17
3 BAHAN DAN METODE
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng
yaitu Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya Gambar 1. Adapun wilayah ini merupakan wilayah kerja Puskesmas Tangkiling. Wilayah kerja
Puskesmas Tangkiling meliputi 14 kelurahan, yaitu Marang, Tumbang Tahai, Banturung, Habaring Hurung, Tangkiling, Sei Gohong, Kanarakan, Petuk Bukit, Pager,
Gaung Baru, Panjehang, Petuk Berunai, Bukit Sua dan Mungku Baru. Jumlah cakupan penduduk dari Puskesmas Tangkiling adalah 13.553 jiwa, sedangkan penduduk di
Kelurahan Tumbang Tahai berjumlah 1.853 jiwa.
3.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari-Maret 2008. Penangkapan nyamuk dilakukan sebanyak 12 kali yaitu setiap satu minggu satu kali.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dalam bentuk tiga kegiatan yaitu pengamatan terhadap nyamuk Anopheles, parasit dan kebiasaan masyarakat. Pengamatan terhadap nyamuk
Anopheles adalah melakukan penangkapan nyamuk dewasa pada malam hari kemudian diidentifikasi di laboratorium. Lokasi penangkapan nyamuk ada di dua tempat yakni di
sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan pemukiman masyarakat dan di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng. Penangkapan nyamuk dilakukan dengan
menggunakan tiga cara yaitu a umpan orang human bait, b menangkap nyamuk yang istirahat di dinding resting baik di dalam rumah dan kandang sapi, serta
c penangkapan dengan perangkap cahaya light trap. Pengamatan parasit dilakukan melalui data sekunder yang diperoleh dari data
malaria di puskesmas setempat dan Klinik Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng. Di samping itu juga dilakukan survei darah jari Mass Blood Survei MBS
pada penduduk di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru. Sedangkan kebiasaan masyarakat diperoleh dengan menggunakan kuesioner.
18
Gambar 1 Peta daerah penelitian di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu
3.3.1 Penangkapan nyamuk dengan umpan orang
Kegiatan ini dilakukan di rumah penduduk yang tinggal sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng. Tujuan kegiatan adalah mengetahui perilaku
nyamuk menggigit di dalam maupun luar rumah. Jumlah rumah sebanyak dua buah yaitu rumah yang pernah dilaporkan ada penderita malaria berdasarkan laporan
Puskesmas Tangkiling dan rumah yang mempunyai kandang sapi, jarak dari Pusat
Tengkiling
Marang Habaring Hurung
Tb. Tahai
Plk. Raya
19 Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng ke masing-masing rumah kurang lebih dua
kilometer. Penangkapan nyamuk dilakukan sepanjang malam mulai pukul 18.00 hingga
06.00 Gambar 2. Aktivitas penangkapan setiap satu jam adalah selama 40 menit
dengan menggunakan umpan orang, 10 menit berikutnya untuk penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding dan 10 menit berikutnya istirahat untuk mempersiapkan
penangkapan selanjutnya. Pada masing-masing rumah ditempatkan empat orang penangkap nyamuk, masing-masing dua orang baik di dalam rumah maupun di luar
rumah, satu orang bertugas sebagai umpan dan satu orang lagi yang menangkap. Petugas penangkap nyamuk berusia di atas 15 tahun dan tidak merokok. Pada saat
penangkapan nyamuk, petugas duduk di tempat yang tidak terganggu oleh orang lain dengan menggunakan celana pendek dan baju berlengan pendek. Nyamuk yang hinggap
pada kaki dan tangan ditangkap menggunakan aspirator, kemudian dimasukkan ke dalam gelas kertas paper cup yang dibedakan menurut penangkapan yaitu setiap satu
jam. Nyamuk kemudian dimatikan dengan kloroform dan dipin. Selama penangkapan juga dicatat suhu dan kelembaban nisbi lingkungan dengan menggunakan alat
thermohygrometer.
