Saran KESIMPULAN DAN SARAN

program reboisasi dari penduduk di Desa Sawit Permai adalah sebesar Rp 3.500.000 habulan. Besaranya nilai ekonomi program konservasi sumberdaya air memberikan nilai manfaat ekonomi sebesar Rp 18.850.000habulan. Perhitungan estimasi nilai lingkungan diatas merupakan perhitungan nilai lingkungan yang terjadi pada kondisi dimana wilayah tersebut mengalami kekurangan sumberdaya air. Kondisi saat ini menjelaskan dimana nilai lingkungan perkebunan kelapa sawit terhadap sumberdaya air belum dirasakan oleh warga sekitar perkebunan kelapa sawit, mengingat sumberdaya air belum menjadi barang yang langka, artinya ketersediaan air masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Dayun. Kemungkinan lain yang terjadi adalah nilai lingkungan ini dirasakan oleh penduduk lain yang tinggal di wilayah yang dekat dengan perkebunan ini, seperti di kecamatan lain yang merasakan adanya dampak lain berupa banjir yang menjadi lebih sering terjadi setelah adanya perkebunan kelapa sawit. Namun demikian, hasil ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melihat apakah perkebunan kelapa sawit merupakan penyebab utama terjadinya banjir yang menjadi lebih sering terjadi di wilayah Kabupaten Siak.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kondisi neraca air umum di wilayah Kecamatan Dayun memberikan informasi dalam setiap bulannya terjadi kejadian hujan dengan besar yang berbeda setiap bulannya. Besarnya curah hujan rata-rata dengan peluang 70 berdasarkan hasil analisis adalah sebesar 1989 mmtahun, dengan puncak hujannya pada bulan April dan bulan November, masing-masing besarnya adalah 227 mm dan 241 mm. Periode musim kemarau untuk wilayah Kecamatan Dayun terjadi pada bulan JJA, sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Oktober-April. Besarnya ETPadj evapotranspirasi terkoreksi berdasarkan hasil perhitungan neraca air adalah sebesar 1677 mmtahun. Periode defisit di Kecamatan Dayun terjadi pada bulan JJA. Besarnya defisit air pada ke tiga bulan tersebut secara kumulatif mencapai 22 mm. Perbedaan landcover antara sebelum adanya perkebunan kelapa sawit dan sesudah adanya perkebunan kelapa sawit menyebabkan adanya penurunan nilai surplus air yang ada pada lahan tersebut sebesar 50 mm per tahun. Debit estimasi antara sebelum dan sesudah adanya perkebunan kelapa sawit mengalami penurunan, dimana besarnya debit sebelum adanya perkebunan kelapa sawit adalah sebesar 2708 m 3 s dan sesudah adanya perkebunan kelapa sawit adalah sebesar 2359 m 3 s. Adanya alih fungsi lahan dari hutan ke tanaman monokultur seperti perkebunan kelapa sawit berpengaruh terhadap peningkatan aliran limpasan langsung run off . Besarnya run off untuk landcover hutan adalah sebesar 16 mm, sedangkan besarnya run off untuk landcover perkebunan kelapa sawit adalah sebesar 200 mm. Kebutuhan air tanaman kelapa sawit yang ada di Kecamatan Dayun adalah sebesar 42.728 literhahari. Besarnya kebutuhan air untuk satu batang pohon tanaman kelapa sawit adalah sebesar 0,012 m 3 s per harinya. Berdasarkan hasil analisis debit estimasi, terjadi penurunan debit yang mengindikasikan adanya penurunan ketersediaan air di wilayah Kecamatan Dayun sebesar 349 m 3 s per tahunnya. Estimasi nilai lingkungan perkebunan kelapa sawit dilihat dari segi konsumsi sumberdaya air adalah sebesar Rp 7.500.000, yang dihitung berdasarkan perbedaan landcover hutan dan tanaman kelapa sawit pada saat musim kemarau JJA. Besarnya WTP rata-rata penduduk Desa Sawit Permai Kecamatan Dayun adalah Rp 26.400, dengan nilai WTP maksimum dan minimumnya masing-masing sebesar Rp 45.000 dan Rp 5.000. Besarnya surplus konsumen yang menunjukan nilai manfaat dari adanya program konservasi sumberdaya air adalah Rp 18.850.000Habulan. Nilai surplus konsumen ini menunjukan besarnya nilai manfaat ekonomi dari adanya program konservasi sumberdaya air yang di inginkan oleh penduduk di desa Sawit Permai Kecamatan Dayun Kabupaten Siak.

