Prosedur Penelitian Prosedur Kerja di Lapangan
Pengambilan sampel air untuk analisis logam berat kromium dilakukan bersama- sama dengan pengukuran kualitas air, yaitu dilakukan setiap bulan selama tiga bulan
penelitian di tiga stasiun penelitian. Sampel air tersebut diambil dari lapisan permukaan dengan menggunakan ember berukuran 10 L kemudian dimasukkan ke dalam botol
berbahan polyethylene bervolume 500 mL dan disimpan dalam cool box, untuk dianalisis di laboratorium.
Pengambilan sampel sedimen dilakukan dengan menggunakan van veen grab. Titik pengambilan sampel sedimen sama dengan untuk pengambilan sampel air.
Sedimen dasar diambil sebanyak ± 200 g dari setiap stasiun dan dimasukkan ke dalam kantong plastik dan disimpan dalam cool box, untuk dianalisis di laboratorium.
Pengambilan sampel ikan nila dilakukan dengan menggunakan jaring insang dengan ukuran mata jaring 1,5 inci, yang di pasang pada pagi hari pukul 09.00 dan
diangkat pada sore hari pukul 16.00. Ikan nila yang terjerat di jaring insang kemudian dipisahkan berdasarkan ukurannya 30
–
90 g dan 100
–
250 g. Selain itu juga dilakukan pengambilan sampel ikan nila yang dibudidayakan di Karamba Jaring Apung KJA
dengan ukuran 100
–
250 g ukuran konsumsi. Kemudian ikan nila tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik yang berbeda dan disimpan dalam cool box. Analisis
kandungan logam berat kromium dalam tubuh daging, hati, dan ginjal ikan nila dilakukan di laboratorium.
Prosedur Kerja di Laboratorium
Prosedur kerja di laboratorium terdiri atas tiga prosedur, yaitu pengukuran logam berat kromium tersaji pada Lampiran 2, pengukuran biometrik ikan nila tersaji pada
Lampiran 3, serta pembuatan preparat histologis organ insang dan hati ikan nila untuk mengetahui kerusakan jaringan yang terjadi tersaji pada Lampiran 4.
1. Pengukuran Logam Berat Kromium
Sampel air yang diperoleh dari lapangan kemudian disaring dengan peralatan penyaring yang steril, sebelumnya direndam dengan HCl 0,5 N atau HNO
3
1 N selama 1 jam kemudian dibilas dengan akuades. Hasil penyaringan tersebut kemudian
diawetkan dengan HNO
3
pekat sampai pH larutan 2 dan kemudian diukur menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometry AAS pada panjang gelombang
357,9 nm Rice et al. 2012. Pengukuran kandungan logam berat kromium dalam sedimen dilakukan dengan
memasukkan masing-masing contoh sedimen ke dalam gelas beker secara merata dan dikeringkan dalam oven pada suhu 110 °C selama 8 jam. Setelah sampel uji dikeringkan
selanjutnya sampel uji tersebut digerus sampai halus menggunakan mortar dan alu. Sampel sedimen kemudian ditimbang sebanyak ± 0,5 g, dimasukkan ke dalam gelas
beker kemudian ditambahkan 25 mL larutan akuades dan didestruksi dengan 5 mL HNO
3
pekat. Sampel sedimen dipanaskan pada hot plate hingga tersisa 15 mL. larutan sampel yang tersisa didinginkan dan disaring, kemudian diencerkan hingga volumenya
tepat 50 mL. Setelah itu sampel sedimen siap untuk diukur kandungan logam berat kromiumnya dengan AAS pada panjang gelombang 357,9 nm Rice et al. 2012.
Ikan nila yang tertangkap di sungai dikelompokkan ke dalam ukuran kecil 30
–
90 g dan besar 100
–
250 g, sedangkan ikan nila yang dibudidayakan di KJA hanya
diambil ukuran 100
–
250 g. Ikan nila tersebut kemudian dibedah untuk mendapatkan organ-organ dalamnya daging, hati, dan ginjal. Pengukuran logam berat kromium
dalam daging ikan nila dikarenakan daging merupakan bagian tubuh yang dikonsumsi oleh manusia, sedangkan untuk organ hati dan ginjal merupakan organ yang berperan
dalam proses metabolisme di dalam tubuh ikan nila, selain itu juga organ hati dan ginjal sangat rentan terkena bahan toksik.
Sampel daging, hati, dan ginjal yang akan di uji ditimbang dan dimasukkan ke dalam gelas beker. Kemudian sampel uji dikeringkan dalam oven pada suhu 110 °C
selama 8 jam. Setelah sampel uji dikeringkan selanjutnya sampel uji tersebut ditanur pada suhu 600 °C selama 3 jam, kemudian digerus dengan menggunakan mortar dan alu
hingga halus. Sampel uji kemudian ditimbang sebanyak ±0,5 g, dimasukkan dalam gelas beker, kemudian didestruksi dengan menambahkan 1 mL HNO
3
pekat. Suspensi dipanaskan pada hot plate hingga kering. Setelah itu ditambahkan 5 mL HCl pekat dan
campuran dipanaskan kembali. Larutan sampel yang tersisa didinginkan dan disaring, kemudian diencerkan dengan akuades hingga volumenya tepat 50 mL. Setelah itu
sampel uji diukur menggunakan AAS pada panjang gelombang 357,9 nm Rice et al. 2012.
2. Pengukuran Biometrik Ikan Nila