Gambar 2 Proses penangkapan nyamuk Anopheles dewasa dengan metode umpan orang
20
3.3.2 Penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding dalam rumah dan di kandang sapi dengan aspirator
Kegiatan ini merupakan kesatuan dari kegiatan penangkapan nyamuk semalam suntuk bersamaan dengan umpan orang. Tujuan kegiatan ini adalah mengetahui
banyaknya nyamuk yang hinggap di dinding dalam rumah Gambar 3 dan di kandang
sapi sebelum atau sesudah menggigit. Setelah petugas penangkap nyamuk menangkap nyamuk dengan umpan orang
selama 40 menit maka 10 menit berikutnya dimanfaatkan untuk menangkap nyamuk yang hinggap di dinding. Bagi petugas yang menangkap nyamuk dengan umpan orang
di dalam rumah, penangkapan dilakukan pada nyamuk yang hinggap di dinding dalam rumah. Sebaliknya, bagi petugas yang menangkap nyamuk dengan umpan orang di luar
rumah, penangkapan dilakukan pada nyamuk yang hinggap di kandang sapi. Nyamuk ditangkap menggunakan aspirator, kemudian dimasukkan ke dalam gelas kertas paper
cup yang dibedakan menurut penangkapan yaitu setiap satu jam. Nyamuk kemudian dimatikan dengan kloroform dan dipin.
3.3.3 Penangkapan dengan perangkap cahaya
Kegiatan ini dilakukan di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng. Tujuan kegiatan ini adalah mengetahui banyaknya nyamuk yang menggigit orangutan.
Penangkapan nyamuk dilakukan sepanjang malam mulai pukul 18.00 hingga 06.00. Satu buah alat perangkap cahaya light trap ditempatkan di dekat kandang orangutan
yang tergelap Gambar 4. Setiap dua jam dilakukan pengumpulan nyamuk ke gelas
kertas paper cup menggunakan aspirator, kemudian nyamuk dimatikan dengan kloroform dan dipin.
3.3.4 Identifikasi Identifikasi nyamuk Gambar 5 hasil tangkapan dilakukan di Laboratorium
Entomologi Kesehatan, FKH-IPB, menggunakan kunci identifikasi menurut buku kunci bergambar nyamuk Anopheles dewasa di Sumatera-Kalimantan DEPKES 2000 di
bawah mikroskop stereodesecting.
21
Gambar 3 Proses penangkapan nyamuk Anopheles dewasa yang istirahat di dinding dalam rumah
Gambar 4 Proses penangkapan nyamuk dewasa dengan light trap
22
Gambar 5 Proses identifikasi nyamuk dewasa
3.3.5 Penentuan kepadatan populasi, kelimpahan nisbi, frekuensi tertangkap dan dominasi spesies serta indeks curah hujan
Penentuan kepadatan populasi tiap spesies nyamuk Anopheles dihitung dalam rata-rata per metode penangkapan, per orang umpan atau per kolektor per malam,
dihitung melalui rumus sebagai berikut : Kepadatan nyamuk per orang per umpan per jam Man Hour Density MHD =
kepadatan nyamuk yang menggigit per orang per jam Man Bitting Rate MBR : MHD = L Anopheles tertangkap per spesies
= MBR L jam penangkapan x L pengumpan
Yang hinggap di dinding rumah = per ekor per rumah
Yang hinggap di kandang = per ekor per kandang
Yang menggigit orang = per ekor per orang per jam.
Indeks curah hujan = L curah hujan x hari hujan L hari dalam satu minggu
3.3.6 Kegiatan pengumpulan larva Anopheles
Tujuan kegiatan ini adalah mengetahui tempat perindukan nyamuk Anopheles. Pencarian larva dilakukan di beberapa genangan air yang potensial menjadi tempat
23 berkembangbiaknya nyamuk Anopheles, yaitu di bekas galian pasir, kolam-kolam air
yang tergenang dan saluran-saluran air.
3.3.7 Kegiatan Mass Blood Survei MBS pada masyarakat
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui angka kesakitan malaria pada kelompok masyarakat. Besar sampel dihitung berdasarkan Rumus Snedecor dan
Cochran Budiarto 2004 yakni :
[ ]
N d
q p
Z d
q p
Z n
. .
1 .
.
2 2
2 2
+ =
dimana : d = keakuratan, ZM = simpangan rata-rata distribusi normal standar pada derajat kemaknaan M = 0.05, p = proporsi yang dikehendaki 0.5, d = toleransi
kesalahan sampel 0.1 10. Sehingga didapatkan besar sampel adalah 91 orang dan pemeriksaan dilakukan terhadap semua golongan umur.
