Ekstrapolasi Model Metodologi Penelitian

8 JTK2, jarak terdekat dengan slope 8-15 JTK3, jarak terdekat dengan slope 15-25 JTK4 dan jarak terdekat dengan slope diatas 40 JTK6. Berikut adalah tabel hasil uji T-test untuk 18 variabel lingkungan. Hasil analisis regresi logistik juga menunjukan bahwa dari 18 variabel lingkungan, hanya 7 variabel yang terdeteksi sebagai variabel penting bagi karakteristik distribusi habitat musim dingin SMA. Hasil analisis regresi logistik terhadap 18 variable pada taraf nyata α = 5 dengan metode Forward Stepwise yaitu sebagai berikut : Dilihat dari hasil regresi logistik dengan metode Forward Stepwise LR, diketahui bahwa model habitat musim dingin SMA dipengaruhi oleh variabel jarak terdekat dari kemiringan 25-40 JTK5, jarak terdekat dari elevasi 0-300 m JTE1, jarak terdekat dari elevasi 300-500 m JTE2, jarak terdekat dari elevasi 1000 m JTE5, jarak terdekat dari hutan JTHT, jarak terdekat dari sawah JTSH dan jarak terdekat dari badan air JTBA. Model dapat diterima karena memiliki tingkat akurasi yang tinggi, baik untuk akurasi Hosmer- Lemeshow 86,2 dan Nagelkerke R² 94. Berikut merupakan hasil koefisien, p-value, akurasi Hosmer-Lemeshow dan Nagelkerke R² dengan metode Forward Stepwise LR yang dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 T-test, akurasi Hosmer-Lemeshow dan Nagelkerke R² dengan metode Forward Stepwise LR Variabel Coeffi p-value sig Hosmer Lemeshow Nagelkerke R 2 Slope 25-40 JTK5 3,366 0,000 86,2 94 Elevasi 0-300 m JTE1 4,304 0,000 Elevasi 300-500 m JTE2 -5,752 0,000 Elevasi 1000 m JTE5 -2,811 0,002 Hutan JTHT -2,467 0,013 Sawah JTSH -0,914 0,011 Badan Air JTBA 1,259 0,034 Konstanta -1,610 0,001 Sebelum model regresi logistik diektrapolasi di Jawa Barat, telah dilakukan validasi terlebih dahulu. Hasil validasi menunjukan bahwa model ini memiliki commision error dan omission error sebesar 20,34. Gambar 4.1 dan Tabel 4.3 menunjukan model habitat musim dingin SMA di Talaga Bodas beserta patch habitatnya. Sedangkan gambar 4.2 menunjukan model validasi habitat musim dingin SMA. Karakteristik core habitat dan edge habitat dipengaruhi oleh ketujuh variabel lingkungan, diantaranya adalah kemiringan dan elevasi. Kemiringan dan elevasi adalah ciri fisik berupa topografi wilayahbentukan lahan Syartinilia et al, 2013. Kombinasi kedua fitur ini beserta pengaruh cuaca akan menghasilkan angin termal ARRCN 2012. Angin termal yaitu angin yang bergerak karena panas cuaca dari matahari, sehingga udara akan naik dan menimbulkan angin yang mengarah ke atas.     JTBA . JTSH . JTHT . JTE . JTE . JTE . JTK . . i P 259 1 914 467 2 5 811 2 2 752 5 1 304 4 5 366 3 610 1 exp 1 1          