5.2 Saran

Penelitian ini masih bersifat tahap awal sehingga dianjurkan terdapat penelitian lebih lanjut mengenai nilai ekonomi lingkungan perkebunan kelapa sawit. Masalah lingkungan menjadi esensial di masa mendatang sehingga penelitian mengenai dampak lingkungan suatu sumberdaya masih sangat dibutuhkan. Parameter nilai lingkungan dalam penelitian ini hanya berasal dari konsumsi sumberdaya air. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian lanjutan dengan memasukan parameter lingkungan lainnya untuk melihat berapa besar nilai lingkungan yang timbul akibat adanya konversi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit. Metode penilaian lingkungan untuk mengestimasi besarnya nilai kerugian lingkungan akibat adanya perkebunan kelapa sawit seperti Hedonic Pricing, Travel Cost, dan berbagai metode penilaian ekonomi lingkungan lainnya dapat diterapkan untuk penelitian selanjutnya. Hal itu bermanfaat untuk menilai sejauh mana manfaat ekonomi dan lingkungan dengan adanya perkebunan kelapa sawit yang tengah menjadi trend di Riau Khususnya dan di negara Indonesia pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA Badan Planologi Kehutanan dan Perkebunan. 2000. Bahan ceramah dan diskusi. Komitmen Indonesia dan isu-isu internasional tentang kehutanan dan perkebunan. D-5. Rakernas 2000. Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 26-29 Juni 2000. Bappenas. 2000. Kerugian Ekonomi Kebakaran Hutan Tahun 1997-1998. Jakarta BPS Kab. Siak. 2008. Siak Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Siak. Chang J. 1968. Climate and Agriculture an Ecological Survey . Aldine Publishing Company: Chicago. 304p Dinas Pekerjaan Umum. 2005. Penataan Ruang Daerah Aliran Sungai DAS Siak Provinsi Riau. Paparan Menteri Pekerjaan Umum pada acara Seminar Penyelamatan dan Pelestarian DAS Siak 6 Agustus 2005, Pekanbaru. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak. 2009. Luas Area Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Siak. Siak Djijono. 2003. Valuasi Ekonomi Menggunakan Metode Travel Cost Taman Wisata Hutan Di Taman Wan Abdul Ranchman, Propinsi Lampung. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Doorenbos R J dan Pruit W O. 1976. Agrometeorological Field Station Irrigation and Drainage. Paper no 27. FAO: Rome. Fauzi A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi . Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Gindo N. 2009. Harga Yang Mesti Dibayar Akibat Perkebunan Kelapa Sawit Skala Besar. Artikel. www.kpsmedan.org. [12 September 2009] Haab T C Mc Connell K E. 2003. Valuing Environmental And Natural Resources: The Economic Of Non-Market Valuation. Edward Elgar. USA Hanley N Spash C L. 1993. Cost-Benefit Analysis And The Environment . Edward Elgar Publishing. USA Harahap I Y dan Darmosarkoro W. 1999. Pendugaan Kebutuhan Air Untuk Pertumbuhan Kelapa Sawit Di Lapang Dan Aplikasinya Dalam Pengembangan Sistem Irigasi. Jurnal Pusat Penelitian Kelapa Sawit 1 April 1999 volume 7 no 2. Hariadi. 2006. Kajian Potensi Air Sungai Siak Untuk Penyediaan Air Baku di Kabupaten Siak Propinsi Riau. [Tesis]. Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Bandung. Hillel D. 1972. The Field Water Balanced and Water Use Efesiensy. In: D hillel ed Optimizing the Soil Physical Enviroment Toward Greater Crop Yields . Academic Press: New York. Hufschmidt M M, James D E, Meister A D, Bower B T, dan Dixon J A. 1987. Lingkungan, Sistem Alami, dan Pembangunan: Pedoman Penilaian Ekonomis . Penerjemah, Sukanto R. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Kartodiharjo H dan Supriono A. 2000. Dampak Pembangunan Sektoral Terhadap Konversi dan Degradasi Hutan Alam: Kasus Pembangunan HTI dan perkebunan di Indonesia. CIFOR Occasional Paper No. 26 1 CIFOR. Bogor Manurung E G T dan Mirwan. 1999. Potret Pembangunan Industri Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Yayasan WWF Indonesia, Nopember 1999: Jakarta. Manurung E G T. 2000. Mengapa Konversi Hutan Alam Harus Dihentikan? Makalah disampaikan pada acara Seri Lokakarya Kebijakan Kehutanan, Topik 1: Moratorium Konversi Hutan Alam dan Penutupan Industri Pengolahan Kayu Sarat Hutang. Diselenggarakan oleh Dephutbun bekerja sama dengan NRMP. Jakarta, 8-9 Agustus 2000. Mock F J. 1973. Land Capabilty Appraisal Indonesia, Water Availability Appraisal. Bogor. UNDP-FAO Murdiyarso D. 1991. Hubungan Air Tanaman dalam Kapita Selekta Dalam Agrometeorologi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bogor Nasir A. 2002. Neraca Air Agroklimatik. Makalah Pelatihan Bimbingan Pengamanan Tanaman Pangan dan Bencana Alam. Bogor. Onrizal. 2005. Hutan dan Pengaturan Tata Air. [Skripsi]. Jurusan Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara. Pawitan H. 1999. Penilaian Kerentanan Dan Daya Adaptasi Sumber Daya Air Terhadap Perubahan Iklim. Makalah Lokakarya Nasional – Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, Jakarta, Februari 1999 ________. 2002. Hidrologi DAS Ciliwung dan Andilnya Terhadap Banjir di Jakarta. Makalah disajikan dalam Lokakarya Pendekatan DAS dalam Menangglangi Banjir Jakata, Lembaga Penelitian IPB bekerjasama dengan Andersen Consult, Jakarta, 8 Mei 2002. Pearce D W, Turner R K, and Bateman I. 1994. Economics of Natural Resources and the Environment . Harvester Wheatsheaf. New York Potter L, Lee J and Manurung. 1998a. Tree Planting In Indonesia: Trends, Impacts And Directions. CIFOR Occasional Paper No. 18. CIFOR. Bogor. Raes D, Herman L, Paul V A, Matman, dan Martin V B. 1987. Irrigation Schedulling Information Sistem. Katholike Universiteit Leuven. Leuven. Sasrodarsono S dan Takeda K. 1978. Hidrologi Untuk Pengairan . PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Sawit Watch. 2004. Deforestasi Akibat Pengembangan Sawit Tak Terbantahkan. www.sawitwatch.or.id [05 July 2009] Sihite J. 2001. Evaluasi Dampak Erosi Tanah, Model Pendekatan Ekonomi Lingkungan Dalam Perlindungan DAS: Kasus Sub DAS Besai-DAS Tulang Bawang, Lampung. [Disertasi]. Jurusan Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor. Thornwhaite C W, Mather J R. 1957. Instruction and Tables for Computing Potential Evapotranspiration and The Water Balance . Drexel Institute of Technology, Laboratory Climatology, Centerton, New Jersey, USA. Van der Weert R. 1994. Siklus hidrologi Indonesia. SMK Grafika Desa Putera, Jagakarsa. Jakarta Selatan. Why. 2008. Dampak Kabut Asap, Pasien ISPA Meningkat. www.kompas.com [22 Januari 2008]. World Bank 1992 World Development Report 1992. Oxford University Press. New York, NY. Yanwar M J P. 2003. Teknik Irigasi Permukaan. Diktat Kuliah. Program Studi Teknik Pendayagunaan Lahan dan Air. Fateta. IPB. Yoza D. 2000. Dampak Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Keanekaragaman Jenis Burung Di Areal Perkebunan PT. Ramajaya Pramukti, Kabupaten DATI II Kampar Propinsi DATI I Riau. [Skripsi]. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. LAMPIRAN Lampiran 2 Hasil Perhitungan Neraca Air Umum Unsur Iklim Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jumlah Suhu 26.1 26.6 26.8 27.0 27.3 27.0 26.8 26.9 26.9 26.7 26.5 26.3 26.8 Indeks Panas I 12.2 12.6 12.7 12.9 13.1 12.9 12.7 12.8 12.8 12.6 12.5 12.4 152.0 ETP Unadj 4.5 4.5 4.6 4.6 4.7 4.6 4.6 4.6 4.6 4.6 4.6 4.5 FK ETP adj 31.2 26.2 31.2 30.3 31.2 30.3 31.2 31.2 30.3 31.2 30.3 31.2 ETP adj 140 118 144 139 147 139 144 144 139 144 139 140 1677 CH 149 126 194 227 161 99 105 122 155 202 241 205 1989 CH-ETP adj 9 8 51 88 15 -40 -38 -21 15 59 102 65 312 APWL -40 -78 -100 -219 KAT 200 200 200 200 200 164 135 121 200 200 200 200 2220 dKAT -36 -28 -14 -79 ETA 140 118 144 139 147 135 133 136 139 144 139 140 1655 Defisit 4 11 8 22 Surplus 9 8 51 88 15 15 59 102 65 412 Ro Hit 4 6 29 58 37 18 9 5 10 34 68 67 345 RO Tw 37 23 37 62 39 19 10 5 10 34 68 67 410 ETc Hutan 125 105 128 124 131 124 128 128 124 128 124 125 1492 ETc sawit 131 110 133 130 136 130 133 133 130 133 130 131 1560 Peluang Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jumlah rata-rata 200 192 255 276 207 133 157 170 206 264 328 269 2657 SD 96 124 114 92 86 64 97 91 96 117 163 121 1262 P 70 149 126 194 227 161 99 105 122 155 202 241 205 1989 P 75 134 128 179 196 140 79 99 110 139 187 239 191 1819 P 80 119 88 159 199 135 79 75 94 125 166 191 168 1597 P 90 79 35 111 160 99 52 34 55 84 117 123 117 1067 TLP 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 960 KL 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 2400 Lampiran 1 Hasil Perhitungan Peluang Hujan Terlampaui Lampiran 3 Hasil Perhitungan Necara Air Tanaman Landcover Hutan Unsur Iklim Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jumlah ETc Hutan 125 105 128 124 131 124 128 128 124 128 124 125 1492 CH 149 126 194 227 161 99 105 122 155 202 241 205 1989 CH-ETP adj 24 21 66 103 31 -25 -22 -6 31 75 117 80 496 APWL -25 -47 -53 -125 KAT 200 200 200 200 200 176 158 153 200 200 200 200 2288 dKAT -24 -19 -4 -47 ETA 125 105 128 124 131 123 124 126 124 128 124 125 1486 Defisit 1 3 2 6 Surplus 24 21 66 103 31 31 75 117 80 549 Ro Hit 12 17 42 72 52 26 13 6 18 47 82 81 468 RO Tw 45 33 50 76 54 27 13 7 19 47 82 81 533 Lampiran 4 Hasil Perhitungan Necara Air Tanaman Landcover Tanaman Kelapa Sawit Unsur Iklim Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jumlah ETc Sawit 131 110 133 130 136 130 133 133 130 133 130 131 1560 CH 149 126 194 227 161 99 105 122 155 202 241 205 1989 CH-ETP adj 19 17 61 98 25 -31 -28 -11 25 69 112 75 429 APWL -31 -59 -71 -161 KAT 200 200 200 200 200 171 149 141 200 200 200 200 2261 dKAT -29 -22 -8 -59 ETA 131 110 133 130 136 128 127 130 130 133 130 131 1548 Defisit 2 6 3 11 Surplus 19 17 61 98 25 25 69 112 75 499 Ro Hit 9 13 37 67 46 23 12 6 15 42 77 76 423 RO Tw 42 29 45 71 48 24 12 6 15 42 77 76 488 Lampiran 5 Hasil Perhitungan Debit Estimasi Unsur Iklim Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jumlah Surplus 8.9 8.3 50.7 87.9 14.8 0.0 0.0 0.0 