Orangutan yang diperiksa adalah orangutan yang sedang menunjukkan gejala klinis dua ekor. Survei darah jari Mass Blood Survey MBS dilakukan oleh tenaga
mikroskopis yang sudah terlatih. Pemeriksaan parasitologis dilakukan dengan membuat sediaan tebal dan tipis dari darah jari. Darah diambil dari ujung jari manis tangan kiri
untuk anak-anak dan dewasa atau ujung jempol kaki untuk bayi. Sebelumnya tempat yang akan ditusuk dibersihkan dengan alkohol 70, lalu ditusuk dengan alat
tusuk steril lanset dan tetesan darah yang keluar pertama kali dibersihkan dengan kapas kering. Selanjutnya tetesan darah berikutnya ditampung pada kaca sediaan darah
bersih dan kering serta diberi label. Sebanyak 1 tetes darah diletakan ditengah-tengah kaca dan ± 3 tetes lainnya diletakan terpisah dari tetes pertama pertengahan antara
darah dan label. Dengan bantuan kaca sediaan lain, dari tetesan darah pertama dibuat apusan darah tipis dan dari 3 tetesan darah disebelahnya dibuat apusan darah tebal
dengan cara melebarkannya atau dibuat lingkaran hingga diameter kira-kira 1-1,5 cm. Sediaan darah dibiarkan kering pada suhu kamar di tempat yang terlindung dari debu
dan kotoran atau lalat. Setelah kering ± 15 menit, sediaan darah diwarnai dengan Giemsa secara standar. Sebelumnya, bagian sediaan darah tipis difiksasi dengan
methanol absolut. Pewarnaan dilakukan dengan perbandingan 1 : 20 antara larutan Giemsa dengan buffer pH 7,0–7,2 selama 30 menit. Pemeriksaan dilakukan di bawah
mikroskop dengan pembesaran 10x100 dengan minyak immersi.
24
Gambar 6 Kegiatan MBS di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya
Pemeriksaanpengamatan dilakukan pada seluruh lapangan pandang. Pemeriksaan
mikroskopis malaria dilakukan oleh tenaga mikroskopis Puslitbang Biomedis dan
Farmasi, Badan Litbang Kesehatan.
3.3.8 Pengamatan terhadap kebiasaan masyarakat
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui kebiasaan masyarakat yang berkaitan dengan penyakit malaria dengan tehnik wawancara terstruktur menggunakan
kuesioner. Jumlah responden adalah 91 orang yang didapat seperti pada perhitungan MBS dan dipilih secara acak. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner survei
dinamika penularan penyakit malaria dari Departemen Kesehatan R.I.
3.4 Pengolahan dan Analisis Data
Nyamuk yang tertangkap dengan menggunakan umpan orang dan yang hinggap di dinding serta light trap dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel
dan grafik berdasarkan parameter serta dihubungkan dengan pengaruh iklim curah hujan, suhu dan kelembaban kemudian dinarasikan. Angka kesakitan malaria pada
masyarakat kelurahan Tumbang Tahai dan orangutan pada Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng dianalisis secara deskriptif kemudian dihubungkan dengan
kepadatan vektor. Adapun kebiasaan masyarakat yang diperoleh berdasarkan kuesioner disajikan dalam bentuk tabel.
25
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Jenis Nyamuk yang Ditemukan
Jenis nyamuk yang menggigit manusia di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng antara lain genus Aedes, Anopheles, Culex dan Mansonia. Nyamuk
yang tertangkap dengan menggunakan light trap di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng hanya didapat genus Mansonia, dalam jumlah yang sedikit tiga ekor.
Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain kepadatan nyamuk, rancangan perangkap, kualitas cahaya serta jenis nyamuk yang bersangkutan Service 1976.
Spesies nyamuk Aedes yang tertangkap di Kelurahan Tumbang Tahai adalah Ae. aegypti. Spesies Culex adalah C. quenquefasciatus, C. gellidus, C. hutcinsoni dan
C. whitmori. Spesies nyamuk Mansonia adalah M. uniformis, sedangkan spesies nyamuk Anopheles adalah A. letifer dan A. umbrosus, ini merupakan 50 dari jumlah
spesies yang terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah empat spesies. A. letifer dikonfirmasi sebagai vektor di Kalimantan Tengah DEPKES 1987, Hadi 2006 dalam
Sigit dan Hadi 2006, Subdit Pengendalian Vektor 2007, sedangkan A. umbrosus belum dinyatakan sebagai vektor. Keberadaan A. umbrosus cocok dengan wilayah penelitian,
yaitu adanya hutan rawa-rawa Collins 2003. A. umbrosus pernah tertangkap di tepi hutan dalam kegiatan entomologi di wilayah Kabupaten Sukamara Kalimantan Tengah
Dinkes Provinsi Kalteng 2008. Spesies A. umbrosus tertangkap dengan jumlah sedikit dua ekor, masing-
masing satu ekor pada penangkapan dengan umpan orang di dalam dan luar rumah, sedangkan pada penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding rumah dan kandang sapi
tidak tertangkap. Oleh karena itu hasil ini tidak dapat menggambarkan kepadatan dan perilaku mengigigit A. umbrosus. Senada dengan penelitian pada hutan rawa di Kuala
Lumpur, Malaysia dari hasil penangkapan nyamuk menggunakan perangkap trap hanya A. letifer yang lebih banyak tertangkap dibandingkan A. umbrosus grup Collins
2003.
