Ruang Lingkup Penelitian Modeling wintering habitat distribution of migratory raptor “Oriental Honey-buzzards” based on satellite tracking data in West Java.

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemodelan Spasial Kesesuaian Habitat

Model diartikan sebagai abstraksi atau penyederhanaan dari sistem yang sebenarnya Darsihardjo 2004. Model juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau proses Muhammad et al. 2001. Semakin sederhana dan mewakili kenyataan, maka model tersebut semakin baik. Bentuknya dapat berupa model fisik maket, bentuk prototipe, model citra gambar, komputerisasi, grafis, atau rumusan matematis. Untuk setiap model keputusan berisi variabel-variabel keputusan. Solusi model merupakan nilai numerik Muhammad et al. 2001. Dalam konteks model keputusan kuantitatif, keputusan-keputusan diwakili oleh bilangan-bilangan keputusan berdasarkan atas evaluasi dari data numerik. Menurut Muhammad et al. 2001 model kuantitatif mendasarkan pada data numerik. Sifat model terdiri dari deterministik data sudah diketahui secara pasti tingkat kevalidannya dan probabilistik sejumlah data masih tidak pasti kevalidannya. Permodelan model merupakan penyederhanaan bentuk nyata. Sedangkan lanskap merupakan bentang alam yang ada di permukaan bumi. Pemodelan Arsitektur lanskap adalah bagaimana membangun model yang dapat menerangkan hubungan antar parametervariabel dalam lanskap dan dengan simulasi yang dibuat dapat menciptakan lanskap yang ideal harmonis, serasi, indah, dan nyaman Hadi 2012. Permodelan kesesuaian habitat satwa liar merupakan suatu analisis hubungan kompleks antara beberapa variasi faktor lingkungan yang tersedia, yang merupakan kabutuhan hidup dari satwa liar dalam bentuk geografis Coop dan Catling 2002. Model kesesuaian habitat diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan tentang pengelolaan, menjelaskan manfaat relatif teknik-teknik mitigasi, evaluasi metode restorasi, dan membantu dalam evaluasi dampak habitat Korman et al. 1994.

2.2 Habitat Burung Migrasi

Selama migrasi, burung pemangsa memiliki habitat-habitat yang umumnya digunakan untuk tiga tujuan, yaitu reproduksi breeding site, persinggahan stop- over, dan tinggal sementara pada masa musim dingin wintering site. Tempat reproduksi ialah tempat yang digunakan oleh suatu spesies untuk melakukan proses reproduksi. Stopover didefinisikan sebagai tempat burung yang bermigrasi berhenti sementara untuk beberapa waktu tertentu pada rute migrasi. Selama pemberhentian sementara, burung menggunakan habitat untuk beristirahat, berkumpul dan mencari makan. Lokasi stopover ialah lokasi yang menjadi rute migrasi dan tempat singgah sementara bagi burung pemangsa selama sekitar satu minggu atau lebih. Aktivitas persinggahan ini seringkali digunakan untuk antisipasi terhadap migrasi yang melewati habitat yang tidak terlalu baik Bildstein 2006. Selain itu, umumnya burung pemangsa berpindah dan menetap selama periode tertentu selama lokasi asalnya yang mengalami musim dingin. Oleh karena itu, burung pemangsa bermigrasi menuju lokasi yang lebih hangat. Lokasi yang lebih hangat ini disebut sebagai habitat musim dingin. Habitat musim dingin wintering site didefinisikan sebagai area dimana SMA tinggal di dalam area yang kurang dari diameter 30 km dalam kurun waktu 24 jam Higuchi dan Pierre 2005.

2.3 Core Habitat dan Edge Habitat

Habitat adalah kawasan yang terdiri dari berbagai komponen, baik fisik maupun biotik, yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang biaknya satwa liar Alikodra 1990. Satwa liar menempati habitat sesuai dengan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung kehidupannya Alikodra1990. Habitat inti core habitat atau interior ialah habitat yang memiliki tingkat isolasi yang tinggi dari gangguan seperti bising, angin, radiasi surya, dan peningkatan predator Tietje 2000. Habitat pinggir edge habitat adalah tempat yang terdiri dari sekumpulan tumbuhan bertemu dengan daerah suksesi atau sekumpulan tumbuhan lain. Area ini dipengaruhi oleh transisi antara komunitas yang disebut sebagai ecotone. Area ini umumnya lebih kaya satwaliar dibanding area sekitarnya. Edge habitat memiliki karakteristik yang mempengaruhi ukuran dari edge habitat dan tingkat kekayaan habitat tersebut Thomas 1979. Edge habitat merupakan bagian terluar dari suatu inti patch yang memiliki nilai lingkungan berbeda dengan bagian inti. Luasan area ini dapat berukuran kecil sampai ratusan meter bergantung pada faktor lingkungan Tietje 2000. Core habitat merupakan area yang memiliki tingkat perlindungan yang cukup tinggi. Core habitat umumnya dikelilingi oleh edge habitat. Fungsi dari edge habitat ini di antaranya sebagai penyangga yang dapat menjamin aktivitas penggunaan lahan yang tidak mengancam integritas dari fungsi core habitat. Edge habitat ini juga berfungsi untuk menciptakan koridor satwa liar dan konektivitas diantara kedua core habitat. Area yang dikelilingi oleh kawasan lahan basah wetlands dan sungai memiliki fungsi lebih dari sekedar area untuk melindungi sumber daya akuatik, tetapi area ini dapat disebut sebagai core habitat untuk spesies tertentu. Area ini dapat dijadikan sebagai kriteria baru untuk mengevaluasi, melindungi dan mengelola area kritis. Habitat ini penting untuk menyelamatkan jumlah spesies dan melestarikan keanekaragaman biologis Semlitsch and Jensen 2001. Zona penyangga edge habitat mendapat perhatian yang lebih besar dari para ahli konservasi dan peneliti dikarenakan nilainya dalam melindungi sumber akuatik. Keberadaan zona penyangga edge habitat harus berada di sekitar area daratan yang menjadi core habitat. Edge habitat ini diperlukan untuk melindungi habitat daratan dan akuatik dari pemanfaatan tata guna lahan yang bisa merusak area tersebut. Ketika core habitat menopang populasi agar dapat hidup, edge habitat berfungsi untuk melindungi sumber daya air Semlitsch dan Jensen 2001.

