3.3.4 Uji Kelayakan Model
Uji kelayakan
model menilai
bagaimana sebuah
model dapat
menggambarkan variabel terikat. Penilaian kelayakan model berkaitan dengan penelusuran seberapa dekat nilai prediksi dari sebuah model terhadap nilai
pengamatan. Untuk melakukan uji kelayakan model, maka digunakan uji Hosmer- Lemeshow 0,05 model dinyatakan layak. Uji ini cocok untuk model yang
terdiri dari beberapa variabel bebas baik yang bernilai kontinu atau kategorik Hosmer et al. 1997.
Koefisien determinasi ditentukan dengan menggunakan model Nagelkerke R
2
yang analog dengan R2 pada metode kuadrat terkecil untuk fungsi regresi linear berganda Piorecky dan Prescott 2006. Nagelkerke R
2
menunjukkan seberapa penting variabel bebas dalam memprediksi variabel terikat.
3.3.5 Validasi Model
Validasi model berguna untuk menujukkan apakah model dapat diektrapolasi di kawasan lain atau tidak. Validasi model dilakukan di lokasi yang
sama dengan lokasi pengambilan cara untuk membangun model. Teknis pelaksanannya adalah 30 data pengamatan atau 118 titik yang digunakan
sebagai data untuk menyusun model kesesuaian habitat, sedangkan sisanya yakni 70 atau 500 titik digunakan untuk keperluan validasi model. Validasi model
ditentukan berdasarkan dua kesalahan error. Terdapat dua kesalahan error yang dijumpai dalam tahap validasi model baku pertama comission error, dimana
model memprediksi suatu lokasi atau bisa disdefinisikan sebagai kesalahan karena mendeteksi kawasan yang tidak ditemukan adanya SMA Syartinilia et al. 2013
dan kedua, ommision error, dimana model memprediksi suatu lokasi sebagai habitat yang sesuai namun tidak pernah dilaporkan adanya burung Sikep Madu
Asia pada lokasi tersebut atau didefiniskan sebagai kesalahan karena gagal untuk memprediksi terjadinya spesies yang benar-benar hadir Syartinilia et al. 2013.
3.3.6 Analisis Vegetasi
Menurut Indriyanto 2006, analisis vegetasi merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi.
Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies
tumbuhan yang menempati suatu habitat. Untuk melihat gambaran habitat yang dilakukan SMA dengan cara menganalisis vegetasi menggunakan lima petak
contoh berukuran 20 m x 20 m yang ditempatkan secara acak pada masing-masing habitat yaitu di Core Habitat dan Edge Habitat.
Parameter yang diamati terdiri dari diameter batang, tinggi pohon serta jumlah individu dan jenis pohon. Pengukuran diameter batang Dbh dilakukan
pada ketinggian 1,3 meter atau 20 cm di atas akar papan jika akar papan lebih tinggi dari 1,3 meter Loetch et al. 1973. Menurut Husch et al.2003, diameter
merupakan salah satu peubah pohon yang mempunyai arti penting dalam pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan pengelolaan. Rekaman
hasil pengukuran dicatat dalam tally sheet yang telah disiapkan dimulai dari fase pohon, tiang, pancang hingga fase semai.
Berdasarkan stratifikasi penggunaan ruang pada profil hutan maupun penyebaran secara horizontal pada berbagai tipe habitat, menunjukkan adanya
kaitan yang erat antara raptor dengan lingkungan hidupnya terutama dalam pola adaptasi dan strategi untuk memperoleh sumber pakan Peterson 1980.