Spesies A. letifer yang tertangkap Gambar 7 pada Kelurahan Tumbang Tahai
banyak dipengaruhi oleh lingkungan yang ada. Lokasi sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng termasuk ke dalam tipe hutan tropika dataran rendah dengan
26 kondisi tanah berawa dan bergambut BKSDA Kalteng 2000. Sementara itu, A. letifer
dapat hidup di tempat yang asam atau pH rendah DEPKES 2000. Selain itu, di daerah ini ditemukan adanya semak-semak dan pohon-pohon sebagai tempat beristirahat
nyamuk, terdapat pula perkebunan masyarakat yang dekat dengan pemukiman sebagai mata pencaharian penduduk setempat.
Keadaan ini berbeda dengan di daerah lain. Keragaman Anopheles di daerah Bolapapu Sulawesi Tengah meliputi 10 spesies yaitu A. barbirostris, A. barbumbrosus,
A. leucosphyrus, A. kochi, A. vagus, A. indefinitus,
A. tesselatus, A. seperatus,
A. maculatus dan A. hyrcanus Sulaeman 2004, sedangkan nyamuk Anopheles di Desa Tongoa Kabupaten Donggala terdiri atas delapan spesies nyamuk Anopheles yakni
A. barbirostris, A. nigerrimus, A. barbumbrosus, A. tesselatus, A. vagus, A. kochi, A. punctulatus dan A. maculatus Jastal 2005. Salam 2005 melaporkan bahwa di
Desa Alat Hantakan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan terdapat empat spesies yang menonjol yaitu A. kochi, A. letifer, A. nigerriumus, A. barbirostris
dibandingkan dengan spesies lainnya seperti A. sinensis, A. vagus, A. aconitus, dan A. maculatus. Sedangkan di Desa Ambutun Kabupaten Hulu Sungai Selatan,
Kalimantan Selatan dilaporkan terdapat delapan spesies yaitu A. nigerrimus, A. aconitus, A. kochi, A. letifer, A. peditaeniatus, A. barbirostris dan A. tesselatus Noor
2006.
4.1.1 Kepadatan Nyamuk Anopheles Tabel 1 menunjukkan rata-rata kepadatan nyamuk A. letifer dan A. umbrosus
dengan metode umpan orang baik di dalam maupun di luar rumah per minggu penangkapan selama bulan Januari hingga Maret. Nyamuk A. letifer adalah yang
terbanyak tertangkap dibandingkan dengan A. umbrosus. A. letifer paling banyak
ditemukan pada minggu ke enam di dalam maupun di luar rumah bulan Februari masing-masing 2,00 dan 2,33 ekororangmalam. Pada penelitian, ini A. letifer
cenderung bersifat lebih antropofilik dan eksofagik. Keadaan ini berbeda dengan di Desa Alat Hantakan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan yaitu
A. kochi, A. letifer dan A. barbirostris dalam mencari darah lebih banyak di kandang sapi daripada di luar. Spesies-spesies tersebut lebih bersifat zoofilik Salam 2005.
27
Gambar 7 Nyamuk Anopheles letifer pada costa dan urat satu ada tiga atau kurang noda-noda pucat, palpi tanpa gelang-gelang pucat, sternit abdomen segmen
ke tujuh tanpa sikat yang terdiri dari sisik yang gelap dan tarsi kaki belakang dengan gelang pucat terutama pada pangkalnya
Tabel 1 Rata-rata nyamuk Anopheles tertangkap dengan metode umpan orang di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan
Januari- Maret 2008
Nyamuk Anopheles ekororangmalam A. letifer
A. umbrosus Bulan
Minggu UOD
UOL UOD
UOL
Januari 1 0,33
1,00 0,00 0,00
2 1,33
1,00 0,00 0,00
3 1,33
2,00 0,00
0,33 4
1,67 1,33
0,00 0.00 Februari
5 0,67
0,00 0,00 0,00
6 2,00
2,33 0,33
0,00 7
0,00 0,67
0,00 0,00 8
1,33 0,67
0,00 0,00 Maret 9
0,00 0,00
0,00 0,00 10
0,00 0,33
0,00 0,00 11
0,00 0,00 0,00 0,00
12 0,00 0,00 0,00
0,00
Keterangan : UOD = Umpan Orang di Dalam Rumah, UOL = Umpan Orang di Luar Rumah
28
Tabel 2 menunjukkan rata-rata kepadatan nyamuk A. letifer dengan
penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding dalam rumah dan kandang sapi per minggu penangkapan. Pada metode penangkapan ini tidak ditemukan nyamuk
A. umbrosus, sedangkan A. letifer paling banyak tertangkap istirahat di dinding dalam rumah adalah minggu ke lima awal Februari yaitu 0,42 ekormalam dan kandang sapi
pada minggu ke enam dan delapan Februari yaitu 0,5 ekormalam. Pada penelitian ini A. letifer cenderung lebih bersifat eksofilik.
