Siklus hidup malaria Malaria pada Manusia dan Primata

11 itu yang dapat beperan sebagai vektor di Kalimantan Tengah adalah A. maculatus , A. nigerimus dan

A. balabacencis Lampiran 2 Hadi 2006 dalam Sigit Hadi 2006.

2.2.3 Siklus hidup malaria

Siklus hidup malaria sangat kompleks sesuai dengan fase pertumbuhan Plasmodium. Siklus malaria dimulai saat sporozoit masuk ke dalam tubuh manusia pada saat nyamuk menggigit manusia. Sporozit masuk ke dalam darah dan dalam waktu 30 menit masuk ke dalam sel hati dan terjadilah fase eksoeritrositer Lampiran 2. Fase eksoeritrositer. Sporozoit yang masuk ke dalam sistem sirkulasi dan menyerang sel hati membelah secara aseksual dalam proses yang disebut eksoeritrosit skizogoni. Bentuk merozoit menyerang sel hati tetapi tidak menyebabkan reaksi peradangan pada hati. Lama kelamaan sel yang terserang menjadi besar dan rusak serta melepaskan ribuan merozoit ke aliran darah. Fase dormant atau hipnosoit. Infeksi karena P. falciparum dan P. malariae mempunyai satu bentuk tunggal eksoeritrosit. Sebaliknya, P. vivax dan P. ovale mempunyai dua bentuk eksoeritrosit. Bentuk yang pertama berkembang, menyebabkan rusaknya sel hati dan melepaskan merozoit sama seperti P. falciparum dan P. malariae. Bentuk kedua, yang berkembang pada saat bersamaan dikenal sebagai hipnosoit. Sporozoit yang masuk ke dalam sel hati berubah menjadi hipnosoit yang terus hidup dan bersembunyi selama berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Suatu saat, hipnosoit menjadi aktif dan menjadi eksoeritrosit skizogoni, membentuk merozoit yang menyebabkan kasus kambuh NAMRU-2 2007. Khusus P. vivax dan P. ovale pada siklus parasitnya di jaringan hati sizon jaringan, sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit tetapi tertanam di jaringan hati disebut hipnosoit, bentuk hipnosoit inilah yang menyebabkan malaria relapse Bruce-Chwatt 1980. Fase eritrosit. Merozoit yang terlepas yang masuk ke dalam sel darah merah eritrosit kemudian berkembang menjadi bentuk ring tropozoit muda. Setelah masa pertumbuhan, nukleus tropozoit membelah dan berkembang, membentuk skizon dengan 8-36 nukleus dalam setiap sel darah merah. Saat proses ini selesai, sel darah merah ini yang terinfeksi akan hancur dan melepaskan merozoit matang. Gejala malaria muncul pada saat ini. Merozoit kemudian menyerang eritrosit baru dan generasi parasit lainnya 12 berkembangbiak dengan cara yang sama. Proses ini terjadi berulang-ulang selama masa infeksi dan disebut sebagai eritrosit skizogoni. Masa siklus berbeda-beda pada setiap Plasmodium. P. falciparum, P. vivax dan P. ovale selama 24-30 jam, serta 72 jam pada P. malariae. Setelah generasi siklus aseksual, beberapa merozoit berubah menjadi bentuk seksual yaitu betina disebut marogametosit dan jantan mikrogametosit kemudian berkembang di dalam sel darah merah yang diserang. Fase vektor. Nyamuk Anopheles betina mendapat darah inang yang terinfeksi Plasmodium bentuk seksual yang berkembang di dalam sel darah merah. Makrogametosit dan mikrogametosit matang di dalam perut nyamuk, kemudian bereduksi menjadi makrogamet dan delapan mikrogamet eksflagela. Makrogamet dan mikrogamet mengadakan perkawinan dan membentuk zigot yang menghasilkan ookinet. Ookinet akan menembus lambung nyamuk melalui sel-sel epitel dan menempel pada bagian luar nyamuk dan berubah menjadi bulatan kecil yang disebut ookista. Ookista membesar saat nukleus membelah kemudian pecah dan melepaskan ribuan sporozoit. Sporozoit bergerak menuju kelenjar ludah nyamuk dan siap untuk ditularkan. Siklus hidup pada fase vektor disebut sporogoni yang membutuhkan waktu 8-35 hari tergantung pada jenis Plasmodium dan kondisi lingkungan Bruce-Chwatt 1980, DEPKES 2000, NAMRU-2 2007.

2.3 Pengendalian Vektor

Timbulnya penyakit malaria erat kaitannya dengan nyamuk Anopheles. Berbagai upaya pengendalian terhadap penyakit malaria telah lama dilakukan, namun hingga tahun 2007 KLB selalu ada dan kasus meningkat dibeberapa daerah. Kejadian ini akan terus berlangsung apabila pengendalian vektor yang dilakukan hanya berdasarkan pada tingginya kasus klinis saja tanpa mengetahui perilaku vektor, kondisi lingkungan termasuk kebiasaan masyarakat. Nyamuk membutuhkan darah untuk pemasakan telurnya. Spesies golongan antropofilik cenderung menyukai darah manusia, sedangkan golongan zoofilik lebih menyukai darah binatang. Beberapa spesies nyamuk menggigit dan menghisap darah hospesnya di dalam rumah endofagik, tetapi ada yang hanya di luar rumah eksofagik. Beberapa spesies istirahat di dalam rumah endofilik, tetapi ada yang istirahat di luar rumah eksofilik, untuk pemasakan telurnya. Kebiasaan menggigit dan perilaku

Dokumen yang terkait

Konsumsi dan Kandungan Nutrien Pakan Orangutan (Pongo pygmaeus) . (Studi Kasus di Pusat Reintroduksi Orangutan, Wanariset Samboja Kalimantan Timur)

1 10 106

Studi Komunitas Dan Populasi Nyamuk Anopheles Di Desa Bolapapu Sulawesi Tengah Kaitannya Dengan Epidiomiologi Malaria

0 7 106

Karakteristik Objek dan Persepsi Masyarakat sebagai Dasar dalam Pengembangan Wisata Alam Studi Kasus : Arboretum Nyaru Menteng Palangka Raya

0 12 134

Evaluasi Perubahan Pola Perilaku Makan Pada Orangutan (Pongo pygmaeus morio) Di Pusat Reintroduksi Orangutan Borneo Orangutan Survival (BOS) Wanariset-Samboja Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur

0 6 48

Studi Komunitas Dan Populasi Nyamuk Anopheles Di Desa Bolapapu Sulawesi Tengah Kaitannya Dengan Epidiomiologi Malaria

0 5 96

Studi Perilaku Menggigit Nyamuk Anopheles balabacensis dan Kaitannya dengan Epidemiologi Malaria di Desa Lembah Sari Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat

1 6 10

Perilaku Nyamuk Anopheles punctulatus Donitz dan Kaitannya dengan Epidemiologi Malaria di Desa Dulanpokpok Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat

0 9 12

Konsumsi dan Kandungan Nutrien Pakan Orangutan (Pongo pygmaeus) . (Studi Kasus di Pusat Reintroduksi Orangutan, Wanariset Samboja Kalimantan Timur)

0 2 96

Inventarisasi Jenis Serangga Tanah dengan Menggunakan Metode PitFall Trap di Kawasan Arboretum Nyaru Menteng Palangka Raya. - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 12

Inventarisasi Jenis Serangga Tanah dengan Menggunakan Metode PitFall Trap di Kawasan Arboretum Nyaru Menteng Palangka Raya. - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 36