Karakteristik Umum dan Kondisi Nilai Nilai

jumlah ketersediaan air di wilayah Kecamatan Dayun Gambar 7 Perbandingan Debit Antara Sebelum dan Sesudah Adanya Perkebunan Kelapa Sawit Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, besarnya debit estimasi hasil perhitungan yang terjadi di Kecamatan Dayun sebelum adanya perkebunan kelapa sawit adalah sebesar 2708 m 3 s dan sesudah adanya perkebunan kelapa sawit adalah sebesar 2359 m 3 s. Adanya perubahan landcover pada suatu lahan dari hutan ke perkebunan kelapa sawit secara tidak langsung akan mempengaruhi besarnya debit yang terjadi. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan kebutuhan air antara hutan dan tanaman kelapa sawit yang akan mempengaruhi nilai surplus air yang ada, yang pada akhirnya nilai surplus akan mempengaruhi besarnya debit yang terjadi. Dari hasil analisis ini terjadi penurunan debit yang mengindikasikan adanya penurunan ketersediaan air di wilayah Kecamatan Dayun sebesar 349 m 3 s per tahunnya.

4.5 Analisis

Ekonomi Lingkungan Tanaman Kelapa Sawit Estimasi nilai ekonomi lingkungan dilakukan dengan menggunakan metode Contingent Valuation Method CVM alat analisis berupa kuisioner yang diberikan kepada masyarakat yang tinggal disekitar perkebunan kelapa sawit. Sampel diambil di Desa Sawit Permai, dengan jumlah 200 KK dari 1034 KK yang ada di desa ini.

4.5.1 Karakteristik Umum dan Kondisi

Sosial Ekonomi Responden a. Umur Gambar 8 Umur Rata-rata Responden. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, umur responden berada pada kisaran 37 tahun sampai 59 tahun dengan rata- rata umurnya 50 tahun. b. Pekerjaan Gambar 9 Pekerjan Responden. Secara umum, pekerjaan responden adalah petani kelapa sawit. Namun, sebanyak 27 dari total responden merupakan wiraswasta. c. Pendidikan Gambar 10 Pendidikan Responden. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan, tingkat pendidikan responden adalah sebagai berikut: SD 29 , SMP 38,5 , SMA 28,5 , dan Sarjana 4 . d. Pendapatan Gambar 11 Pendapatan Responden. Pendapatan rata-rata responden berdasarkan hasil kuisioner dalam sebulan sebesar Rp 3.080.500. Pendapatan maksimumnya sebesar Rp 4.500.000 dan pendapatan minimumnya sebesar Rp 1.500.000. e. Perkembangan perkebunan kelapa sawit Sebanyak 67,5 dari total responden yang ada menyatakan bahwa perkembangan perkebunan kelapa sawit di wilayah ini sangat berkembang, 31,5 responden menyatakan cukup berkembang, dan sebanyak 1 responden menyatakan tidak berkembang secara baik Gambar 12 Gambar 12 Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit.

4.5.2 Nilai

Ekonomi Perkebunan Kelapa Sawit a. Biaya pemeliharaan tetap per bulan Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, biaya tetap yang umumnya dikeluarkan oleh petani sawit di desa ini adalah pupuk dan pembayaran buruh waktu pemanenan. b. Jasa buruh dalam pemanenan Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, sebanyak 79,5 responden menggunakan jasa buruh waktu pemanenan TBS Tandan Buah Segar. Upah yang dikeluarkan sebesar 10 dari harga TBS yang dikeluarkan baik oleh perusahaan maupun dari pasar.

4.5.3 Nilai

Lingkungan Tanaman Kelapa Sawit Dampak lingkungan yang dirasakan oleh responden yang tinggal di sekitar perkebunan akibat adanya perkebunan kelapa sawit adalah sebagai berikut: Gambar 13 Dampak Lingkungan Perkebunan Kelapa Sawit Menurut Responden. a. Ketersediaan air Sebanyak 22 dari total responden menyatakan bahwa sejak adanya perkebunan kelapa sawit kondisi ketersediaan air semakin menurun dan terjadi kekurangan air pada saat musim kemarau. b. Perubahan cuaca Sebanyak 17 dari responden yang ada memberikan pendapat bahwa perubahan cuaca terjadi saat setelah adanya perkebunan, terutama suhu udara yang dirasakan semakin meningkat sejak adanya perkebunan ini. c. Kondisi tanah Sebanyak 24 dari responden memberikan pendapat bahwa kondisi tanah sejak ditanami tanaman kelapa sawit menjadi tandus dan gersang. Kondisi ini mengakibatkan para penduduk kesulitan untuk bisa menanam tanaman lain selain tanaman kelapa sawit. d. Keanekaragaman hayati Sebanyak 20 dari responden memberikan pendapat bahwa adanya konversi lahan dari hutan alami ke perkebunan kelapa sawit telah menghilangkan beberapa spesies baik flora maupun fauna yang ada di wilayah tersebut. e. Kesulitan menanam tanaman lain Sebanyak 17 dari responden memberikan pendapat bahwa sejak adanya perkebunan kelapa sawit mengalami kesulitan untuk menanam jenis tanaman lain, terutama jenis tanaman pangan. Hal ini disebabkan kondisi tanah yang telah digunakan untuk perkebunan cenderung lebih gersang sehingga tanaman lain tidak mampu tumbuh di tanah tersebut.

4.5.4 Estimasi