4.1.2 Perilaku menggigit dan istirahat nyamuk Anopheles Gambar 8 menunjukkan aktifitas A. letifer menggigit dimulai pada pukul 18.00
hingga 06.00 untuk semua metode penangkapan. Puncak kepadatan menggigit A. letifer terjadi pukul 19.00-20.00 baik di dalam maupun di luar rumah. Sementara itu, A. letifer
di Desa Bukit Muara Bungo Jambi ditemukan aktif pada pukul 22.00 dan 03.00 dengan jumlah 1,1 tiga ekororangmalam Wahyu 2005. Noor 2006 melaporkan
di Desa Ambutun Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan aktifitas nyamuk A. umbrosus di dalam rumah adalah pukul 24.00–01.00 dan di luar rumah pada
pukul 03.00–04.00, sedangkan A. letifer banyak tertangkap di luar rumah pukul 20.00– 21.00.
Tabel 2 Rata-rata nyamuk A. letifer tertangkap yang hinggap di dinding dalam rumah dan kandang sapi di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu
Palangka Raya bulan Januari-Maret 2008
Nyamuk A. letifer per ekormalam Bulan
Minggu Dinding Rumah
Kandang
Januari 1 0,08 0,00
2 0,00
0,00 3
1,00 0,00
4 0,06
0,25 Februari 5
0,42 0,17
6 0,08
0,50 7
0,17 0,00
8 0,33
0,50 Maret 9 0,08
0,00 10 0,00
0,00 11 0,00
0,00 12 0,00
0,00
29 Perilaku nyamuk A. letifer yang antropofilik dengan puncak kepadatan
menggigit pada jam tersebut memerlukan suatu upaya perlindungan individu kepada masyakarat. Hadi 2001a melaporkan bahwa penggunaan kelambu di Jawa Tengah
menurunkan kasus malaria, sedangkan penggunaan repellent mencegah infeksi malaria.
0,00 0,50
1,00 1,50
2,00 2,50
3,00 3,50
18.00- 19.00
19.00- 20.00
20.00- 21.00
21.00- 22.00
22.00- 23.00
23.00- 24.00
24.00- 01.00
01.00- 02.00
02.00- 03.00
03.00- 04.00
04.00- 05.00
05.00- 06.00
Jam penangkapan R
at a-
ra ta
n y
am u
k te
rt an
g k
ap e
k o
r o
rg j
am
UOD A. umbrosus UOL A. umbrosus
UOD A. letifer UOL A. letifer
Gambar 8 Rata-rata nyamuk Anopheles tertangkap dengan metode umpan orang per jam penangkapan di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu
Palangka Raya bulan Januari-Maret 2008
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
18.00- 19.00
19.00- 20.00
20.00- 21.00
21.00- 22.00
22.00- 23.00
23.00- 24.00
24.00- 01.00
01.00- 02.00
02.00- 03.00
03.00- 04.00
04.00- 05.00
05.00- 06.00
Jam penangkapan R
a ta
-r a
ta n
y a
m u
k A
. le
ti fe
r te
r ta
n g
k a
p e
k o
r m
a la
m
Dinding Kandang
Gambar 9 Rata-rata nyamuk Anopheles letifer tertangkap yang hinggap di dinding rumah dan kandang sapi per jam penangkapan di Kelurahan Tumbang
Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari-Maret 2008
30
Gambar 9 menunjukkan aktifitas A. letifer istirahat dimulai pada pukul 18.00-
06.00. Pada beberapa periode waktu tidak terdapat kepadatan istirahat nyamuk pada dinding di dalam rumah yaitu pukul 20.00-21.00, 24.00-01.00 dan 03.00-00.00. Puncak
kepadatan istirahat di dinding dalam rumah terjadi pada pukul 19.00-20.00 1,08 ekororangrumah, sedangkan puncak kepadatan istirahat di sekitar kandang sapi pada
pukul 05.00–06.00 0,5 ekorkandang. Effendi 2002 melaporkan di daerah Kokap Kabupaten Kulonprogo puncak kepadatan A. maculatus, A. balabacensis dan A. vagus
Daerah Istimewa Yogyakarta di dinding dalam rumah antara pukul 22.00–24.00, sedangkan A. maculatus dan A. balabacensis di kandang sapi pada pukul 20.00–22.00
dan A. vagus pada pukul 22.00. Pada penelitian ini puncak kepadatan nyamuk yang istirahat di dinding dalam
rumah yang terjadi pada pukul 19.00-20.00. Hal ini merupakan waktu yang sama dengan puncak gigitan dengan umpan orang baik di dalam maupun di luar
rumah. A. letifer tampaknya hinggap terlebih dahulu di dinding dalam rumah sebelum menggigit penghuni rumah sebab pada pengamatan nyamuk yang hinggap di dinding
dalam rumah tidak ditemukan perut nyamuk yang berisi darah bloodfeed.
