Model Distribusi Habitat Musim Dingin SMA

Gambar 4.1 Model habitat musim dingin SMA di Talaga Bodas Gambar 4.2 Model validasi habitat musim dingin SMA di Talaga Bodas Tabel 4.3 Patch model habitat musim dingin SMA di Talaga Bodas Lokasi Status Tipe Ancaman Nomer Patch Area km² Edge km Gunung Talaga Bodas Gunung Burangrang Gunung Tangkuban Perahu Bukit Tunggul Gunung Masigit-Kareumbi Gunung Sawal,Ciamis CATR CA CATR CAHL AP SM A1,A2,A3,B,C A1,A2,B A1,A2,A3 A1,A2,B A1,A2,A3,B A1,A2,B 1 6605 639 Sumber : Setiadi et al., analisis dan survey lapang Keterangan : CA Cagar Alam; TR Taman Rekreasi; AP Area Perburuan; HL Hutan Lindung; SM Suaka Margasatwa; A1 Perdagangan ilegal bahan bakar kayu, material, arang; A2 Konversi Lahan Pertanian, Perkebunan; A3 Pengembangan Fasilitas Tenaga Listrik Panas Bumi, Pariwisata; B Perdagangan; C Bencana Alam Letusan Gunung, Kebakaran, Tanah Longsor Selama migrasi, sebagian besar raptor bergerak meluncur dengan menggunakan angin termal untuk menghemat energi Panuccio 2011. Bildstein 2006 menyebutkan bahwa angin termal dipengaruhi oleh variasi permukaan medan dan radiasi matahari. Hal ini menjelaskan mengapa slope dan elevasi menjadi variabel yang berpengaruh bagi habitat musim dingin SMA. Bentukan lereng yang beragam di core habitat akan memberikan angin termal yang diperlukan untuk SMA ketika terbang atau soaring. Menurut Cooper dan Alley 1994, raptor mengurangi energi yang digunakannya dengan memanfaatkan angin thermal. Raptor membubung dengan meningkatkan aliran udara pada sayap-sayapnya dan tetap tertahan dalam aliran udara yang cukup kuat. Udara yang berhembus ke atas merupakan nilai tambah bagi raptor. Memanfaatkan aliran udara untuk menghemat energi terbang disebut membubung. Membubung memiliki dua keuntungan utama. Pertama, membubung menghemat energi yang dibutuhkan di udara ketika mencari makanan atau ketika mempertahankan tempat buruan. Kedua, membubung memungkinkan raptor untuk meningkatkan jarak tempuh penerbangannya. Begitupun dengan Sikep Madu Asia. Oleh karena itu, dari hasil analisis regresi logistik dengan metode Forward Stepwise LR diketahui bahwa model Habitat Musim Dingin pada SMA juga dipengaruhi oleh angin thermal yang dihasilkan karena bentukan pada alam, yakni pengaruhnya pada jarak terdekat dengan jarak terdekat dengan slope 25-40 JTK5, elevasi 0-300 m JTE1, jarak terdekat dengan elevasi 300-500 m JTE2, dan jarak terdekat dengan elevasi diatas 1000 m JTE5. Tidak hanya slope dan elevasi, habitat musim dingin bagi SMA juga dipengaruhi oleh jarak terdekat dengan hutan JTHT. Hal ini sejalan dengan pernyataan Petit 2000, Moore dan Aborn 2000 yang menyatakan bahwa habitat raptor migran dipengaruhi oleh kelimpahan makanan lokal dan adanya pesaing. Ini bisa berkaitan dengan ketersediaan pangan di hutan Talaga Bodas. Oleh karena itu, mencari tempat dengan kelimpahan makanan cenderung menjadi habitat musim