Penjelasan tentang masing-masing struktur vegetasi adalah sebagai berikut:
a. Pohon Tumbuhan dengan diameter lebih dari 20 cm. Ukuran petak kuadran untuk
pengukuran pohon adalah 20 x 20 meter. b. Tiang
Tumbuhan dengan diameter antara 10 - 20 cm. Pengukuran dilakukan pada petak subkuadran berukuran 10 x 10 meter.
c. Pancang Pancang adalah regenerasi pohon dengan ukuran lebih tinggi dari 1,5 meter
serta diameter batang kurang dari 10 cm. Ukuran petak pengamatan yang digunakan untuk pengukuran pancang ini adalah 5x5 meter.
d. Semai atau anakan Anakan pohon adalah regenerasi awal dari pohon dengan ukuran ketinggian
kurang dari 1,5 meter. Ukuran petak yang digunakan untuk pengukuran anakan adalah 2x2 meter. Contoh petak pengamatan yang menggunakan
metode Jalur Berpetak pada Gambar 3.10. Sedangkan pada Gambar 3.11 merupakan letak titik petak pengamatan untuk analisis vegetasi yang
dilakukan.
e. Semak dan tumbuhan bawah Tumbuhan bawah adalah semua tumbuhan yang hidup di lantai hutan
kecuali regenerasi pohon anakan dan pancang. Beberapa tumbuhan bawah diantaranya adalah: 1 keluarga palma. jika tingkatan pohon dewasanya
lebih tinggi dari 1,5 meter; 2 pandan. tidak ada kategori untuk jenis tumbuhan bawah ini: 3 pakupakuan: dan 4 semak atau herba lainnya.
Ukuran petak yang digunakan untuk pengukuran anakan adalah 2x2 meter
Gambar 3.10 Contoh petak pengamatan yang menggunakan metode Jalur Berpetak
Menurut Orians 1969, faktor lain yang menentukan keanekaragaman jenis raptor pada suatu habitat adalah kerapatan kanopi. Habitat yang mempunyai
kanopi yang relatif terbuka akan digunakan oleh banyak jenis raptor untuk melakukan aktivitasnya, dibandingkan dengan habitat yang rapat dan tertutup.
Penyebaran vertikal pada jenis-jenis raptor dapat dilihat dari stratifikasi ruang pada profil hutan. Untuk itu, perlu pengamatan mengenai struktur vertikal dan
horizontal tanaman dengan menggunakan plot berukuran 10 x 40 m. Plot akan digambar dalam bentuk profil vertikal dan horizontal Lampiran 1. Profil Vertikal
dibuat dalam bentuk tampak samping dengan memasukkan data posisi pohon dan tiang pada sumbu X, tinggi total, tinggi bebas cabang dan diameter tajuk.
Sedangkan profil Horizontal akan dibuat dalam bentuk tampak atas dengan menggunakan data koordinat X,Y pohon dan tiang dan diameter tajuk.
Gambar 3.11 Letak titik petak pengamatan untuk analisis vegetasi di core dan edge habitat
g Indeks Nilai Penting INP Indeks nilai penting importance value index adalah parameter kuantitatif
yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominasi tingkat penguasaan spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan Soegianto, 1994. Spesies-
spesies yang dominan yang berkuasa dalam suatu komunitas tumbuhan akan memiliki indeks nilai penting yang tinggi, sehingga spesies yang paling dominan
tentu saja memiliki indeks nilai penting yang paling besar.
Menurut Curtis dan Mc.Intosh 1950 dalam Gopal dan Bhardwaj, 1979 telah mengusulkan sebuah indeks yang disebut indeks nilai penting INP sebagai
jumlah dari kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan luas penutupan relatif. Dengan demikian, indeks nilai penting INP dan indeks nilai penting untuk spesies ke-i
INP-i dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :
INP = KR + FR + CR INP-i = KR-i + FR-i + CR-i
Keterangan : INP : Indeks Nilai Penting
INP-i : Indeks Nilai Penting untuk Spesies ke-i KR : Kerapatan Relatif
KR-i : Kerapatan Rekatif untuk Spesies ke-i FR : Frekuensi Relatif
FR-i : Frekuensi Relatif untuk Spesies ke-i CR : Luas Penutupan Relatif CR-i : Luas Penutupan Relatif untuk Spesies ke-i