4.1.3 Pengaruh curah hujan, suhu dan kelembaban terhadap keberadaan nyamuk Anopheles
Data dari Badan Meteorologi dan Geofisika Kalimantan Tengah tahun 2008 menunjukkan curah hujan di Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya selama tiga
bulan Januari-Maret berkisar antara 1,0-97,9 mm, jumlah hari hujan pada bulan Januari, Februari dan Maret masing-masing adalah 20 hari hujan, 14 hari hujan dan 23
hari hujan. Indeks curah hujan selama tiga bulan yaitu bulan Januari 300,39 dan
Februari 76,00 serta Maret 379,87 Tabel 3.
Terdapat hubungan langsung antara hujan dan perkembangan larva nyamuk menjadi bentuk dewasa. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis hujan, jumlah
hari hujan, jenis vektor dan tempat perindukan breeding places. Hujan yang diselingi oleh panas akan memperbesar kemungkinan berkembangbiaknya nyamuk Anopheles
DEPKES 2000. Di Desa Hargotirto Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta kepadatan nyamuk Anopheles berbanding terbalik yaitu curah hujan tinggi
maka kepadatan nyamuk Anopheles menurun, sedangkan curah hujan rendah kepadatan
31 nyamuk Anopheles cenderung tinggi Sukmono 2002. Effendi 2002 menyatakan
44,9 keragaman rata-rata kepadatan nyamuk Anopheles yang tertangkap di daerah Kokap Kabupaten Kulonprogo dipengaruhi oleh keadaan curah hujan, sedangkan
sisanya sebesar 55,1 dipengaruhi oleh faktor lain seperti kelembaban, suhu udara dan kecepatan angin.
Selama penelitian berlangsung Januari-Maret keadaan curah hujan dari awal sampai dengan akhir penelitian sangat fluktuatif. Indeks curah hujan tertinggi terdapat
pada minggu ke lima penangkapan 65,03 dan terendah pada minggu ke enam 7,68 dengan kepadatan rata-rata nyamuk A. letifer tertinggi diperoleh pada minggu ke enam
penangkapan 4,92 ekormalam dan terendah pada minggu ke sembilan penangkapan
0,08 ekormalam Gambar 10.
Pengukuran suhu dan kelembaban lingkungan dilaksanakan tiap jam pada saat penangkapan nyamuk dengan menggunakan alat thermohygrometer. Adanya curah
hujan yang sangat fluktuatif mempengaruhi suhu dan kelembaban yang ada. Selama 12 kali penangkapan nyamuk didapatkan suhu rata-rata tercatat sebesar 23°C–26°C dan
kelembaban rata-rata berkisar 80–87 Gambar 11.
