Ga mbar
3. 1
L oka
si p
ene li
ti an
S umber
: S
ya rti
nil ia
2010
12
Gambar 3.2 Peta elevasi di Jawa Barat Sumber : ASTER GDEM
Ga mbar
3. 3
P eta
Ke mi
ringan slope
di J
awa B
ar at
S umber
: AST
E R
GD E
M
G ambar
3. 4
Da ta
Satelli te
- T
rac king
S M
A di
Ja wa
B ar
at S
umbe r
: AR
GO S
G ambar
3 .5
Da ta
cor e
- edge
habi tat
S M
A di
J awa
B ar
at S
umbe r
: S
ya rti
ni li
a 2010
3.3 Metodologi Penelitian
Metodologi utama yang digunakan dalam penelitian adalah menggabungkan data satellite tracking presence dan pseudo absence dengan variabel lingkungan.
Analisis dilakukan dalam dua tahap yang berbeda. Tahap pertama untuk pembuatan model distribusi habitat musim dingin dan ekstrapolasi se-Jawa Barat.
Tahap kedua adalah analisis vegetasi di kawasan core dan edge habitat di Talaga Bodas. Pada tahap pertama dilakukan berbagai kegiatan antara lain pembuatan
peta penutupan lahan, data presence dan pseudo-absence, peta variabel lingkungan, model regresi logistik, validasi model dan ekstrapolasi model. Tahap
kedua dilakukan perhitungan Indeks Nilai Penting INP dan tingkat keanekaragaman vegetasi pada fase pohon, tiang, pancang dan semai di core dan
edge habitat di Talaga Bodas. Setelah itu, barulah disusun implikasi pengelolaan habitat musim dingin SMA di Jawa Barat sesuai hasil penelitian. Bagan alir studi
ini disajikan pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Bagan alir studi 3.3.1 Penutupan Lahan
Salah satu data yang diperlukan dalam pembuatan model adalah penutupan lahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis klasifikasi citra landsat untuk
pembuatan peta penutupan lahan. Pada tahap ini dilakukan beberapa tahap yaitu
pengambilan titik tujuh kelas penutupan lahan, pengamatan secara langsung di lokasi penelitian dan melakukan dokumentasi keadaan tapak. Data satelit citra
yang digunakan pada penelitian ini adalah citra ALOS AVNIR229 Oktober 2009 dengan resolusi 10 m x 10 m dan citra LANDSAT
pathrow: 12106513 Oktober 2009 dan pathrow: 122065Agustus 2009 dengan resolusi 30 m x 30
m. Sebelum diinterpretasi, dilakukan pra-proses pada citra atau proses koreksi geometrik WGS 1984 UTM Zone 48S.
Menurut Ariyanty 2011, klasifikasi citra dihasilkan dari Supervised Classification dengan menggunakan metode Maximum Likelihood yang
menggunakan area latihan training area yang diperoleh dari hasil ground check. Penutupan lahan yang diperoleh kemudian diuji akurasinya menggunakan
accuracy assesment dari software ERDAS Imagine 9.1. Tingkat akurasi yang bisa dipercaya adalah minimal 75 untuk akurasi keseluruhan Ariyanty 2011.
Klasifikasi ini dilakukan dengan menggunaan arahan analisis supervised.
Kriteria pengelompokkan kelas ditetapkan berdasarkan penciri kelas yang diperoleh dari pembuatan training area. Pada penelitian ini, metode yang
digunakan adalah Metode Peluang Maksimum Maximum Likelihood Classifier. Metode ini merupakan metode yang paling umum digunakan dan merupakan
metode standar. Metode ini mempertimbangkan peluang dari suatu piksel untuk dikelaskan ke dalam kelas atau kategori tertentu. Dapat dihitung dengan
menghitung persentase tutupan pada citra yang akan diklasifikasi.
Training area diperlukan dalam setiap kelas yang dibuat dan harus bisa melihat secara jelas perbedaan yang tampak pada citra. Masing-masing training
area mewakili satu kelas atau kategori penutupan lahan. Sebelum dilakukan training area, ditetapkan batasan mengenai kelas yang akan diklasifikasikan.
Training area tidak hanya digunakan untuk proses klasifikasi, tetapi juga digunakan untuk proses akurasi hasil klasifikasi Ariyanty 2011. Perbandingan
bobot training area sebagai sampel untuk proses klasifikasi dan akurasi adalah 75 : 25 dari total training area yang dibuat. Adapun kelas penutupan lahan
yang terdapat di wilayah Telaga BODAS dibagi menjadi tujuh kelas Gambar 3.7 dan Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kelas penutupan lahan dan deskripsinya
No Kelas Penutupan
Lahan Deskripsi
1 Badan Air
Seluruh kawasan dengan kenampakkan perairan, termasuk sungai, danau dan waduk.
2 Sawah
Seluruh kawasan berupa pertanian lahan yang ditanami padi. 3
Permukiman Seluruh kawasan pemukiman padat perumahan atau bangunan
lainnya. 4
SemakBelukar Seluruh kawasan yang terdiri dari campuran antara vegetasi
tinggi dan vegetasi rendah yang tumbuh secara liar dan belum termanfaatkan.
5 KebunPerkebunan
Seluruh kawasan kenampakkan kebun dengan jenis vegetasi teh. 6
Lahan Kering Seluruh kawasan berupa pertanian lahan kering yang ditanami
non-padi seperti singkong, umbi-umbian, jagung, sayuran. 7
Hutan Seluruh hamparan baik kering maupun basah yang didominasi
oleh pohon.
Sumber : Ariyanty 2011
Gambar 3.7 Penutupan lahan di Talaga Bodas sebagai core dan edge habitat SMA Sumber : Data Lapang
Hasil penutupan lahan ALOS AVNIR2 yang didapat untuk pembuatan model habitat musim dingin bagi SMA dapat dilihat pada Gambar 3.8. Nilai
akurasi umum hasil klasifikasi terbimbing dalam peta penutupan lahan tahun 2009 ini adalah sebesar 88,60, sedangkan akurasi kappa yang diperoleh sebesar
85,62. Akurasi ini dapat diterima karena sesuai dengan tingkat akurasi yang bisa dipercaya, yaitu minimal 75 untuk akurasi keseluruhan menurut Syartinilia,
2004.
Berdasarkan peta penutupan lahan yang dibuat, dapat diketahui bahwa penutupan lahan yang terluas adalah sawah yaitu sebesar 219.374 Ha atau sekitar
46,01 dari total luasan. Sedangkan luasan yang paling kecil adalah badan air dengan 230 ha serta semak belukar dengan luas sekitar 9.441,31 ha 1,99.
Gambaran lebih jelas mengenai luasan masing-masing kelas pada peta penutupan lahan disajikan pada Tabel 3.3. Sedangkan peta hasil penutupan lahan yang akan
digunakan dalam ekstrapolasi terdapat pada Gambar 3.9.