dingin SMA. Dari penelitian Yamaguchi et al. 2008 juga diketahui bahwa pemilihan habitat musim dingin SMA akan tergantung pada preferensi habitat lebah, terutama lokasi pohon dengan koloni sarang lebah sebagai sumber pakannya. Dalam penelitiannya diketahui bahwa koloni lebah dan tawon sebagian besar membangun sarang di hutan dan makan di sekitar lahan pertaniansawah. Hal ini mendukung hasil analisis yang menunjukkan bahwa jarak terdekat dengan sawah JTSH adalah salah satu variabel pembentuk habitat musim dingin bagi SMA. Setelah dilakukan ground check, ternyata diketahui bahwa hutan di kawasan Talaga Bodas merupakan daerah penghasil madu. Madu-madu tersebut berasal dari bunga kaliandra, pohon kelapa, varian aren, pinang, kapuk randu, kelengkeng, rambutan, karet, kaliandra, multifolra, mangga, kopi, mahoni dan sonokeling yang berada didalam hutan Talaga Bodas. Dimana madu tersebut dimakan oleh lebah dan larvanya merupakan santapan dari Sikep Madu Asia. Berikut ini adalah gambaran mengenai keadaan alam di Talaga Bodas. Gambar 4.3 Kondisi sawah di Talaga Bodas Gambar 4.4 Hutan Pinus di Talaga Bodas Gambar 4.5 Kaliandra Gunung yang banyak ditemukan di Talaga Bodas Gambar 4.6 Kontur daerah perbukitan di Talaga Bodas Habitat musim dingin di Talaga Bodas memiliki kondisi lanskap yang menggabungkan antara sawah atau lahan pertanian dan hutan yang disebut Satoyama. Satoyama umumnya ditemukan dalam pemandangan alam di daerah pedesaan di Jepang dan Indonesia. Mengingat habitat asli dan berkembang biak bagi Sikep Madu Asia adalah distrik Shiojiri-shi, Nagano, Jepang. Satoyama merupakan kawasan yang dikenal sebagai habitat yang cocok bagi berbagai jenis burung karena kelimpahan makanan di daerah tersebut. Gambar 4.7 Kondisi lanskap di Talaga Bodas Gambar 4.8 Pemandangan di Talaga Bodas Gambar 4.9 Kondisi Satoyama di Talaga Bodas

4.2 Ekstrapolasi Model di Jawa Barat

Adapun ekstrapolasi model habitat musim dingin SMA di Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 4.11. Dari peta ini, diketahui bahwa model ektrapolasi mendeteksi 24 patch yang tersebar di wilayah Jawa Barat Tabel 4.4. Patch-patch tersebut terdiri dari area-area yang dilindungi dan memiliki status yang penting, diantaranya adalah Cagar Alam CA, Taman Rekreasi TR, Area Perburuan AP, Hutan Lindung HL dan Suaka Margasatwa SM. Dari hasil suvei dan studi pustaka, ke-24 patch juga memiliki ancaman yang dapat merusak kawasan yang dilindungi tersebut, diantaranya adalah perdagangan ilegal bahan bakar kayu, material, arang A1, konversi lahan pertanian, perkebunan A2, pengembangan fasilitas tenaga listrik panas bumi, pariwisata A3, perdagangan B, bencana alam letusan gunung, kebakaran, tanah longsor C. Hasil dari ektrapolasi model mendeteksi 24 patch yang tersebar di wilayah Jawa Barat. Patch adalah area permukaan yang memiliki perbedaan tampilan terhadap lingkungan di sekitarnya Forman dan Gordon 1986. Patch-patch ini merupakan area yang diduga menjadi daerah dimana SMA tinggal untuk menghindari musim dingin yang keras pada habitat berkembang biak sehingga dapat terus bertahan hidup. Pada Tabel 4.5 terlihat status dan ancaman yang terdapat pada patch-patch yang merupakan habitat musim dingin bagi SMA di Jawa Barat. Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengertian status perlindungan dan foto lokasi kawasan yang diduga menjadi daerah dimana SMA tinggal untuk menghindari musim dingin. Gambar 4.10 Grafik ekstrapolasi model di Jawa Barat Dari grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa comission error eror yang tidak dapat dihindari untuk terjadi sebesar 25 6 patch tersurvey sebesar 9.727 km2 75 sedangkan 18 patch belum terdata sebesar 3.242 km2 25. Sementara itu ommision error pada model ekstrapolasi ini sebesar 0. Karena semua daerah yang pernah tersurvey oleh RAIN termasuk kedalam daftar wilayah ekstrapolasi model. 1 Gambar 4.11 Ektraplosi model habitat musim dingin SMA di Jawa Barat Tabel 4.4 Patch habitat dari ekstrapolasi model di Jawa Barat Lokasi Status Tipe Ancaman Nomer Patch Record Data Area km² Edge km Puncak, Kabupaten Bogor Gunung Salak TNGP Telaga Warna Bandung Caringin, Kab Bogor Sukamakmur, Kab Bogor Sukabumi Taman Bunga Nusantara CA, TR CA,TR CA,HL,TR CA,HL,TR TR TR TR TR TR A1,A2,A3,B A1,A3,C A1,A3,C A1,A3,C A1,A2,A3,B A1,A2,A3,B A1,A2,A3,B A1,A2,A3,B A1,A2,A3,B 1 1245 - - - - 4 4 122 - 2.667 1502 Bandung TR A1,A2,A3,B 2 - 550 811 Gunung Masigit- Kareumbi Jatinangor, Bandung- Sumedang AP TR A1,A3,C A1,A2,A3,B 3 - 20 60 90 Paseh, Sumedang TR A1,A2,A3,B 4 - 63 80 Kota Bandung TR A1,A2,A3,B 5 2 38 50 Cibeber, Cianjur TR A1,A2,A3,B 6 - 39 60 Gunung Tilu Gunung Malabar Situ Patengan Gunung Patuha Cimanggu Gunung Puntang Kamojang Gunung Guntur Gunung Simpang CA HLCA CAHL HL TR HL CA HLCA CA A1,A2,B A1,A2,B,C A3,B A1,A2,A3,B,C A1 A1,A2,A3,B,C A1,A2,A3,B A1,A2,B,C A1,A2,B 7 - - - - - - - - - 1.750 982 Gunung Papandayan Gunung Cikurai CA HL A1,A2,A3,B A1,A2,B - - Ciparay, Bandung Solokan Jaya, Bandung TR TR A1,A2,A3,B A1,A2,A3,B 8 21 30 45 60 Campaka, Cianjur TR A1,A2,A3,B 9 - 36 50 Leles, Garut TR A1,A2,A3,B 10 - 34 70 Campaka Mulya, Cianjur TR A1,A2,A3,B 11 - 71 115 Curugkembar, Sukabumi TR A1,A2,A3,B 12 - 26 40 Rancabali, Bandung TR A1,A2,A3,B 13 - 71 130 Pangalengan, Bandung CA, TR A1,A3,C 14 61 312 430 Cihurip, Garut TR A1,A2,A3,B 15 - 33 70 Cilawu, Garut TR A1,A2,A3,B 16 - 62 143 Cisaat, Sukabumi TR A1,A2,A3,B 17 - 26 30 Gunung Talaga Bodas Gunung Burangrang Gunung Tangkuban Perahu Bukit Tunggul Gunung Masigit- Kareumbi Gunung Sawal,Ciamis CATR CA CATR CAHL AP SM A1,A2,A3,B,C A1,A2,B A1,A2,A3 A1,A2,B A1,A2,A3,B A1,A2,B 18 - 6605 639 Gunung Subang, Kuningan Dayeuluhur, Cilacap CATR TR A1,A2,B A3,B 19 - 333 95 Karang Pucung, Cilacap TR A3,B 20 - 17 20 Purwadadi, Ciamis Lakbok, Ciamis TR TR A3,B,C A3,B,C 21 - 111 54