15.2 58.9 102.0 64.9 411.5 I 2.7 2.5 15.2 26.4 4.4 0.0 0.0 0.0 4.6 17.7 30.6 19.5 123.5 DRO 6.2 5.8 35.5 61.5 10.4 18.3 9.1 4.6 10.6 41.2 71.4 45.4 320.0 Vn 2.0 1.9 11.4 19.8 3.3 0.0 0.0 0.0 3.4 13.2 22.9 14.6 92.6 Bf 5.3 4.6 173.4 521.8 14.8 0.0 0.0 0.0 15.6 233.8 701.9 284.3 1955.6 RO 11.5 10.4 208.9 583.4 25.2 18.3 9.1 4.6 26.2 275.0 773.3 329.8 2275.6 Q 9.1 8.2 165.2 461.4 19.9 14.4 7.2 3.6 20.7 217.5 611.6 260.8 1799.8 Lampiran 6 Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Kuisioner Penelitian LEMBAR KUISIONER PENELITIAN ESTIMASI NILAI EKONOMI LINGKUNGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DITINJAU DARI NERACA AIR TANAMAN KELAPA SAWIT Studi Kasus: Perkebunan Kelapa Sawit di Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak, Riau Contingen Valuation Method Nomor Kuisioner : Umur :……………………………………. Pekerjaan :……………………………………. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi KONDISI SOSIAL EKONOMI RESPONDEN 1. Apakah mata pencaharian bapak sehari-hari berasal dari tanaman kelapa sawit: a Iya b tidak 2. Bagaimana stastus perkebunan yang bapak miliki: a milik sendiri b bekerja pada perusahaan pemerintah PTPN V c bekerja pada perusahaan swasta 3. Berapa pendapatan bapak dari hasi menanam sawit perbulan: a 2 juta b Antara 2-5 juta c 5 juta d …….. 4. Sudah berapa lama bapak tinggal diwilayah ini; a 5 tahun b Antara 5-15 tahun c 15 tahun 5. Bagaimana perkembangan perkebunan kelapa sawit diwilayah ini: a Sangat berkembang b Cukup berkembang c Tidak berkembang PANDANGAN UMUM TENTANG SUMBERDAYA AIR 6. Menurut bapak seberapa pentingkah nilai air untuk kehidupan: a Sangat penting b Penting c Tidak penting 7. Apa manfaat air yang bapak rasakan selama ini: a Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mandi, masak, mencuci, minum b Sebagai usaha kolam, tambak c Menunjang kehidupan tanaman 8. Selama bapak tinggal diwilayah ini apakah bapak pernah merasakan kesulitan dalam mendapatkan air: a Pernah b tidak pernah 9. Jika pernah pada saat kapan bapak merasakan kesulitan dalam mendapatkan air: a Pada saat musim kemarau b Pada saat musim hujan c Pada setiap musim 10. Apakah bapak memiliki sumur tanah dirumah bapak: a Iya b tidak 11. Jika iya, apakah bapak pernah melakukan pendalaman sumur selama bapak tinggal diwilayah ini: a Pernah, berapa kali…… b tidak pernah PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT 12. Menurut bapak apakah tanaman kelapa sawit boros terhadap air tanah: a Iya b tidak 13. Apakah bapak mengalami kesulitan untuk mendapatkan air sejak adanya perkebunan kelapa sawit: a Iya b tidak 14. Jika iya, bagaimana solusi untuk mengatasi masalah tersebut: a Tidak menanam kelapa sawit lagi b Mencari sumber air baru membeli air ke PDAM c Menyerahkan sepenuhnya kepada pihak pemerintah daerah NILAI EKONOMI TANAMAN KELAPA SAWIT 15. Dari pendapatan yang bapak peroleh, biaya apa saja yang bapak keluarkan setiap bulannya untuk keberlangsungan perkebunan milik bapak?1…..2……3….4… 16. Apakah bapak menggunakan tenaga buruh pada saat pemanenan? a Iya b tidak 17. Berapakah besar upah buruh yang bapak berikan pada saat pemanenan?............. NILAI LINGKUNGAN TANAMAN KELAPA SAWIT 18. Apakah bapak merasakan kesulitan untuk mendapatkan air sejak perkebunan ini ada? a Iya b tidak 19. Apakah bapak merasakan