jumlah besar secara tidak langsung membuat sungai-sungai yang ada disekitar perkebunan
kelapa sawit mengalami penurunan jumlah debit air bahkan sebagian sungai mengalami
kondisi kekeringan. Hal ini menyebabkan akses masyarakat terhadap air bersih semakin
sedikit dan sulit. Selain itu, pabrik-pabrik pengolahan tandan buah sawit membuang
limbah langsung ke sungai yang letaknya dekat dengan pabrik, tanpa mengolahnya
terlebih dahulu. Pembuangan limbah pabrik tersebut banyak didapati di sepanjang daerah
aliran sungai antara lain DAS Sungai Siak Riau dan Sungai Kapuas Kalimantan Barat
Gindho
2009. Kondisi
ini membuat
penduduk yang memanfaatkan sungai sebagai sumber mata air mengalami gangguan
kesehatan, terutama penyakit kulit. Menurujuk data World Bank 1992, sekurangnya 850 juta
orang yang tinggal di desa-desa di negara berkembang tidak memiliki akses guna
mendapatkan air bersih untuk minum, masak, dan mencuci. Sumber-sumber air telah
terkontaminasi dengan bahan kimia beracun, dan metal berat yang sudah sulit untuk
dihilangkan dengan menggunakan teknik purifikasi
biasa standard. Penggunaan air yang tercemar telah menyebabkan jutaan
orang meninggal dan lebih dari satu milyar orang sakit setiap tahun World Bank 1992.
d. Penurunan tingkat kesuburan tanah
Jumlah pupuk yang dibutuhkan untuk menyuburkan
perkebunan kelapa
sawit mencapai 2,5 Juta ton dari lahan perkebunan
kelapa sawit seluas 7,4 Ha. Selain pupuk, 1,5 juta liter pestisida juga disemprotkan untuk
menjaga hama dan gulma pada perkebunan kelapa sawit. Kondisi ini mengakibatkan
menurunnya
kemampuan tanah
untuk memproses nutrisi mencari bahan yang
berguna bagi tanaman Dirjennas Perkebunan 2008 dalam Gindho 2009.
e. Penurunan tingkat keanekaragaman
hayati akibat pengerusakan hutan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia LIPI pada tahun 2005-2006
kerusakan hutan tropis yang telah mencapai 59,3 juta Ha dari 127 juta Ha total luas hutan
Indonesia telah menyebabkan punahnya 30 spesies flora dan fauna hutan tropis. Penelitian
tadi
masih dilanjutkan
oleh lembaga
Perserikatan Bangsa-Banga dimana para peneliti memperkirakan bahwa empat sampai
delapan persen dari species yang masih hidup di hutan tropis akan punah dalam 25 tahun
mendatang Reid 1992 dalam Gindho 2009. Proses alih lahan yang paling berpengaruh
terhadap hilangnya beberapa spesies burung adalah pada saat pembukaan lahan land
clearing
. Kegiatan pembukaan lahan melalui proses
land clearing
menyebabkan musnahnya habitan burung dan terjadinya
fragmentasi habitat serta timbulnya habitat burung yang sama sekali berbeda dengan
sebelumnya. Kegiatan peremajaan perkebunan menyebabkan
keanekaragaman burung
menjadi menurun bahkan menghilang Yoza 2000.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan
diwilayah perkebunan
kelapa sawit
milik PT.
Perkebunan Nusantara V PTPN V yang berada di Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak,
Propinsi Riau. Estimasi nilai ekonomi lingkungan
perkebunan kelapa
sawit dilakukan di Desa Sawit Permai, Kecamatan
Dayun, Kabupaten Siak. Desa ini merupakan Desa
Binaan dan
hampir seluruh
masyarakatnya merupakan petani sawit. Pengambilan data primer berupa kuisioner
dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Juli
tahun 2010.
Pengolahan data
dilaksanakan dari bulan Juli sampai Oktober tahun 2010 di Laboratorium Klimatologi
Departemen Geofisika dan Meteorologi, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah:
a Seperangkat komputer lengkap dengan
software MS. word dan MS. excel 2007
b Satu berkar kuisioner
Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian berupa data primer dan data
sekunder. Adapun
data primer
yang digunakan adalah data hasil kuisoiner dari
responden yang tinggal di sekitar perkebunan kelapa sawit di Desa Sawit Permai,
Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak, Riau. Data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi:
a Data curah hujan tahun 1979-2009 dari
Stasiun Meteorologi Simpang Tiga Pekanbaru
b Data suhu tahun 1979-2009 dari
Stasiun Meteorologi Simpang Tiga Pekanbaru
jumlah besar secara tidak langsung membuat sungai-sungai yang ada disekitar perkebunan
kelapa sawit mengalami penurunan jumlah debit air bahkan sebagian sungai mengalami
kondisi kekeringan. Hal ini menyebabkan akses masyarakat terhadap air bersih semakin
sedikit dan sulit. Selain itu, pabrik-pabrik pengolahan tandan buah sawit membuang
limbah langsung ke sungai yang letaknya dekat dengan pabrik, tanpa mengolahnya
terlebih dahulu. Pembuangan limbah pabrik tersebut banyak didapati di sepanjang daerah
aliran sungai antara lain DAS Sungai Siak Riau dan Sungai Kapuas Kalimantan Barat
Gindho
2009. Kondisi
ini membuat
penduduk yang memanfaatkan sungai sebagai sumber mata air mengalami gangguan
kesehatan, terutama penyakit kulit. Menurujuk data World Bank 1992, sekurangnya 850 juta
orang yang tinggal di desa-desa di negara berkembang tidak memiliki akses guna
mendapatkan air bersih untuk minum, masak, dan mencuci. Sumber-sumber air telah
terkontaminasi dengan bahan kimia beracun, dan metal berat yang sudah sulit untuk
dihilangkan dengan menggunakan teknik purifikasi
biasa standard. Penggunaan air yang tercemar telah menyebabkan jutaan
orang meninggal dan lebih dari satu milyar orang sakit setiap tahun World Bank 1992.
d. Penurunan tingkat kesuburan tanah