Konsumsi maksimum mingguan daging ikan nila

Gambar 7 Perubahan struktur organ hati ikan nila. K kontrol, 1 stasiun 1, 2 stasiun 2, 3 stasiun 3; A ikan nila 30 – 90 g dari sungai, B ikan nila 100 – 250 g dari sungai, C ikan nila 100 – 250 g dari KJA; L peradangan dengan adanya limfosit, K kongesti, H hemoragi, E edema, DL degenerasi lemak, DI degenerasi inti sel, DH degenerasi hidropis; perbesaran 400x Gambar 7 menunjukkan bahwa terjadi kerusakan ringan, ditunjukkan dengan peradangan yang berupa munculnya limfosit dan adanya edema 1A dan 1B. Kerusakan yang terjadi termasuk tingkat kerusakan sedang ditandai dengan adanya degenerasi lemak 1C. Pada stasiun 2 terjadi kerusakan berat yang ditunjukkan dengan adanya degenerasi lemak dan inti sel 2A dan stasiun 3 terjadi kerusakan berat yang ditunjukkan dengan adanya degenerasi hidropis 3A.

5. Konsumsi maksimum mingguan daging ikan nila

Data hasil perhitungan batas maksimum berat daging ikan nila yang ditolerir untuk dikonsumsi dalam waktu satu minggu Maximum Tolerable Intake MTI disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Batas maksimum berat daging ikan nila yang ditolerir untuk dikonsumsi dalam waktu satu minggu Maximum Tolerable Intake MTI Sumber Ukuran Satuan Stasiun 1 2 3 D A D A D A Sungai 30 – 90 g 32,5 9,7 38,4 11,5 37,4 11,2 Sungai 100 – 250 g g daging minggu -1 34,9 10,4 19,4 5,8 28,6 8,5 KJA 100 – 250 g 18,1 5,4 37,2 11,1 17,9 5,4 Keterangan: D Dewasa 50 kg bb, A Anak-anak 15 kg bb Berdasarkan hasil perhitungan batas maksimum konsentrasi logam berat kromium dalam daging ikan nila yang ditolerir untuk dikonsumsi dalam waktu satu minggu Maximum Weekly Intake MWI untuk orang dewasa 50 kg bb sebesar 1,15 mg Cr minggu -1 dan anak-anak 15 kg bb sebesar 0,34 mg Cr minggu -1 perhitungan tersaji pada Lampiran 5. Nilai tersebut setara dengan batas maksimum berat daging ikan nila yang ditolerir untuk dikonsumsi dalam waktu satu minggu Maximum Tolerable Intake MTI untuk orang dewasa 50 kg bb sebesar 17,9 – 38,4 g daging minggu -1 dan anak- 100 µm 100 µm 100 µm 100 µm DH L E K 3A 3B 3C anak 15 kg bb sebesar 5,3 – 11,2 g daging minggu -1 Tabel 10 dan perhitungan tersaji pada Lampiran 6. Pembahasan 1. Kandungan logam berat kromium di dalam air, sedimen, dan ikan nila Berdasarkan kriteria kualitas air yang telah ditentukan oleh PPRI No. 82 Tahun 2001 untuk kegiatan perikanan maka kandungan logam berat kromium di dalam air di tiga stasiun melampaui ambang batas yang telah ditentukan yaitu sebesar 0,05 mg L -1 . Kandungan logam berat kromium di dalam air dan sedimen meningkat dari stasiun 1 sampai 3 artinya pada wilayah sungai sebelum stasiun 1 sudah mengandung logam berat kromium. Adanya industri penyamakan kulit dan industri tekstil di Kabupaten Garut yang limbahnya masuk ke dalam Sungai Cimanuk hulu menyebabkan kandungan logam berat kromium pada hulu Sungai Cimanuk terdistribusi menuju hilir Sungai Cimanuk. Kurnia et al. 2004 menyatakan bahwa banyak pelaku industri biasanya membuang limbah ke badan air atau sungai dengan atau tanpa melalui proses pengelolaan terlebih dahulu. Selain itu juga, adanya pembuangan limbah rumah tangga di stasiun 1 dan bengkel-bengkel motor disekitarnya memberikan masukkan logam berat kromium di stasiun 1. Taftazani 2007 menyatakan bahwa sumber-sumber logam berat kromium pada perairan yang berkaitan dengan aktivitas manusia dapat berupa limbah industri sampai limbah rumah tangga, salah satunya terdapat dalam formula deterjen Connell Miller 1995. Hasil penelitian pendahuluan juga menunjukkan bahwa kandungan logam berat kromium yang tinggi di dalam perairan yang diukur di tiga stasiun Cr berkisar 0,283 – 0,426 mg L -1 . Logam lain yang diukur pada penelitian pendahuluan adalah kadmium Cd0,001 mg L -1 , tembaga Cu berkisar 0,007 – 0,008 mg L -1 , timah hitam Pb berkisar 0,054 – 0,127 mg L -1 , dan mangan Mn berkisar 0,148 – 0,335 mg L -1 . Meningkatnya kandungan logam berat kromium di dalam air di stasiun 2 dikarenakan adanya pembuangan limbah batik ke dalam sungai berkontribusi meningkatkan kandungan logam berat kromium dalam perairan. Kandungan logam berat kromium di dalam air tertinggi terdapat di stasiun 3, yang sumber airnya berasal dari stasiun 1 dan 2, hal ini memungkinkan membawa logam berat kromium ke stasiun 3. Selain itu juga, adanya kegiatan pertanian di stasiun 3 berkontribusi meningkatkan kandungan logam berat kromium di dalam perairan. Doelsch et al. 2006 menyatakan bahwa keberadaan logam berat kromium di perairan dapat disebabkan karena adanya kegiatan pertanian seperti pemakaian pupuk dan pestisida. Kandungan logam berat kromium di dalam sedimen yang diperoleh di tiga stasiun meningkat dari stasiun 1 sampai 3, tetapi kandungannya belum melampaui nilai ambang batas yang telah ditentukan ANZECC 2000 yaitu 80 mg kg -1 . Meskipun