perubahan iklim dan cuaca baik suhu maupun curah hujan diwilayah ini sejak perkebunan ini ada: a Iya b tidak 20. Apakah bapak merasakan bahwa sejak adanya perkebunan kelapa sawit ini bapak kesulitan untuk menanam tanaman jenis lain, baik sayuran maupun buah-buahan: a Iya b tidak 21. Apakah bapak merasakan bahwa kondisi tanah semakin lama semakin gersang sejak ditanami kelapa sawit: a Iya b tidak 22. Apakah bapak merasakan bahwa keanekaragaman hayati diwilayah ini semakin berkurang sejak adanya perkebunan kelapa sawit. a Iya b tidak 23. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang ditanam dengan sistim monokultur. Baik secara langsung maupun tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap neraca air lahan diwilayah ini. Oleh karena itu saat ini perlu dilakukan penghentian luasan area perkebunan kelapa sawit dan peremajaan kembali hutan alam sebagai media penyeimbang kehidupan di bumi. Alasan konversi hutan mengingat manfaat hutan yang sangat besar dalam perannya sebagai pengatur kebutuhan air baik pada saat musim hujan maupun pada saat musim kemarau. Apakah bapak setuju jika dilakukan peremajan hutan diwilayah ini: a Setuju b tidak setuju Alasan setuju: a. Hutan memiliki nilai yang penting dalam hubunganya sebagai pengatur suplai air baik pada saat musim hujan maupun pada saat musim kemarau b. Kondisi lingkungan sekarang akan lebik baik jika peran hutan sebagai penyeimbang kehidupan kembali difungsikan c. Mengembalikan nilai biodiversity dari hutan Alasan tidak setuju: a. Hutan tidak mampu menambah nilai ekonomi b. Membuka dan mengolah hutan merupakan langkah untuk menambah lapangan pekerjaan c. Nilai ekonomi perkebunan kelapa sawit lebih tinggi dari nilai ekonomi hutan 24. Apakah bapak bersedia membayar untuk program peremajaan hutan ini: a Bersedia b tidak bersedia Alasan bersedia: a. Langkah awal untuk mendapatkan lingkungan yang asri adalah dengan mengembalikan fungsi hutan sebagai konservasi b. Akan ada manfaat lebih dari pelaksanaan program ini c. Untuk pengelolaan sumberdaya air diwilayah ini agar bencana-bencana seperti banjir bandang dan kekeringan tidak terjadi Alasan tidak bersedia: a. Mengembalikan fungsi hutan sama dengan mengurangi pendapatan dan kehilangan mata pencaharian b. Kondisi ekonomi saat ini akan lebih bertambah berat jika harus membayar program ini c. Pengelolaan sumberdaya adalah sepenuhnya tanggung jawab pemerintah daerah termasuk dampak yang ditimbulkannya 25. Seberapa besar bapak mau membayar untuk program ini: a. Rp 10000 - Rp 25000 tepatnya Rp……………………… b. Rp 25000 – Rp 50000 tepatnya Rp……………………… c. Rp 50000 – Rp100000 tepatnya Rp……………………… Lampiran 10. Tabulasi Hasil Kuisioner

A. Karakteristik Sosial Ekonomi Responden

Umur Responden jumlah 30-40 41 20.5 41-50 61 30.5 51-60 98 49 jumlah 200 100 Pekerjaan Responden Wiraswasta 54 27 Petani sawit 146 73 jumlah 200 100 Pendidikan Responden SD 58 29 SMP 77 38.5 SMA 57 28.5 S1 8 4 jumlah 200 100 Pendapatan Perbulan 2 juta 2 1 2-4 juta 184 92 4 juta 12 6 jumlah 200 100 Perkembangan Luas Area Perkebunan Kelapa Sawit Sangat Berkembang 135 67.5 Cukup Berkembang 63 31.5 Tidak Berkembang 2 1 jumlah 200 100

B. Pandangan Umum Responden Terhadap Sumberdaya Air

