Proses Penjernihan Clearing Proses Infiltrasi Infiltring Proses Penanaman Embedding Proses Pemotongan Blok Jaringan Proses Pewarnaan Hematoksillin-Eosin

Organ yang difiksasi selama 24 jam dalam larutan BNF selanjutnya dicuci dalam alkohol 70 selama 1 jam. Pencucian ini dimaksudkan untuk menghilangkan sisa bahan pengawet yang terdapat di dalam jaringan, yang dapat mengganggu proses mikroteknik selanjutnya. Organ yang dicuci kemudian disimpan dalam alkohol 70 sebelum proses selanjutnya.

3.3. Proses Penghilangan Air Dehidrasi

Proses ini merupakan proses penarikan air dari jaringan yang dilakukan dengan cara merendam jaringan ke dalam alkohol secara bertingkat mulai dari alkohol 80, 90, 95 sampai ke alkohol absolut. Penggunaan alkohol bertingkat ditujukan selain untuk menarik air, juga dapat mencegah terjadinya pengerutan.

3.4. Proses Penjernihan Clearing

Pengaruh alkohol yang terdapat di dalam jaringan dihilangkan dengan cara direndam dalam xylol. Setelah dilakukan proses penjernihan maka jaringan akan lebih transparan dan berwarna lebih tua.

3.5. Proses Infiltrasi Infiltring

Jaringan yang telah mengalami proses penjernihan selanjutnya direndam ke dalam parafin secara bertingkat pada suhu 60 °C parafin keras. Penggunaan parafin keras agar dapat dilakukan pemotongan yang tipis.

3.6. Proses Penanaman Embedding

Proses ini adalah kelanjutan dari proses infiltrasi, yaitu penanaman organ ke dalam parafin. Proses ini harus dilakukan di dekat bunsen dimana seluruh alat-alat yang dilakukan harus dalam keadaan hangat untuk mencegah agar parafin tidak mengeras sebelum pekerjaan selesai. Peletakan jaringan di dalam wadah harus sedemikian rupa sehingga memudahkan pada saat pemotongan dan pengenalan kembali jaringan. Wadah yang telah berisi jaringan bercampur parafin didinginkan untuk mengeraskan parafinnya. Blok yang sudah mengeras kemudian diletakkan pada blok kayu, untuk disimpan dalam kulkas minimal 6 jam sebelum dipotong.

3.7. Proses Pemotongan Blok Jaringan

Blok jaringan dipotong dengan menggunakan mikrotom. Ketebalan jaringan ditetapkan setebal 5 mikron. Hasil sayatan diapungkan terlebih dahulu pada air hangat 40 °C, lalu diletakkan diatas gelas obyek. Selanjutnya gelas obyek diletakkan diatas hotplate selama 10 sampai 15 menit sampai seluruh air yang berada diantara jaringan dan gelas obyek menguap. Gelas obyek harus disimpan di dalam inkubator 37 –40 °C selama satu malam sebelum digunakan pada proses selanjutnya.

3.8. Proses Pewarnaan Hematoksillin-Eosin

Sebelum dilakukan pewarnaan, permukaan gelas obyek dimana terdapat sayatan jaringan terlebih dahulu diberi tanda. Hal ini dilakukan agar pada saat gelas obyek dibersihkan dari sisa-sisa larutan, maka bagian yang dibersihkan adalah permukaan yang tidak bertanda. Proses pewarnaan ini terdiri atas beberapa tahap, yaitu sebagai berikut: 1. Deparafinasi dengan xylol dilakukan untuk menghilangkan parafin, yaitu dengan cara merendam gelas obyek berisi jaringan ke dalam larutan xylol secara bertahap mulai dari xylol III, II, dan I. 2. Rehidrasi, dilakukan untuk memasukkan air ke dalam jaringan, yaitu dengan cara merendam gelas obyek ke dalam alkohol secara menurun, mulai dari alkohol absolut III sampai ke alkohol 70. Kemudian perendaman dilanjutkan ke dalam air mengalir dan akuades. 3. Pewarnaan hematoksillin. 4. Perendaman ke dalam air mengalir. Perlu diketahui bahwa semakin lama berada di dalam air mengalir maka warna biru yang timbul akan semakin menyolok. 5. Perendaman ke dalam akuades. Perendaman ini dilakukan untuk menghilangkan proses pewarnaan biru. 6. Pengecekan di bawah mikroskop, jika warna yang timbul terlalu tua, maka dapat dipucatkan dengan cara mencelup secara cepat ke dalam larutan HCl 1 N, sebaliknya jika warna terlalu pucat maka dapat diencerkan lagi ke dalam hematoksillin. 7. Pewarnaan eosin. 8. Dehidrasi dalam alkohol bertingkat secara cepat, mulai dari alkohol 70 sampai dengan 95. Kemudian dilanjutkan perendaman ke dalam alkohol absolut I selama 1-2 menit. Dilakukan pengecekan di bawah mikroskop untuk melihat kontras warna biru dan merah. Jika warna merah kurang kontras maka dilakukan kembali pewarnaan eosin, sebaliknya jika warna tersebut kontras maka perendaman dilanjutkan sampai pada alkohol absolut III. 9. Clearing dengan xylol secara bertingkat mulai dari xylol I sampai III. 10. Mounting, preparat diberi perekat dengan menggunakan kanada balsam, lalu ditutup dengan kaca penutup, dikeringkan dan diamati dibawah mikroskop. Preparat selanjutnya diberi label sesuai dengan stasiun.

3.9. Pemotretan Preparat Histologis

Dokumen yang terkait

Identifikasi Dan Prevalensi Ektoparasit Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Rawa Dan Tambak Paluh Merbau Percut Sei Tuan

9 144 57

Studi Pembudidayaan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Dalam Air Tawar Dan Dalam Campuran Air Tawar Dan Air Laut

3 92 100

Efektifitas Pertumbuhan Bibit Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Terhadap Pengaruh Mineral Fe, Na, Ca, Mg, Dan Cl Pada Akuarium Air Tawar Dan Campuran Air Tawar Dan Air Laut.

4 66 64

Analisis Pembudidayaan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Dalam Kolam Air Tawar Dan Campuran Air Laut Berdasarkan Perubahan Kandungan Mineral

2 52 116

Kerusakan Hati Ikan Nila (Oreochromis Niloticus Linnaeus, 1758) Di Sungai Cimanuk Lama Indramayu Dan Di Media Uji Laboratorium Yang Terpapar Kromium

2 24 54

Analisis Kualitas Air dan Kandungan Logam Berat Kromium (Cr) Pada Air, Sedimen, dan Daging Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linn.) di Sungai Premulung Kota Surakarta.

0 0 16

KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus), AIR, DAN SEDIMEN SERTA KUALITAS AIR DI ROWO JOMBOR, KLATEN.

0 0 14

Kandungan Logam Berat Pada Air, Sedimen dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linn) di Karamba Danau Rawapening - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

Kandungan Logam Berat Pada Air, Sedimen dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linn) di Karamba Danau Rawapening - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 15

TAP.COM - KONDISI BIOMETRIK IKAN NILA, OREOCHROMIS NILOTICUS - MASYARAKAT ...

0 0 12