Tabel 3 Jumlah hari hujan, curah hujan dan indeks curah hujan per penangkapan di Kecamatan Bukit Batu bulan Januari-Maret 2008
Jlh Hari
Curah Hujan Indeks
Bulan Minggu
Hari Hujan
mm Curah Hujan
Januari 1 7
6 146,5
33,08 2
7 5
88,6 20,01
3 7
0,0 0,00
4 7
4 92,7
20,93 Februari
5 7
7 260,1
65,03 6
7 3
30,7 7,68
7 7
0,0 0,00
8 7
2 5,2
1,30 Maret 9 7
7 81,4
20,35 10 7
6 137,3 34,33
11 7 4 59,0
14,75 12 7
6 164,7 41,18
Total 84 50 1.066,2 3.198,60
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Kalimantan Tengah
32
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00 5,00
6,00
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
Minggu penangkapan R
a ta
-r a
ta n
y a
m u
k te
rt a
n g
k a
p e
k o
r m
a la
m
10 20
30 40
50 60
70
A. letifer Indeks curah hujan
Gambar 10 Rata-rata nyamuk Anopheles letifer yang tertangkap per minggu penangkapan dan indeks curah hujan di Kecamatan Bukit Batu Palangka
Raya bulan Januari-Maret 2008
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00 5,00
6,00
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
Minggu penangkapan R
a ta
-r a
ta n
y a
m u
k te
r ta
n g
k a
p e
k o
r m
a la
m
0,0 10,0
20,0 30,0
40,0 50,0
60,0 70,0
80,0 90,0
100,0
A. letifer Suhu rata-rata
Kelembaban rata-rata
Gambar 11 Rata-rata nyamuk Anopheles letifer dan suhu serta kelembaban di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari–
Maret 2008
Suhu rata-rata tertinggi adalah pada penangkapan minggu ke delapanMaret 25,5
o
C, sedangkan yang terendah pada penangkapan minggu ke limaFebruari 23,6
o
C. Kelembaban rata-rata tertinggi pada penangkapan minggu ke sebelasMaret
33 87,7, sedangkan yang terendah pada penangkapan minggu ke tujuhMaret 80,3
dengan kepadatan rata-rata nyamuk A. letifer tertinggi diperoleh pada minggu ke enam penangkapan 3,28 ekormalam dan terendah pada minggu ke penangkapan 0,22
ekormalam. Nyamuk adalah binatang berdarah dingin sehingga metabolisme dan siklus hidupnya tergantung pada suhu dan kelembaban lingkungan. Nyamuk dapat
bertahan dalam suhu rendah, tetapi prosesnya metabolismenya menurun atau bahkan terhenti bila suhu turun sampai batas kritis. Tingkat kelembaban 63
merupakan angka paling rendah untuk memungkinkan adanya penularan malaria di Punjab, India DEPKES 2000.
4.1.4 Larva Anopheles
Sebanyak 13 titik tempat perindukan larva nyamuk telah diamati, yaitu enam titik di lokasi genangan air sekindar kandang orangutan, empat titik di bekas galian pasir
Gambar 12, dan tiga titik di sekitar pemukiman penduduk. Namun demikian, larva
Anopheles tidak ditemukan pada titik potensial tersebut. Hal ini, kemungkinan disebabkan oleh curah hujan yang tidak menentu, kurangnya sampel yang diambil, atau
genangan air yang cenderung kering sebelum larva berkembangbiak. Di daerah Teluk Mata Ikan, Kodya Batam, Riau ditemukan A. letifer pada air tawar dengan salinitas 0,
hal ini berkaitan dengan pembangunan yang ada pada daerah tersebut Soekirno 1993.
Gambar 12 Lokasi penambangan pasir yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu
34
4.2 Angka Kesakitan Malaria pada Masyarakat
Kasus malaria di Kelurahan Tumbang Tahai berdasarkan laporan Puskesmas
Tangkiling umumnya terjadi pada seluruh golongan umur dan jenis kelamin Tabel 4.