kandungan logam berat kromium di dalam sedimen belum melampaui nilai ambang batas, tetapi kandungannya tetap berpotensi terus meningkat apabila pembuangan limbah industri batik dan limbah rumah tangga dibuang secara terus-menerus ke dalam sungai. Berdasarkan hasil analisis kandungan logam berat kromium di dalam air dan sedimen diketahui bahwa kandungan logam berat kromium di dalam air lebih kecil dibandingkan di dalam sedimen. Hal ini terjadi karena sifat dari bahan logam tersebut. Hutagalung 1984 in Erlangga 2007 menyatakan bahwa logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik yang kemudian akan mengendap di dasar perairan dan berikatan dengan partikel-partikel sedimen, sehingga konsentrasi logam berat di dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan di dalam air. Menurut Wilson 1988 in Erlangga 2007 logam berat yang terlarut di dalam air akan berpindah ke dalam sedimen jika berikatan dengan materi organik bebas atau materi organik yang melapisi permukaan sedimen dan penyerapan langsung oleh permukaan partikel sedimen. Logam berat kromium yang terlarut di dalam air dan yang terendap di dalam sedimen akan masuk ke dalam tubuh biota perairan seperti ikan, kemudian logam berat kromium tersebut akan terakumulasi di dalam tubuh ikan. Kandungan logam berat kromium di dalam tubuh ikan nila yang tertangkap di tiga stasiun dan yang dibudidayakan di KJA telah melampaui nilai ambang batas yang ditentukan FAO Cr1,00 mg kg -1 dan Uni Eropa Cr2,00 mg kg -1 . Kandungan logam berat kromium di dalam tubuh ikan nila 30 – 90 g dan 100 – 250 g hasil tangkapan di sungai secara umum meningkat dari stasiun 1 ke stasiun 2 dan menurun di stasiun 3. Adanya buangan limbah cair batik di stasiun 2 berkontribusi dalam meningkatnya kandungan logam berat kromium di stasiun 2. Sedangkan kandungan logam berat kromium di dalam tubuh ikan nila 100 – 250 g yang dibudidayakan di KJA kandungannya menurun dari stasiun 1 ke stasiun 2 dan meningkat di stasiun 3. Tingginya kandungan logam berat kromium di dalam tubuh ikan nila tersebut dikarenakan sifat akumulatif dari organisme perairan. Organisme perairan mengambil logam berat kromium dari badan air atau sedimen dan memekatkannya ke dalam tubuhnya hingga 100 – 1000 kali lebih besar dari lingkungan Rahman et al. 2012. Kandungan logam berat kromium di dalam tubuh ikan nila 30 – 90 g dan 100 – 250 g hasil tangkapan di sungai di tiga stasiun tertinggi pada organ ginjal. Besarnya kandungan logam berat kromium pada ginjal dapat terjadi karena ginjal ikan berfungsi untuk filtrasi dan mengekskresikan bahan yang biasanya tidak dibutuhkan tubuh, termasuk logam berat sehingga banyak logam berat yang terdapat di dalam ginjal Dinata 2004. Logam berat kromium yang masuk ke dalam ginjal akan mengganggu proses fisiologi ikan, hal ini dikarenakan fungsi ginjal akan terganggu dan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan ginjal. Akibatnya ginjal tidak optimal dalam mengekskresikan bahan-bahan beracun. Ikan nila 100 –250 g yang dibudidayakan di KJA di tiga stasiun menunjukkan kandungan logam berat kromium tertingginya terdapat pada daging. Tingginya kandungan logam berat kromium pada daging dipengaruhi oleh tingginya konsentrasi logam berat kromium dalam air dan makanan yang masuk ke dalam tubuhnya. Logam berat kromium yang masuk dalam sel dan ikut didistribusikan oleh darah keseluruh jaringan tubuh sehingga dapat terakumulasi pada organ tubuh. Sirkulasi darah menyebabkan logam berat terakumulasi di dalam dinding pembuluh darah dan jaringan ikat yang terdapat di sekitar otot ikan Harteman Aunurafik 2013. Pembuluh darah yang menempel pada otot ikan membuat kandungan logam berat kromium yang tinggi pada daging. Selain itu juga, KJA yang terpasang lama diperairan dapat dimanfaatkan oleh perifiton fitoplankton yang hidup di perairan dan hidupnya melekat sebagai tempat untuk melekat. Perifiton tersebut dapat mengakumulasi logam berat kromium di dalam tubuhnya. Pada permukaan sel mikroorganisme mengandung polisakarida, protein dan lipid yang memiliki kemampuan untuk berikatan dengan ion logam Yan Viraraghayan 2003 in Susanti Novdianto 2010. Ikan nila di dalam KJA dapat mengkonsumsi perifiton tersebut, hal ini tentu saja dapat meningkatkan kandungan logam berat dalam daging ikan nila yang hidup di dalam KJA. Berdasarkan ukuran ikan nila menunjukkan secara umum ikan nila 100 – 250 g hasil tangkapan di sungai kandungan logam berat kromiumnya lebih tinggi dibandingkan dengan ikan nila 30 – 90 g hasil tangkapan di sungai dan ikan nila 100 – 250 g yang dibudidayakan di KJA. Bioakumulasi logam berat kromium dalam tubuh organisme perairan dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pencemar dalam air, kemampuan akumulasi, sifat organisme jenis, umur, dan ukuran dan lamanya pemaparan Rahman et al. 2012.