Seberapa penting nilai manfaatair dalam kehidupan sangat 157 78.5 penting 43 21.5 tidak jumlah 200 100 Pemanfaat sumber daya air oleh responden Domestik 180 90 Usaha 16 8 Tanaman 4 2 jumlah 200 100 Pernah merasakanmengalami kesulitan mendapatkan air pernah 153 76.5 tidak 67 33.5 jumlah 200 100 Pada saat kapan responden merasakan kesulitan air kemarau 146 73 hujan 6 3 semua musim 48 24 jumlah 200 100 Apakah responden memiliki sumur di rumahnya Ya 200 100 Tidak jumlah 200 100 Pernah melakukan pendalaman sumur pernah 193 96.5 tidak 7 3.5 jumlah 200 100

C. Pemanfatan Sumberdaya Air Untuk Tanaman Kelapa Sawit

Kesulitan mendapatkan air sejak adanya perkebunan kelapa sawit Ya 128 64 Tidak 72 36 Jumlah 200 100 Solusi responden untuk mengatasi kekurangan air tidak menanam sawit lagi mencari sumber air baru 182 91 menyerahkan kpd pemerintah 18 9 Jumlah 200 100

D. Nilai Ekonomi Tanaman Kelapa Sawit

Biaya tetap yang dikeluarkan perbulan Pupuk 146 100 upah buruh 146 100 Jumlah 146 100

E. Nilai Lingkungan Tanaman Kelapa Sawit

Kesulitan mendapatkan air sejak adanya perkebunan Ya 136 68 Tidak 64 32 Jumlah 200 100 Perubahan cuaca sejak adanya perkebunan Ya 103 51.5 Tidak 97 48.5 Jumlah 200 100 Kesulitan menanam tanaman lain sejak adanya perkebunan Ya 105 52.5 Tidak 95 47.5 Jumlah 200 100 Kondisi tanah semakin gersang sejak adanya perkebunan Ya 148 74 Tidak 62 31 Jumlah 200 100 Keanekaragaman hayati semakin berkurang sejak adanya perkebunan Ya 118 59 Tidak 82 41 Jumlah 200 100 Lampiran 11. Peta Lokasi Penelitian Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Siak Lampiran 12. Peta Lokasi Wilayah Kerja PTPN V Pekanbaru Sumber: PTPN V Pekanbaru RINGKASAN ISA TEGUH WIDODO . Estimasi Nilai Lingkungan Perkebunan Kelapa Sawit Di Tinjau Dari Neraca Air Tanaman Kelapa Sawit Studi Kasus: Perkebunan Kelapa Sawit Di Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak. Di bawah bimbingan Drs. Bambang Dwi Dasanto, MSi. Kecamatan Dayun merupakan salah satu kecamatan yang menjadi sentral perkebunan kelapa sawit di wilayah Kabupaten Siak. Salah satu perusahaan milik negara yang mengembangkan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Dayun adalah PT. Perkebunan Nusantara Lima PTPN V dan merupakan perusahaan pertama yang mengembangkan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak. Adanya perkebunan kelapa sawit menimbulkan berbagai dampak terhadap lingkungan, salah adalah adanya penurunan ketersediaan air yang mampu dimanfaatkan oleh stakeholder pengguna air. Penurunan ketersediaan air menyebabkan adanya biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penurunan ketersediaan air di wilayah penelitian akibat adanya perkebunan kelapa sawit serta mengetahui seberapa besar biaya yang telah dikeluarkan dalam upaya pemenuhan kebutuhan air. Metode yang digunakan adalah model neraca air Thornwhite 1957 dan analisis Willinges To Pays WTP dengan alat analisisnya menggunakan metode Contingen Valuation Method yang berupa kuisioner. Sampel di ambil di Desa Sawit Permai, Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak. Perbedaan tutupan lahan landcover antara sebelum dan sesudah adanya perkebunan kelapa sawit berpengaruh terhadap neraca air lahan yang kemudian mempengaruhi ketersediaan di wilayah Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak. Besarnya penurunan nilai ketersediaan air sebanding dengan