Kasus pada pria umumnya lebih banyak 54,55 daripada wanita 45,55. Adanya kasus malaria yang lebih besar pada pria biasanya dipengaruhi oleh pekerjaan dan
aktivitas seseorang. Umumnya pria lebih cenderung sering keluar rumah dibandingkan wanita, sehingga peluang kontak dengan nyamuk vektor semakin besar. Di lokasi
penelitian pria usia remaja sering berkumpul di luar rumah malam hari sampai larut malam, beberapa pedagang pria berbelanja untuk keperluan warungnya pada malam
hari saat hari pasar dan para pekerja di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng yang bekerja malam hari umumnya adalah pria. Kebiasaan masyarakat lainnya adalah
pergi ke kebun pada saat subuh. Kasus malaria pada anak-anak dibedakan berdasarkan usia yaitu 0-11 bulan, 12-
23 bulan, 2-9 tahun dan 10-14 tahun. Kasus malaria pada bayi 0–11 bulan selama tiga tahun berturut-turut yakni satu orang 5,88 pada tahun 2005, tiga orang 8,11 pada
tahun 2006, dan satu orang 2,22 pada tahun 2007. Adanya kasus pada bayi umumnya sebagai indikator penularan penyakit setempat sebab pada usia ini mereka
jarang keluar rumah. Hal ini menggambarkan bahwa vektor mampu masuk ke dalam rumah untuk kontak dengan bayi. Keadaan ini didukung oleh adanya data penderita
malaria selama tiga tahun berturut-turut. Kasus malaria mulai dilaporkan pada usia 12- 23 bulan yaitu sebanyak tiga orang 8,11 pada tahun 2006 dan empat orang 6,67
pada tahun 2007. Peningkatan jumlah kasus terlihat pada usia 2-9 tahun terjadi selama tiga tahun berturut-turut yaitu satu orang 5,88 pada tahun 2005, empat orang
10,81 pada tahun 2006 dan delapan orang 17,78 pada tahun 2007. Kasus rendah terlihat pada usia 12-23 bulan dibandingkan dengan usia 2-9 tahun, karena pada usia
balita cenderung masih mempunyai kekebalan dari ibunya, sedangkan pada usia 2-9 tahun kekebalan yang diperoleh dari ibunya biasanya sudah tidak ada lagi sementara itu
kekebalan alami belum terbentuk. Situasi malaria di Kelurahan Tumbang Tahai selama tiga tahun berturut-turut
2005-2007 sangat bervariasi. Pada tahun 2005 puncak kasus terjadi pada bulan April dan Mei. Puncak kasus yang terjadi tahun 2006 dan 2007 lebih tinggi dibandingkan
dengan 2005 yaitu bulan Juni dan Februari Gambar 13. Hal ini memperlihatkan
35 bahwa waktu terjadinya puncak penularan malaria selalu berubah-ubah. Kondisi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya kepadatan nyamuk Anopheles dan kondisi lingkungan fisik, serta adanya penderita malaria sebagai sumber penularan.
Epidemiologi malaria yang disebabkan oleh nyamuk Anopheles sangat bervariasi dari tahun ke tahun dan dari daerah satu dengan daerah lainnya.
Selama penelitian berlangsung Januari-Maret terlihat bahwa peningkatan kepadatan vektor diikuti oleh peningkatan kasus malaria. Kepadatan nyamuk yang
tertinggi terjadi pada bulan Januari 11,39 ekororangmalam, sedangkan jumlah kasus tertinggi pada bulan Februari 11 kasus. Kasus malaria pada umumnya meningkat
setelah didahului oleh peningkatan kepadatan vektor. Pada bulan Maret kasus malaria cenderung menurun yang diiringi dengan menurunnya kepadatan nyamuk Anopheles
Tabel 5.
Tabel 4 Jumlah penderita Plasmodium vivax menurut jenis kelamin dan kelompok umur di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya
tahun 2005–2007
Jenis Kelamin Kel. Umur
Jumlah Penderita P. vivax Total
2005 2006
2007 Pria 0
- 11
bln 1 1
2 12 - 23 bln
1 3
4 2 - 9 thn 1
1 5
7 10 - 14 thn
2 2
3 7
15 thn 5
14 15
34 Jumlah Pria
9 19
26 54
Pria 52,94
51,35 57,78
54,55 Wanita
0 - 11 bln 2
1 3
12 - 23 bln 2
1 3
2 - 9 thn 0 3
3 6
10 - 14 thn 2
2 15 thn
8 11
12 31
Jumlah Wanita 8
18 19
45 Wanita 47,06
48,65 42,22
45,45 TOTAL 17 37 45 99
Sumber data : Puskesmas Tangkiling
36
1 2
3 4
5 6
7 8
Januari Februari
Maret April
Mei Juni
Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Bulan J
u m
la h
k a
su s
P .
v iv
a x
100 200
300 400
500 600
In d
e k
s c
u ra
h h
u ja
n I
C H
P. vivax 2005 P. vivax 2006
P. vivax 2007 ICH 2005
ICH 2006 ICH 2007
Gambar 13 Situasi malaria di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya tahun 2005–2007
Tabel 5 Kasus malaria per spesies dan jumlah nyamuk Anopheles letifer per bulan di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan
Januari–Maret 2008
Jenis parasit Bulan
P. vivax P. falciparum
Jumlah Kasus
Rata-Rata Kepadatan A. letifer ekormalam
Januari 7 7
11,39 Februari 10
1 11
9,83 Maret 5
5 0,42
Jumlah
22 1 23 21,64
Sumber data : Puskesmas Tangkiling
4.3 Hasil Pemeriksaan MBS Mass Blood Survey pada Masyarakat