13 nyamuk dapat berubah sesuai dengan wilayah geografi, habitat dan musim. Hal tersebut
sangat menentukan dalam pemilihan metode pengendalian yang tepat dan efektif untuk diaplikasikan Rozendaal 1997. Di Indonesia dikenal beberapa metode pengendalian
vektor malaria yang dikelompokkan dalam lima kegiatan yaitu a pemakaian kelambu berinsektisida, b penyemprotan rumah, c pengendalian hayati, d antilarva cara
kimia, dan e pengelolaan lingkungan DEPKES 1999.
2.3.1 Penyemprotan rumah
Perilaku vektor malaria kebanyakan adalah endofilik. Pengendalian vektor untuk perilaku ini adalah dengan metode penyemprotan rumah Indoor Residual Spraying
IRS. IRS merupakan pelindung pada dinding dan permukaan rumah dengan menggunakan insektisida. IRS tidak melindungi seseorang secara langsung terhadap
gigitan nyamuk, namun suatu upaya membunuh nyamuk yang beristirahat di dinding sebelum ataupun setelah menggigit manusia. IRS akan lebih efektif dilakukan terhadap
lebih dari 70 populasi yang ada pada suatu lokasi pengendalian Anonim 2008. Penyemprotan semua rumah dilakukan pada daerah pemukiman baru transmigran dan
pada daerah KLB yang diketahui penularan terjadi setempat. Penyemprotan rumah pernah dilakukan di desa Kumai Hilir dan Kumai Hulu kecamatan Kumai kabupaten
Kotawaringin Barat karena adanya KLB malaria Dinkes Provinsi Kalteng 2008. IRS dapat menurunkan secara drastis nyamuk Anopheles yang beristirahat di
dinding dalam rumah di Burundi, Afrika Protopopoff et al. 2007a. Namun, ternyata kombinasi penggunaan IRS dan LLINs lebih efektif dalam menurunkan angka kesakitan
malaria Protopopoff et al. 2007b. Pada kasus apabila nyamuk banyak menggigit hewan sebagai alternatif pemutusan mata rantai penularan penyakit malaria terhadap
hewan adalah hewan disemprot dengan bahan kimia. Perlakuan dengan pemaparan insektisida pada sapi dapat menjaga populasi A. vagus yang telah mengalami
penurunan pada relatif stabil Hasan 2006.
2.3.2 Pemakaian kelambu berinsektisida
Kelambu berinsektisida Insecticide-Treated Bed Nets ITNs adalah
perlindungan individu untuk menekan angka kesakitan dan kematian karena malaria di wilayah endemis. ITNs merupakan cara pengendalian vektor yang terbanyak dilakukan
14 saat ini. Adanya insektisida pada kelambu dapat membunuh nyamuk dan serangga
lainnya. Namun, insektisida yang digunakan toksisitasnya rendah terhadap mamalia, biasanya digunakan dari golongan Piretroid.
Sebelumnya, kelambu hanya bertahan selama 6-12 bulan tergantung frekwensi pencucian kelambu, karena itu sekarang ada kelambu yang dapat digunakan dalam
jangka waktu yang lebih lama Long-Lasting Insecticide-treated Nets LLINs. Konsentrasi insektisida yang digunakan dapat bertahan selama lebih dari tiga tahun.
WHO merekomendasikan lima LLINs untuk pencegahan malaria, antara lain : a Duranet Clarke Mosquito Control, b Interceptor Net BASF, c NetProtect
Intelligent Insect Control, d Olyset Net Sumitomo Chemical dan e PermaNet Vestergaard-Frandsen Anonim 2008. Hadi 2001a melaporkan bahwa penggunaan
kelambu dapat mengurangi kasus malaria, sedangkan penggunaan repellent mencegah terhadap infeksi malaria. Penggunaan kelambu berinsektisida di Papua New Guenia
mampu memberikan perlindungan lebih dari 95 terhadap penggunanya dari malaria Frances et al. 2003.
2.3.3 Pengelolaan lingkungan