besarnya peningkatan kebutuhan air dari landcover hutan ke landcover tanaman kelapa sawit, yaitu sebesar 67 mmtahun. Landcover lahan dengan tanaman kelapa sawit menghasilkan nilai run off yang lebih besar di bandingkan dengan landcover hutan. Kebutuhan air tanaman kelapa sawit yang ada di Kecamatan Dayun adalah sebesar 42.728 literhahari. Besarnya kebutuhan air untuk satu batang pohon tanaman kelapa sawit adalah sebesar 0,012 m 3 s per harinya. Berdasarkan hasil analisis debit estimasi, terjadi penurunan debit yang mengindikasikan adanya penurunan ketersediaan air di wilayah Kecamatan Dayun sebesar 349 m 3 s per tahunnya. Estimasi nilai lingkungan perkebunan kelapa sawit dilihat dari segi konsumsi sumberdaya air adalah sebesar Rp 7.500.000, yang dihitung berdasarkan perbedaan landcover hutan dan tanaman kelapa sawit pada saat musim kemarau JJA. Besarnya WTP rata-rata masyarakat untuk program konservasi sumberdaya air adalah Rp 26.400, dengan nilai WTP maksimumnya sebesar Rp 45.000 dan WTP minimumnya Rp 5.000. Nilai ekonomi program konservasi sumberdaya air sebesar Rp 18.850.000 per bulan. Kata Kunci: neraca air, perubahan penggunaan lahan, ETc, nilai lingkungan, CVM, WTP ABSTRAK ISA TEGUH WIDODO . The Estimation of Oil Palm Plantation Environment Value Using Crop Evapotranspiration of Oil Palm case study: Oil Palm Plantation in Dayun, Siak. Supervised by Drs. Bambang Dwi Dasanto M.Si . Dayun is one of the center of oil palm plantations in Siak. Government company that develops the oil palm plantation in Dayun is PT. Perkebunan Nusantara Lima PTPN V and also the first company which develops the oil palm in Siak. The oil palm plantations cause various effects to the environment; one of them is the decreasing of water availability that can be used by the water stakeholders. The decreasing of water availability causes additional cost to the community. The objectives of this study are to determine the decreasing of water because of the oil palm plantation and cost that spent to meet the needs of water. The study uses water balance model by Thornwhite 1957 and Willingness to Pays WTP analysis using questionnaire of Contingent Valuation Method CVM in Sawit Permai, Dayun, Siak.The land cover, before and after, affect the water balance which impact the water availability in Dayun. The decreasing of water availability is comparable with the increasing of water demand in oil palm plantation, equal to 67 mmyear. Oil palm plantation has greater runoff than forest. The need of water in oil palm plantation in Dayun is 42.728 liters ha day, with the need of a single palm tree equal to 0,012 m 3 sday. Based on the analysis of debt estimation, there is debt decreasing which indicates the decreasing of water availability in Dayun, around 349 m3syear. The estimated value of the environment for oil palm plantations by water resources consumption based on the difference of forest and oil palm plantations during the dry season JJA is equal to Rp 7.500.000.. Average WTP for the water conservation program is Rp 26.400, with WTP maximum and minimum up to Rp 45.000 and Rp 5.000 respectively. The economic value of water conservation program is Rp 18.850.000month. Key words: water balance, land use conversion, ETc, environment value, CVM, WTP

BAB I PENDAHULUAN