2.4 Sikep Madu Asia Pernis ptilorhyncus

Sikep Madu Asia memiliki nama ilmiah Pernis ptilorhynchus orientalis atau Pernis orientalis untuk jenis ras oriental atau pengembara migrasi. Jenis ini masuk dalam subphyllum Vertebrata dan kelas Aves. Sementara dalam pembagian Ordo, dimasukkan kedalam golongan Falconiformes yaitu keluarga Elang dengan Familly Accipitridae dan Genus Pernis. Seperti makhluk lainnya, Sikep Madu Asia SMA memiliki perbedaan fisik untuk golongan jantan dan betina. Sikep Madu Asia Pernis ptilorhynchus atau sering dikenal dengan istilah Oriental Honey Buzzards adalah burung pemangsa yang hidup di kawasan hutan, kawasan lahan yang terolah, dan semi-gurun Ferguson and Christie 2005. Burung ini berukuran sedang antara 45 cm-50cm. Warna sangat bervariasi dalam bentuk, terang, normal, dari dua ras yang berbeda. Masing-masing ,meniru elang yang berbeda dalam pola warna bulu. Terdapat garis-garis pada ekor yang tidak teratur. Semua bentuk memiliki tenggorokan berbercak pucat kontras, dibatasi oleh garis tebal hitam. Ciri khas ketika terbang, kepala relatif kecil menyempit, leher agak panjang, sayap panjang menyempit, ekor berpola. Pada saat soaring ekor cenderung mengembang. Iris jingga, paruh abu-abu, beberapa perjumpaan memiliki sera kuning, bulu berbentuk sisik Ornithological Society of Japan 2000. Sikep Madu Asia SMA berkembang biak di bagian Selatan Siberia, Utara Mongolia, Timur Laut Cina, Korea dan Jepang yang kemudian bermigrasi ke arah Selatan pada musim dingin Ornithological Society of Japan 2000. SMA ini merupakan salah satu dari burung pemangsa yang bermigrasi yang menghabiskan waktu musim dingin di Asia Tenggara yang dijadikan sebagai habitat musim dingin. SMA terdistribusi ke Filipina, Malaysia, Indonesia, dan Timor Leste. Ornithological Society of Japan 2000. Semua SMA yang bermigrasi ke Asia Tenggara akan bergerak menuju semenanjung Malaysia, tetapi arah dan titik pangkalan berbeda antar individu. Setelah mencapai Sumatera, tujuh burung mengubah arah pergerakan ke arah timur laut: satu individu tiba di Pulau Mindanau dan enam individu mengakhiri migrasi untuk menetap selama musim dingin di Pulau Kalimantan Yamaguchi et al. 2008. Setiap tahunnya, SMA melakukan dua tipe migrasi, yaitu migrasi musim gugur autumn migration dan migrasi musim semi spring migration. Migrasi musim gugur yang dilakukan oleh individu SMA dilakukan pada bulan September dari breeding habitat di Jepang kemudian sampai di habitat musim dingin di kawasan Asia Tenggara sekitar bulan Desember Argos 2003. Migrasi musim semi dilakukan pada akhir bulan Februari dari habitat musim dingin. Individu SMA kembali ke habitat asalnya sekitar bulan Mei Higuchi et al. 2005. Alasan adanya perbedaan rute migrasi di antara dua spesies SMA belum diketahui.

2.5 Pola Habitat Raptor

Elang merupakan satwaliar pengguna ruang yang cukup baik, yang terlihat dari penyebarannya, baik secara horizontal maupun vertikal. Berdasarkan stratifikasi penggunaan ruang pada profil hutan maupun penyebaran secara horizontal pada berbagai tipe habitat, menunjukkan adanya kaitan yang erat antara raptor dengan lingkungan hidupnya terutama dalam pola adaptasi dan strategi untuk memperoleh sumber pakan Peterson 1980. Menurut Orians 1969 faktor lain yang menentukan keanekaragaman jenis raptor pada suatu habitat adalah kerapatan kanopi. Habitat yang mempunyai kanopi yang relatif terbuka akan digunakan oleh banyak jenis raptor untuk