. Penyemprotan tidak boleh dilakukan pada saat mendekati panen paling lama dua hari menjelang panen. Hama yang umumnya menyerang tanaman caisim di daerah penelitian yaitu ulat gerayak. Gambar 7. Proses penyiraman Caisim di Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2012 Selain itu ada pula kegiatan pemupukan, Kegiatan pemupukan awal dilakukan setelah empat atau lima hari sejak di tanam setelah tanaman segar. Pemupukan awal biasanya dengan pemberian pupuk kandang dengan cara ditabur di sela-sela tanaman. Pemupukan dengan pupuk lain juga dilakukan. Pupuk yang biasanya digunakan antara lain pupuk urea, phoska, dan TSP. Pemberian pupuk yang dilakukan di desa Ciaruteun Ilir umumnya dilakukan dengan pencampuran dengan air. Alat penyiraman emrat dapat dilihat pada Gambar 8. 52 Gambar 8. Alat Penyiram yang Digunakan Petani Caisim di Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2012 5.3.6 Pemanenan dan Pasca Panen Waktu yang diperlukan untuk usahatani caisim sejak penebaran benih samapi dengan siap dipanen adalah 28 sampai 40 hari. Pemanenan dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 10.00. hal ini dilakukan untuk menghindari masih banyaknya embun yang menempel pada tanaman caisim. Banyaknya air akan mengakibatkan daun lebih cepat busuk sehingga panen dilakukan ketika matahari mulai terik. Pemanenan dilakukan dengan mencabut seluruh tanaman besrta akar kemudian memotong bagian akar. Pada proses pemanenan petani melakukan kontrol sendiri terhadap caisim hasil panen yaitu dengan memotong daun-daun kuning busuk sebelum diikat Gambar 9. Gambar 9. Pemotongan Daun Kuning busuk Caisim di Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2012 53 Caisim yang telah dipanen kemudian diikat dan siap dijual Gambar 10. Satu ikat kecil berisi satu kilogram caisim sedangkan satu ikat besar berisi 10 ikat kecil atau sama dengan sepuluh kilogram. Setelah selesai diikat, kemudian hasil panen dibawa ke pinggir jalan menunggu tengkulak untuk membelinya. Tengkulak menjemput hasil panen petani menggunakan mobil pick up biasanya dimulai setelah pukul 14.00. Hal ini dilakukan agar ketika sampai di pasar, caisim tidak layu akibat kepanasan. Harga dari caisim sangat fluktuatif yaitu berkisar antara Rp 1.700 sampai Rp 2.500 per kilogram. Gambar 10. Caisim yang Siap Dijual oleh Petani Caisim di Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2012 54

BAB VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI CAISIM