30
Gambar 9 menunjukkan aktifitas A. letifer istirahat dimulai pada pukul 18.00-
06.00. Pada beberapa periode waktu tidak terdapat kepadatan istirahat nyamuk pada dinding di dalam rumah yaitu pukul 20.00-21.00, 24.00-01.00 dan 03.00-00.00. Puncak
kepadatan istirahat di dinding dalam rumah terjadi pada pukul 19.00-20.00 1,08 ekororangrumah, sedangkan puncak kepadatan istirahat di sekitar kandang sapi pada
pukul 05.00–06.00 0,5 ekorkandang. Effendi 2002 melaporkan di daerah Kokap Kabupaten Kulonprogo puncak kepadatan A. maculatus, A. balabacensis dan A. vagus
Daerah Istimewa Yogyakarta di dinding dalam rumah antara pukul 22.00–24.00, sedangkan A. maculatus dan A. balabacensis di kandang sapi pada pukul 20.00–22.00
dan A. vagus pada pukul 22.00. Pada penelitian ini puncak kepadatan nyamuk yang istirahat di dinding dalam
rumah yang terjadi pada pukul 19.00-20.00. Hal ini merupakan waktu yang sama dengan puncak gigitan dengan umpan orang baik di dalam maupun di luar
rumah. A. letifer tampaknya hinggap terlebih dahulu di dinding dalam rumah sebelum menggigit penghuni rumah sebab pada pengamatan nyamuk yang hinggap di dinding
dalam rumah tidak ditemukan perut nyamuk yang berisi darah bloodfeed.
4.1.3 Pengaruh curah hujan, suhu dan kelembaban terhadap keberadaan nyamuk Anopheles
Data dari Badan Meteorologi dan Geofisika Kalimantan Tengah tahun 2008 menunjukkan curah hujan di Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya selama tiga
bulan Januari-Maret berkisar antara 1,0-97,9 mm, jumlah hari hujan pada bulan Januari, Februari dan Maret masing-masing adalah 20 hari hujan, 14 hari hujan dan 23
hari hujan. Indeks curah hujan selama tiga bulan yaitu bulan Januari 300,39 dan
Februari 76,00 serta Maret 379,87 Tabel 3.
Terdapat hubungan langsung antara hujan dan perkembangan larva nyamuk menjadi bentuk dewasa. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis hujan, jumlah
hari hujan, jenis vektor dan tempat perindukan breeding places. Hujan yang diselingi oleh panas akan memperbesar kemungkinan berkembangbiaknya nyamuk Anopheles
DEPKES 2000. Di Desa Hargotirto Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta kepadatan nyamuk Anopheles berbanding terbalik yaitu curah hujan tinggi
maka kepadatan nyamuk Anopheles menurun, sedangkan curah hujan rendah kepadatan
31 nyamuk Anopheles cenderung tinggi Sukmono 2002. Effendi 2002 menyatakan
44,9 keragaman rata-rata kepadatan nyamuk Anopheles yang tertangkap di daerah Kokap Kabupaten Kulonprogo dipengaruhi oleh keadaan curah hujan, sedangkan
sisanya sebesar 55,1 dipengaruhi oleh faktor lain seperti kelembaban, suhu udara dan kecepatan angin.
Selama penelitian berlangsung Januari-Maret keadaan curah hujan dari awal sampai dengan akhir penelitian sangat fluktuatif. Indeks curah hujan tertinggi terdapat
pada minggu ke lima penangkapan 65,03 dan terendah pada minggu ke enam 7,68 dengan kepadatan rata-rata nyamuk A. letifer tertinggi diperoleh pada minggu ke enam
penangkapan 4,92 ekormalam dan terendah pada minggu ke sembilan penangkapan
0,08 ekormalam Gambar 10.
Pengukuran suhu dan kelembaban lingkungan dilaksanakan tiap jam pada saat penangkapan nyamuk dengan menggunakan alat thermohygrometer. Adanya curah
hujan yang sangat fluktuatif mempengaruhi suhu dan kelembaban yang ada. Selama 12 kali penangkapan nyamuk didapatkan suhu rata-rata tercatat sebesar 23°C–26°C dan
kelembaban rata-rata berkisar 80–87 Gambar 11.
Tabel 3 Jumlah hari hujan, curah hujan dan indeks curah hujan per penangkapan di Kecamatan Bukit Batu bulan Januari-Maret 2008
Jlh Hari
Curah Hujan Indeks
Bulan Minggu
Hari Hujan
mm Curah Hujan
Januari 1 7
6 146,5
33,08 2
7 5
88,6 20,01
3 7
0,0 0,00
4 7
4 92,7
20,93 Februari
5 7
7 260,1
65,03 6
7 3
30,7 7,68
7 7
0,0 0,00
8 7
2 5,2
1,30 Maret 9 7
7 81,4
20,35 10 7
6 137,3 34,33
11 7 4 59,0
14,75 12 7
6 164,7 41,18
Total 84 50 1.066,2 3.198,60
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Kalimantan Tengah
32
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00 5,00
6,00
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
Minggu penangkapan R
a ta
-r a
ta n
y a
m u
k te
rt a
n g
k a
p e
k o
r m
a la
m
10 20
30 40
50 60
70
A. letifer Indeks curah hujan
Gambar 10 Rata-rata nyamuk Anopheles letifer yang tertangkap per minggu penangkapan dan indeks curah hujan di Kecamatan Bukit Batu Palangka
Raya bulan Januari-Maret 2008
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00 5,00
6,00
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
Minggu penangkapan R
a ta
-r a
ta n
y a
m u
k te
r ta
n g
k a
p e
k o
r m
a la
m
0,0 10,0
20,0 30,0
40,0 50,0
60,0 70,0
80,0 90,0
100,0
A. letifer Suhu rata-rata
Kelembaban rata-rata
Gambar 11 Rata-rata nyamuk Anopheles letifer dan suhu serta kelembaban di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari–
Maret 2008
Suhu rata-rata tertinggi adalah pada penangkapan minggu ke delapanMaret 25,5
o
C, sedangkan yang terendah pada penangkapan minggu ke limaFebruari 23,6
o
C. Kelembaban rata-rata tertinggi pada penangkapan minggu ke sebelasMaret
33 87,7, sedangkan yang terendah pada penangkapan minggu ke tujuhMaret 80,3
dengan kepadatan rata-rata nyamuk A. letifer tertinggi diperoleh pada minggu ke enam penangkapan 3,28 ekormalam dan terendah pada minggu ke penangkapan 0,22
ekormalam. Nyamuk adalah binatang berdarah dingin sehingga metabolisme dan siklus hidupnya tergantung pada suhu dan kelembaban lingkungan. Nyamuk dapat
bertahan dalam suhu rendah, tetapi prosesnya metabolismenya menurun atau bahkan terhenti bila suhu turun sampai batas kritis. Tingkat kelembaban 63
merupakan angka paling rendah untuk memungkinkan adanya penularan malaria di Punjab, India DEPKES 2000.
4.1.4 Larva Anopheles