2. Kualitas air Sungai Cimanuk Lama, Kabupaten Indramayu

Dokumen yang terkait

Identifikasi Dan Prevalensi Ektoparasit Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Rawa Dan Tambak Paluh Merbau Percut Sei Tuan

9 144 57

Studi Pembudidayaan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Dalam Air Tawar Dan Dalam Campuran Air Tawar Dan Air Laut

3 92 100

Efektifitas Pertumbuhan Bibit Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Terhadap Pengaruh Mineral Fe, Na, Ca, Mg, Dan Cl Pada Akuarium Air Tawar Dan Campuran Air Tawar Dan Air Laut.

4 66 64

Analisis Pembudidayaan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Dalam Kolam Air Tawar Dan Campuran Air Laut Berdasarkan Perubahan Kandungan Mineral

2 52 116

Kerusakan Hati Ikan Nila (Oreochromis Niloticus Linnaeus, 1758) Di Sungai Cimanuk Lama Indramayu Dan Di Media Uji Laboratorium Yang Terpapar Kromium

2 24 54

Analisis Kualitas Air dan Kandungan Logam Berat Kromium (Cr) Pada Air, Sedimen, dan Daging Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linn.) di Sungai Premulung Kota Surakarta.

0 0 16

KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus), AIR, DAN SEDIMEN SERTA KUALITAS AIR DI ROWO JOMBOR, KLATEN.

0 0 14

Kandungan Logam Berat Pada Air, Sedimen dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linn) di Karamba Danau Rawapening - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

Kandungan Logam Berat Pada Air, Sedimen dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linn) di Karamba Danau Rawapening - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 15

TAP.COM - KONDISI BIOMETRIK IKAN NILA, OREOCHROMIS NILOTICUS - MASYARAKAT ...

0 0 12